Kevin Huo's Proposal

By Liana_DS

836 157 43

Berkorban untuk pekerjaan tidak pernah ada dalam kamus Zhang Ling. Jika sebuah merek, proyek, atau fotografer... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57

41

5 2 0
By Liana_DS

"Kak Yang, Zhang Ling tidak sedang menghasut siapa-siapa."

"Mengapa Kevin Huo bisa mencapai kesuksesannya sekarang, itu karena kerja keras setiap elemennya demi meraih kesempurnaan. Membiarkan adanya cela berarti menghitung mundur menuju kehancuran." Mengabaikan ucapan adiknya, Yang memasuki kamar rawat Xiang; tatapannya lurus pada Ling yang memandangnya balik dengan benci bercampur takut. "Kau tidak juga memahami itu dan lihat akibatnya. Kalau seperti ini, peluncuran koleksi bisa tertunda sampai musim gugur/dingin berakhir."

Ling tahu ucapan Yang ada benarnya, tetapi ia tak suka mengakui itu dan membela diri. "Peristiwa di Sanfang Qixiang murni kecelakaan, tidak ada hubungannya dengan prinsip saya atau Anda."

"Tentu berhubungan. A-Xiang bisa tetap tinggal di Shanghai dan dia tidak akan terluka," sahut Yang. "Nona Zhang, saya membawa Nona Xu untuk membantu mengurus penerbangan kembali ke Shanghai. Semuanya sudah siap; dalam 15 menit, Anda bisa meninggalkan tempat ini."

"Kak!" Xiang bangkit mendadak hingga kaki kursinya berderit. "Zhang Ling sudah memutuskan akan pulang hari ini, tetapi tidak secepat ini! Kau tidak perlu mengaturnya!"

"Diam, A-Xiang." Yang hanya sekilas memandang adiknya sebelum kembali kepada Ling. "Cara Anda akan mengancam koleksi Fenghuang, padahal sebentar lagi puncak peluncurannya. Tidak ada lagi ruang untuk Anda melawan, Nona Zhang."

Ketika Yang memungkasi kalimatnya, Mingmei muncul dari balik pintu dengan ragu-ragu.

"Kak Mei!" seru Ling, berjalan tergesa melewati Yang dan menggenggam bahu manajernya. "Aku janji akan pulang hari ini, tetapi tidak saat ini juga! Lakukan sesuatu agar Feng Yang memberiku waktu!"

Hati Ling mencelus begitu Mingmei menggeleng lemah.

"Aku tidak bisa menolongmu lebih jauh. Nama baik Kevin Huo sedang dipertaruhkan. Kejadian di Sanfang Qixiang sudah menyebar luas, tidak bisa ditutupi lagi. Terlebih, Guan Mingzhu baru saja ditemukan tewas karena overdosis narkotika. Kalian berdua akan dipanggil sebagai saksi oleh kepolisian sebentar lagi, jadi tolong, kali ini ikuti saja rencana Feng Yang."

Seketika sensasi dingin merambati punggung Ling. Setelah penyerangan di Sanfang Qixiang, Ling mencoba mencari tahu tentang Guan Mingzhu. Portofolio modeling-nya sebelum sakit lumayan banyak dan bagus-bagus, menunjukkan kualitasnya yang mungkin lebih baik dari Ling. Guan Mingzhu di mesin pencari sangat berbeda dengan yang Ling lihat pada peristiwa nahas kemarin, memancing rasa ibanya. Ling sempat kepikiran untuk menyelamatkan sang duta pertama setelah situasi mendingin, tetapi ternyata ia terlambat. Sangat terlambat.

Ling menoleh pada Xiang dengan mata tergenang. Pria jangkung itu menatapnya balik dengan putus asa. Raut seperti itu, padahal, tidak ditampakkannya sama sekali saat mereka menghabiskan waktu berdua di Sanfang Qixiang.

Lagi-lagi, aku gagal membuat Feng Xiang bahagia.

"Sampai fashion show, perusahaan akan membatasi dan mengawasi interaksi kalian berdua," putus Yang. "Jadwal kalian bersama akan dikurangi. Ini demi menurunkan pengaruh sikap impulsif Anda kepada A-Xiang lebih jauh, Nona Zhang."

"Apakah keputusan itu memang harus diambil atau kau hanya melindungi egomu, Kak?" Xiang mengerutkan kening sengit. "Zhang Ling juga merupakan kunci kesuksesan koleksi Fenghuang. Membatasi ruang geraknya bisa jadi bumerang bagi kita semua."

"Kalimat semacam itu tidak akan keluar darimu kalau kau benar-benar peduli dengan Kevin Huo, bukan kesenanganmu sendiri," serang Yang balik. "Keputusan itu telah dirapatkan dengan direksi, sementara keputusanmu pulang ke Fuzhou adalah impulsivitas. Tutup mulutmu dan patuhlah seperti A-Tian."

Ling mengepalkan tangan di sisi tubuh. Bicara dari hati ke hati bersama Xiang di Fuzhou memahamkan Ling bahwa Xiang masih menyayangi Yang. Perselisihan dalam bentuk apa pun sebetulnya melukai Xiang, maka kali ini pun, jangan sampai perselisihan di antara mereka meruncing.

"Saya mengerti, Direktur," ucap Ling, kini memutar tubuh menghadap Yang sepenuhnya. "Saya akan melanjutkan promosi di Shanghai, juga menjalankan keputusan perusahaan untuk membatasi interaksi dengan Feng Xiang. Namun, saya akan terus mengawasi Anda. Jika Anda menyakiti Feng Xiang dan menganggapnya seorang duta saja alih-alih adik Anda, jika Anda mengabaikan kebahagiaannya seperti yang sebelum ini selalu Anda lakukan, saya akan bertindak lebih berani dari sebelumnya."

Setengah mengentakkan kaki, Ling berjalan ke kursi di mana tasnya tersandar lesu. Disandangnya tas itu dengan kasar dan berbalik menuju pintu.

"Kalau sampai sesuatu yang buruk terjadi pada Feng Xiang, saya," kata Ling sambil menggandeng tangan Mingmei, "benar-benar akan membawa Feng Xiang pergi dari Kevin Huo."

Yang memberi Ling waktu 15 menit untuk meninggalkan kamar, tetapi nyatanya, Ling angkat kaki lebih dulu. Berada satu ruangan dengan Yang lebih lama mungkin akan membuat Ling muak dan muntah di tempat. Dalam 10 menit, ia sudah duduk di samping Mingmei, dalam mobil yang membelah jalanan Lujiazui, dengan siku bertumpu ke sisi jendela mobil. Jemari lentik Ling terselip ke rambut panjangnya yang berantakan.

"Maaf, Ling. Aku benar-benar mati kutu. Situasi Guan Mingzhu ini betul-betul tak terkendali. Publik mulai membuat rumor-rumor di atas berita kematiannya dan engagement media sosial resmi Kevin Huo sangat buruk. Aku tahu kalian berdua mungkin butuh waktu sebentar lagi untuk memulihkan diri dari syok, tapi aku juga tak punya solusi yang lebih baik ...."

Mingmei tak pernah terkesan begini menyesal ketika menyikapi 'kenakalan' modelnya, membuat Ling tertawa lelah.

"Rasanya aneh mendengarmu begini, Kak Mei. Biasanya kau cuma menyalahkanku kalau mulai berulah di luar kemauan Feng Yang."

"Aku tahu keadaan menjadi semakin sulit buat kalian berdua menjelang puncak peluncuran koleksi Fenghuang, jadi sudah seharusnya kalian saling menguatkan." Ketika lampu lalu-lintas berubah merah, Mingmei menginjak rem, sejenak mengalihkan perhatiannya dari jalanan kepada Ling. "Lagi pula, perasaanmu pada Feng Xiang yang sekarang sudah jauh berubah. Dengan perasaanmu yang seperti itu, pasti akan sulit memenuhi tuntutan Feng Yang untuk membatasi interaksi dengan Feng Xiang.

"Dia bukan lagi cuma model kelas A yang kaukagumi ... kan?"

Ling menggigit bibir dalamnya. Momen-momen yang ia lalui bersama Xiang di Fuzhou, tidak dapat dimungkiri, telah memperdalam perasaannya. Ia tak bisa membohongi siapa pun, terutama diri sendiri, apalagi setelah sesumbar akan 'merebut' Xiang dari Kevin Huo seperti tadi. Ironis; mengapa Ling justru harus menjauhi Xiang ketika perasaannya sudah cukup besar, berada di ambang lidah untuk diungkapkan?

"Jangan dipertegas begitu, dong, Kak Mei." Mencoba menyamarkan kemelut dalam dadanya, Ling memaksakan sebuah tawa–yang keluarnya sumbang. Air mata yang sejak tadi menggenang akhirnya jatuh juga. "Kamu memang benar. Feng Xiang sudah bukan cuma teladanku dalam modeling. Dia seorang adik, kakak, dan anak yang telah mengorbankan banyak hal demi keluarganya. Dia seorang seniman muda berhati lembut yang bisa lelah jika terus dituntut untuk menyempurnakan seninya. Dia ... laki-laki pengasih yang ingin kurangkul dan kulindungi setiap waktu. Dunianya terlalu kejam, bukan, Kak Mei?

"Tapi, mulai hari ini sampai fashion show, kami harus jalan sendiri-sendiri .... Berapa minggu yang harus kulalui tanpanya? Apa aku sanggup bertahan?"

Lampu lalu-lintas kembali hijau. Ling mulai terisak dan Mingmei membuang napas perlahan, berat.

"Ini bukan kali pertamamu menjalin hubungan dengan seorang pria. Hari-harimu akan segera kembali normal, lalu sebelum menyadarinya, tahu-tahu kau sudah bertemu dengan Feng Xiang lagi di fashion show." Mingmei berusaha mengecilkan dampak perpisahan Ling dengan Xiang. Gagal total.

"FENG XIANG TIDAK SEPERTI MEREKA SEMUA!" teriak Ling. "Perhatiannya, kekuatannya, kerapuhannya, keindahannya ... dia membuatku merasakan yang tak pernah kurasakan sebelumnya! Kata 'suka' atau 'sayang' tidak cukup, karena itulah aku tidak pernah bisa mengungkapkan perasaanku, padahal sebelumnya begitu mudah.

"Aku mencintainya, Kak Mei. Aku mencintai Feng Xiang, sangat mencintainya! Aku tidak mau berpisah darinya sehari pun, lalu bagaimana," isak tangis Ling disela batuk-batuk hebat; leher gadis itu terasa dicekik, "bagaimana aku bisa melewati hariku tanpa dia setelah ini? Feng Yang sialan, kembalikan Feng Xiang padaku!!!"

Seperti bocah yang sedang tantrum, Ling menangis kencang-kencang. Tangan dan lengannya terus mengusap pipi, berharap dapat mengeringkan air mata yang turun, sayang perbuatannya sia-sia. Air mata Ling mengalir sangat deras hingga membasahi pangkuan. Kenangan di Sanfang Qixiang sesekali iseng membayanginya, membuatnya merasa makin menyedihkan alih-alih melipur laranya.

"Ini tempat penting bagiku dan aku ingin punya foto cuma berdua denganmu ... orang yang sudah membuatku berani membahagiakan diri sendiri."

Ling meremas rambutnya, mungkin akan mencabut beberapa helai dari akar kalau Mingmei tidak mencegahnya menyakiti diri sendiri. Mingmei lantas mengambil dua lembar tisu dari dasbor dan menyerahkannya pada sang model.

"Menangislah yang puas–soalnya di Shanghai nanti, kau harus kembali jadi fenghuang yang kuat dan cantik."

"Terima kasih–hiks–sudah mengingatkanku," balas Ling sambil membersit hidung keras-keras, membuat bunyi yang jelek sekali. "Kau harus–hiks–temani aku minum, ya–hiks–kalau sudah sampai ...."

"Setelah jadwalmu." Mingmei mengusak rambut Ling dengan tangan yang tak memegang kemudi. "Akan kubelikan minuman paling enak di apartemen buat teman mengumpati Feng Yang."

Barulah Ling bisa tertawa sedikit, tawa yang tulus alih-alih memuat dusta. Mingmei memang paling tahu cara menghiburnya setelah putus cinta. Oke, mungkin situasi saat ini tidak persis seperti putusnya dia di masa lalu, tetapi setidaknya, ada dua kesamaan: Ling patah hati dan ada seseorang yang mesti dimakinya karena itu.

***

"Zhang Ling!"

Begitu Ling beranjak dari kamar rawat, Xiang dengan panik mengejar. Yang mencekal pergelangan tangannya sebelum ia sempat keluar. Telapak tangan yang dicekal itu adalah yang terluka, tetapi Xiang mengibaskannya dengan kuat agar bisa melepaskan diri dari Yang. Tentu saja jahitan di tangan itu langsung berdenyut-denyut menyakitkan. Meskipun demikian, segera setelah tangannya terlepas dari genggaman Yang, Xiang menggunakannya untuk merenggut kerah kemeja sang kakak. Didorongnya Yang sekuat-kuatnya ke dinding, menimbulkan nyeri yang membuat petinggi Kevin Huo itu memicing.

"Berhenti menyakiti Zhang Ling atas nama perusahaan!" ujar Xiang geram. "Berhenti menyakitinya seperti kau menyakiti dua duta sebelumnya!"

Raut kesakitan Yang tak bertahan lama, dengan segera kembali datar. "Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa Zhang Ling lebih kuat dari mereka berdua? Itu berarti kau mengakui apa yang terjadi pada Xie Yaoyiwen dan Guan Mingzhu bukan salah Kevin Huo, apalagi salahku. Mengapa mendadak aku jadi penjahatnya?"

Xiang tidak bisa menjawab itu, maka ia melepaskan kerah kakaknya yang kusut. Setelah merapikan pakaiannya, Yang maju selangkah, menghampiri adiknya yang frustrasi.

"Asal kau tahu, Adik, aku senang kalau kau jatuh cinta pada seseorang, tetapi tidak dengan mengorbankan kariermu. Karier kita. A-Tian bekerja pagi sampai malam buat baju-baju itu, bersama dengan tim kreatifnya. Apa kau ingin usaha keras mereka percuma?

"Ah, benar, itu mengingatkanku; dengan bertindak semaumu, kau akan membawa banyak orang di Kevin Huo, bukan cuma kita bertiga, untuk jatuh bersama. Berada di puncak Kevin Huo berarti mengesampingkan diri kita, kebahagiaan kita, selama perusahaan tetap berada di titik tertingginya." Yang menepuk bahu Xiang mantap. "Kau mengerti?"

Xiang menyingkirkan tangan Yang dari bahunya segera setelah tangan itu mendarat, merasa tak nyaman. Namun, ucapannya kemudian menunjukkan bahwa ia tak serta-merta menyerah pada Yang.

"Ayah dan Ibu akan segera datang dari rumah untuk membawakanku pakaian ganti."

Mendengar ini, Yang terpaku; ekspresinya menegang.

"Kalau kau tidak segera pergi, kalian akan bertemu–dan saat itu, kau akan sadar bahwa kata-katamu tidak sepenuhnya benar. Kau akan ingat lagi apa yang penting bagi jiwamu, lalu malu pada Zhang Ling karena ialah yang mengatakan kebenaran," sambung Xiang. "Apa kau akan jadi pengecut dan lari, atau kau akan menunggu untuk membuktikan ucapanku?"

"Waktu yang kita miliki untuk persiapan fashion show sudah berkurang banyak, jadi aku tak akan menunggu. Manajer akan menjemputmu dalam dua hari, sebaiknya kau bersiap-siap." Yang memperingatkan sebelum beranjak dengan terburu-buru. "Jaga dirimu."

"Segitu saja nyalimu setelah mengancam Zhang Ling seperti tadi?" tanya Xiang dengan nada tinggi. "Kau betulan pengecut, Feng Yang!"

Namun, Yang tidak melihat ke belakang. Xiang juga tidak menyusulnya. Alih-alih, ia mengempaskan diri ke tepi ranjang, menangkupkan kedua tangan untuk menyangga dahi, dan mendesah keras sebelum tertunduk dalam-dalam. Dadanya sesak. Segala kegembiraan yang ia dapatkan selama berada di rumah, juga di Sanfang Qixiang, rasanya telah menggelincir begitu saja dari genggamannya. Ling tak lagi terjangkau, sementara Yang masih saja menolak untuk pulang.

Sesingkat apa pun, sebuah kehilangan tetap saja terasa mengimpit, apalagi dua kehilangan.

"A-Xiang, ada apa?! Ke mana Xiao Ling pergi?"

Orang tua Xiang datang sekitar sepuluh menit setelah Yang pergi. Demi mendapatkan anaknya tersengal-sengal di tepi kasur, si ibu setengah melempar barang bawaannya ke sisi dan tergopoh memeriksa putra keduanya. Ia rangkul Xiang begitu yakin pria muda itu tak terluka–setidaknya, dari luar. Mata Xiang memancarkan duka mendalam yang memancing keibaan ibunya.

"Zhang Ling pergi," jawab Xiang lirih. "Kak Yang mengusirnya."

Pasangan Feng terbelalak. "A-Yang kemari?!" tanya ayah Xiang, nyaris berseru saking kagetnya. "Untuk apa? Mengapa tidak menunggu kami kembali?"

Xiang terkulai pasrah ke pelukan ibunya. "Dia cuma datang untuk menghukumku."

"Menghukum? Atas kesalahan apa?"

"Untuk mencintai Zhang Ling, mungkin," jawab Xiang sembari memejam perlahan. "Ini pertama kalinya aku jatuh cinta pada seseorang, tetapi mengapa rasanya begitu kacau?"

Ibu Xiang membelai sisi tubuh putranya tanpa sedikit pun melonggarkan dekapan, sementara ayah Xiang duduk menyebelahi sang putra, memberikan kekuatan dengan kehadirannya.

"Siapa tak kacau saat jatuh cinta?" tanya ibu Xiang tanpa mengharap jawaban. "Bersyukurlah. Perasaan itu menandakan bahwa kamu masih manusia, bukan cuma simbol atau karya seni bagi sebuah perusahaan." []

we've reached 41 chaps.. apakah karya ini akan sepanjang rough yg mencapai 70 something chaps?

Continue Reading

You'll Also Like

296 99 14
Setelah kepergian Cinta Pertama nya, hati nya tertutup terkunci, sepertinya semua sudah berakhir, dalam pikirannya dia hanya akan hidup berdua saja d...
4.2K 187 5
Cerita setelah Camila dan Keenan menikah. Selengkapnya di Karya Karsa
8.5K 235 5
Setelah tujuh tahun berpisah, Langit Askyandara dipertemukan kembali dengan Sea Manikam Wirjaatmadja dalam sebuah project kerja bersama. Lama tidak b...
158K 25.2K 28
Swipe right. Dua kata yang tidak asing untuk pengguna dating apps. Bermula saat Liora merasa iri dengan teman-temannya yang sudah punya pacar, akhirn...