Akari Namikaze (Naruto's Sist...

By agathaazelia

9.8K 954 87

Kalau bisa memilih untuk melakukan transmigrasi. Ia akan memilih pindah ke cerita anak sekolah atau drama rom... More

Bab 1 : Dunia yang berbeda
Bab 2 : Berita Menghebohkan
Bab 3 : Rasa Sakit
Bab 4 : Pesta Yang Kacau
Bab 5 : Pengorbanan untuk Cahaya
Bab 6 : Munculnya Akatsuki
Bab 8 : Kehancuran
Bab 9 : Setelah Kepergianmu
Bab 10 : Pengkhianat
Bab 11 : Sekutu
Bab 12 : Akari Yang Asli
Bab 13 : Kekacauan
Bab 14 : Kesempatan Terakhir
Bab 15 : Apakah ini akhir?
Bab 16 : Keputusan Menyakitkan
Bab 17 : Calon Suami
Bab 18 : Rahasia Terbongkar
Bab 19 : Penyesalan
Bab 20 : Malaikat Penjaga
Bab 21 : Harapan
Bab 22 : Bertemu dengannya
Bab 23 : Keinginan Hidup

Bab 7 : Jangan Pergi Akari

481 48 0
By agathaazelia

Setelah mereka setuju untuk membantu Akari. Izumi memutuskan untuk membahas rencana lebih lanjut di rumahnya.

"Akari apa kau yakin bisa bicara dengan Orochimaru sendirian?" Tanya Izumi.

"Aku tidak yakin sih, cuman mau bagaimana lagi. Akan terlihat mencurigakan kalau kita menarik perhatian orang lain."

Hana mengetuk jarinya diatas meja. Ia terlihat bosan karena diskusi ini belum menemukan titik terang. "Hei kalian beneran yakin Orochimaru akan datang? Bagaimana kalau ternyata hanya anak buahnya saja yang datang?"

"Orochimaru akan datang. Jangan bertanya seperti itu terus Hana, kau sudah menanyakan itu 5 kali."

"Kau yakin sekali Akari. Baiklah.." Hana membenarkan posisi duduknya. "Kalian bisa memakai peralatan ninja ku."

"Hei Hana! Kau bisa kena hukuman jika meminjamkan peralatan anbu."

"Tenang saja, ini hanya alat komunikasi." Hana memakai salah satu ditelinganya. "Lihat! Ini bisa menghilang."

Izumi dan Akari terlihat tidak yakin dengan ide Hana. Anbu memang lebih mudah mendapatkan peralatan yang lebih canggih dikarenakan misi-misinya lebih berat daripada ninja biasa.

"Hei kalian! Kalau kita pakai peralatan ninja lama dia akan mudah mengenalinya, kalau kita sedang menjebaknya. Tenang saja, aku meminjamkan ini sebagai jaminan agar dia nih." Hana menunjuk Akari dengan jarinya. "Tidak melakukan percobaan bunuh diri."

Izumi memakai benda itu ke telinganya. "Sepertinya bagus, bagaimana kalau kita memakainya Akari?"

"Ya, kita memerlukan alat itu. Tapi ingat, kita tidak boleh dicurigai."

"Tenang saja Akari. Kita nih ninja kelas atas, kau meragukan temanmu ya?"

"Tidak bukan seperti---"

"Izumi-san, izumi-san. Apa kau ada didalam rumah?"

Suara ketukan dan panggilan seseorang memotong ucapan Akari.

"Seperti suara Naruto. Apa dia mencarimu Akari?"

"Mungkin."

Mereka bertiga berjalan ke depan pintu untuk melihat apa yang diinginkan Naruto.

"Izumi-san, apa kau melihat... Kakak!!"

Naruto memeluk Akari dengan erat. "Hei aku mencarimu kemana-mana, ternyata kau ada disini?"

"Naruto, ada apa?"

"Kau yang ada apa!? Ini sudah malam tau, aku khawatir kau tidak pulang."

Mereka bertiga melihat kearah langit yang sudah gelap.

"Ternyata sudah gelap ya." Hana tertawa melihat mereka bertiga sama bodohnya.

"Apa kalian sedang bergosip? Aku tau dari Sakura bahwa gadis-gadis suka bergosip hingga lupa waktu."

"Iya Naruto, kita sedang menggosipkan dirimu." Jawab Hana dengan mengedipkan matanya.

"Eh..aku?" Wajah naruto memerah membuat ketiga gadis itu tertawa.

"Sudah-sudah, ayo kita pulang Naruto. Sepertinya kau lapar."

Sebelum Akari dan Naruto pergi, Izumi menarik tangan Akari untuk diam ditempat. "Hei bagaimana kalau kita makan bersama? Aku juga sendirian."

"Aku mau! Ayo kita makan bersama sepertinya asik. Boleh ya kak?"

"Ajak aku juga kakak." Hana mengikuti gaya bicara Naruto.

Akari menghela nafasnya. "Ayo cepetan berangkat! Yang terakhir sampai di kedai ramen dia yang bayar."

Seketika asap muncul menghilangkan jejak Akari.

"Hei itu curang namanya!!" Protes mereka bertiga.

......

Malam ini di kedai ramen sangat ramai. Apalagi di jam segini para ninja baru selesai menjalankan tugas.

"Naruto, kau harus membayar makananku."

"Hei tidak adil! Kalian mau memeras anak kecil!!"

"Tapi kau kan yang kalah Naruto." Izumi membela Hana yang membuat Naruto semakin kesal.

"Kalian jahat sekali! Kakak bantu aku." Naruto mengguncangkan badan Akari agar mau membelanya.

Akari menggelengkan kepalanya melihat sikap mereka bertiga. "Kalian bertiga cukup! Tidak malu apa menjadi bahan tontonan."

"Ini semua kan idemu Akari!! Pokoknya Naruto kalah, bayar makanan kita."

"Yasudah biar aku yang bayar makanan kalian."

Mereka berempat terkejut menatap seseorang yang sudah mengeluarkan dompetnya.

"Shisui."

"Hai."

Akari membuang pandangannya dari wajah Shisui. Ia sangat canggung bertemu dengannya lagi setelah pesta kelulusan Naruto.

"Shisui-san, kau memang yang terbaik. Aku menyukaimu." Naruto memeluk Shisui dengan erat.

Shisui tertawa dengan sikap Naruto. "Ya, tapi sepertinya kakakmu tidak menyukaiku."

Akari menegang karena ucapan itu. Mereka semua menatap Akari dengan serius.

"Hahaha aku menyukaimu juga Shisui." Seketika suasana semakin hening dengan respon Akari.

"Sialan, situasi macam apa ini!?"

"Ada apa ini? Kenapa kalian menyatakan cinta disini," ucap Hana dengan ekspresi jijiknya.

"Hei!! Aku tidak menyatakan cinta!"

Shisui dengan cepat menarik Akari sebelum ia memukul Hana."Sudah jangan ribut lagi. Akari, bisakah kita bicara?"

Akari melihat ke mereka bertiga untuk meminta persetujuan. Tapi respon mereka malah terlihat tidak peduli. Mereka hanya menikmati ramen mereka masing-masing.

"Sialan mereka! Aku seperti dijual demi ramen."

"Baiklah." Akari mengikuti Shisui keluar dari kedai ramen.

Setelah agak jauh dari kedai, Shisui berhenti diikuti Akari dibelakangnya.

"Aku dengar, Kakashi sudah menceritakan semuanya padamu."

"Ya. Kakashi sudah menceritakan semuanya padaku."

Shisui terlihat menghela nafasnya. Membuat Akari semakin bingung dengan arah pembicaraan mereka.

"Setelah kau mengetahui itu, apa kau masih akan mendekati Orochimaru?"

Akari melebarkan matanya terkejut dengan ucapan Shisui. "Eh!? Bagaimana kau tau Shisui?"

"Apa kau berubah dari tunanganku menjadi fansku?"

Shisui tidak merespon ucapan Akari. Ia terus menatap Akari dengan tajam membuat Akari salah tingkah. Hah, memang tidak ada waktu bercanda dengan uchiha pemarah.

"Ya benar. Bahkan setelah aku tau semuanya, aku makin penasaran dengannya."

"Akari, kau tidak bisa melawannya. Kau tidak sebanding dengan kekuatannya."

"Eh!? Apa kau sedang meremehkan ku?"

Akari menunjuk kearah Shisui. "Ingat ya shisui aku nih ninja yang hebat. Memang sih bukan sebanding dirimu yang jenius. Tapi aku juga hebat sialan!!"

"Sial bukan gitu, maksudku kau seharusnya sadar posisimu."

Bukannya membujuk Akari untuk berhenti, Shisui membuat Akari semakin kesal.

"Hei shisui, kau ini kenapa?"

"Kau yang kenapa Akari!? Kenapa kau sering mencari bahaya!"

Plakk

Satu tamparan mengenai pipi Shisui. Akari menggigit bibirnya, mendengar ucapan shisui ada rasa sakit yang timbul dihatinya.

Kenapa Shisui harus berteriak kepadanya. Apa salahnya? Lagian menjadi ninja memang selalu dalam situasi bahaya kan?

"Kau aneh." Akari meninggalkan Shisui yang masih terdiam ditempatnya.

Tapi baru beberapa langkah, Shisui menarik Akari dalam pelukannya.

"Shisui." Akari terkejut dengan sikap Shisui. Ia ingin melepaskan pelukan itu, tapi Shisui memeluk Akari dengan erat.

"Jangan pergi," ucap Shisui dengan suara rendahnya.

"Jangan pergi Akari."

"Hei kau ini kenapa sih!?"

"Aku tidak ingin kehilanganmu. Untuk itu, biarkan aku bersamamu dan menjagamu Akari."

Akari terkejut mendengarnya. Ia jadi teringat dengan ucapan Kakashi di pemakaman.

"Dari dulu dia selalu menjagamu walaupun harus ia yang dikorbankan."

Akari menghela nafasnya. Iya terus mengingat ucapan itu. Apa Shisui beneran takut kehilangannya?

Akari membalas pelukan Shisui. "Jangan takut, kamu tidak akan pernah kehilanganku."

"Shisui, aku akan selalu dalam bahaya. Tapi aku kuat. Jangan pernah meremehkan calon istrimu. Sedikitpun tidak boleh."

"Kau memang beneran keturunan Uzumaki, Akari. Baiklah aku tidak akan meremehkan mu Ratu."

Mereka berdua tersenyum mendengarnya. Setelah kejadian ini Akari maupun Shisui berharap hubungan mereka akan terus membaik.

"Hei, apa kita boleh menganggu mereka?"

"Jangan berisik Naruto. Ini adegan seru."

"Kok mereka tidak ciuman sih! Tidak seru."

"Hana jangan berisik!"

"Apa sih Izumi, itu bukan suaraku!"

"Eh."

Izumi melirik disampingnya melihat genma yang juga ikut menonton bersama mereka.

"Genma-san sejak kapan kau---"

Genma membekap mulut Izumi dengan tangannya. "Diam, jangan berisik nanti kita ketahuan."

"Kalian semua aneh, aku ingin keluar saja. Lebih baik aku makan ramen."

Naruto keluar dari tempat persembunyian mereka. Setelah kejadian ini Naruto semakin yakin bahwa teman-temannya lebih baik daripada teman kakaknya.

"Apa kakak betah berteman dengan mereka?" Ucap Naruto terheran-heran dengan para ninja itu.

Continue Reading

You'll Also Like

46.6K 5.8K 51
Violeta adalah seorang gadis yatim piatu namun dia memiliki kekuatan yang tidak dimiliki orang lain Kesehariannya hanya menuntaskan berbagai misi ya...
426K 43.9K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
11.4K 1.6K 56
Lanjutan/sambungan dari fanfic Naruko Uzumaki. Karena kayaknya udah kebanyakan disana, makanya saya lanjut ceritanya disini. Chapter 108
77.1K 11.7K 16
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...