Sepertinya Nick, akan terus menemukan keberadanku dimana pun. Aku lari ke ujung dunia pun dia akan tetap mengejarku, aku dibuatnya mati kutu kali ini. Bahkan diranjang yang sama pun dia tetap tidak mau menjauh dariku, dia memeluk ku erat dari belakang.
"Geli Ih! Sana jauh-jauh." aku berusaha mendorong wajahnya, sepertinya dia tidak mau mendengarkanku bahkan tingkahnya mulai menjadi-jadi dengan mengembuskan nafasnya dibelakang leherku, tangannya yang tidak bisa diam dan menarik tubuhku menempel ke tubuhnya dan aku bisa merasakan benda itu.
Aku menyikut perutnya sampai dia meringis, dan aku terbebas dari kukungan posesifnya itu.
"jangan macam-macam ya!" aku memarahinya, dia menatapku sambil menggulum senyumnya, aku berdiri menjuahinya dan merapihkan bajuku serta rambutku yang acak-acakan seperti singa.
"siapa juga yang mau macam-macam." Aku memelotinya, tidak bisa berkata-kata lagi. Begitulah tingkahnya, orang melihatnya dia adalah sosok pria sempurna yang cocok dijadikan suami idaman, tapi bagiku dia hanya lah seorang manipulatif bahkan sampai kapanpun aku tetap tidak akan bisa mencintainya dengan segala tingkah lakunya.
"istri sendiri aja." gumamnya pelan tapi aku mendengarnya. Ucapannya itu sangat menganggu ku, aku tidak suka kata 'istri' itu, apalagi ketika orang yang menyebutnya seperti Nick.
"No, I'm not your wife!" Sangkalku. Raut wajahnya mengeras, dia menatapku datar dan mulai mendekatiku dengan tubuhnya bertelanjang dada sampai tidak ada jarak diantara kami.
Dia memegang tengkuk ku dengan lembut sampai bibir kami hampir menempel. Mungkin ini terlihat lembut tapi dia mendorongnya pelan sampai aku tidak bisa bergerak, tangan kanannya mengusap bibir bawahku.
"So what do you want? My whore? Or, as an outlet. Come on, choose!" kata-kata nya begitu menyakitkan terlihat seperti ancaman bagiku, belum aku menjawabnya, dia sudah melakukannya-lebih tepatnya memaksa.
Ini adalah neraka yang sebenarnya bagiku, aku tidak akan pernah memaafkannya, semuanya bahkan sekalipun dia mengemis.
Aku akan mengingat perbuatannya itu. Rasa amarahku yang bertumpuk membuatku semakin membencinya.