NAVYA: Secreet Wife

By admla_

73.6K 5.8K 1.6K

-Don't forget follow, vote, and comment! -Don't copy my story! Jangan jadi plagiat kalau ingin mempunyai kary... More

PROLOG
NSW: Teman Lama
NSW: Permintaan Agnes
NSW: Bersama Papa
NSW: Samuel Marah
NSW: Sorry
NSW: Hilang?
NSW: Kembalinya Queen Of Darkness
NSW: Keluarga Psikopat
NSW: Tuan Samuel
NSW: Navya Cemburu?
NSW: Family Time
NSW: Teman Lama (2)
NSW: Kecurigaan Sean
NSW: Kedatangan Amberly
NSW: Klinik
NSW: Don't Leave Me
NSW: Sick
NSW: Malam yang indah
NSW: I'm Here
NSW: Apapun Untuk Keluarga
NSW: Tingkah Konyol Regal
NSW: Kedatangan Cegil
NSW: Sebuah Informasi
NSW: Duo Spy
NSW: Pilihan Yang Berat
NSW: Wait For Me
NSW: Terasa Asing
NSW: You're Still My Princess
NSW: Peace
NSW: The Best Parents
NSW: Jangan Hina, Camila
NSW: Samuel vs Dua Ipar
NSW: Posesif Dad
NSW: I Hated That Incident
NSW: Shinning Day

NSW: Terungkap

968 106 37
By admla_


Setelah perjalanan yang panjang Navya dan Farhan tiba di Amerigo Vespucci Peretola Airport. Farhan menahan pergelangan tangan Navya. Wanita itu melirik ke arah patnernya, kini keduanya akan langsung pergi ke lokasi tempat persembunyian Freddy.

Farhan berdehem pelan. "Nay, kita harus ubah strategi," kata Farhan yang membuat Navya terkejut.

"What the hell? Lo gila? Sudah ngga ada waktu lagi Farhan. Kak Silla harus segera kita selamatkan," ucap Navya kepada Farhan.

"Gue tahu, tapi kondisinya sekarang lo lagi hamil dan gue ngga mau ambil resiko yang tinggi," kata Farhan.

Navya menghempaskan tangan Farhan, untuk ke sekian kalinya Farhan membahas hal ini. Di dalam pesawat pun Farhan terus menerus membahas hal ini yang membuat Navya muak. Navya menatap datar Farhan.

"Han, gue bisa jaga diri gue dengan baik di sini, so, tolong jangan halangi gue untuk menyelesaikan misi ini." Farhan menatap Navya dengan tidak percaya. Wanita yang ada di hadapannya sekarang benar-benar keras kepala.

Farhan menghela napas panjang. "Oke, kalau itu mau lo gue ngga bisa tahan lo lagi. Tapi ingat satu hal, kalau terjadi sesuatu sama kandungan lo dan Samuel tahu hal ini, lo jangan pernah menyesal jika dia kecewa besar ke lo. Lo ngga jujur soal ini ke Samuel sama aja ngga menghargai dia sebagai suami lo," pungkas Farhan lalu pergi duluan.

Navya terdiam di tempat. Dia tahu resiko yang akan dia terima setelah ini. Navya menepis semua pikirannya tentang rumah tangga dia, saat ini Navya hanya ingin fokus pada misi. Hari ini juga dia harus menyelesaikan kasus Freddy yang sudah lama di tutup.

Kedua tangan Navya terkepal kuat. Selain dia dendam kepada Freddy karena sudah melecehkan sahabatnya, Navya juga dendam karena Freddy sudah mengusik keluarganya. Navya menyusul Farhan yang sudah pergi menuju mobil jemputan. Keduanya dijemput oleh anggota yang sedang bertugas di Italy.

Sedangkan di tempat lain Silla di kurung di sebuah ruangan yang gelap dan berdebu. Tangan dan kakinya diikat dengan tali tambang yang kuat. Silla menatap seorang pria yang duduk di sebuah kursi.

"Brengsek, lepasin gue!" teriak Silla lantang.

Freddy menatap nanar Silla yang menjadi tawanannya. "Gue bakal lepasin lo setelah adik lo datang. Tentunya lo akan melihat kematian adik lo sendiri, Sillandra Beatarisa," kata Freddy santai.

Mendengar hal itu Silla terkekeh sinis. "Lo pikir adik gue se-bodoh lo? Navya itu pintar. Tentunya dia datang ke sini dengan strategi yang sudah matang. Freddy, lo kalau mau cari masalah lebih baik cari tahu dulu siapa lawan lo. Navya Beatarisa itu pintar, bahkan lebih pintar daripada gue," ucap Silla dengan nada mengejek.

Freddy menggeram marah. Dia tak suka dihina, apalagi yang menghinanya seorang perempuan. "BANGSAT!" Freddy melemparkan sebuah gelas ke arah Silla. 

Gelas tersebut mengenai kepala Silla yang membuat gadis itu terluka. Sakit? Tentu. Tetapi Silla tidak akan tumbang begitu saja.

Darah mengalir dari pelipis Silla. Gadis itu tersenyum mengejek. "Lo tahu? Gue yang sebagai kakaknya Navya saja mengakui kekalahan. Apalagi lo? Lo bukan lawannya. Bahkan tanpa bantuan Samuel adik gue bisa membunuh lo," ucap Silla. Kepala Silla terus mengeluarkan banyak darah.

Freddy beranjak dari duduknya, dia melangkah mendekat ke arah Silla. Sudah tiga hari Silla dia tahan untuk dia jadikan umpan. Freddy mencengkram kuat dagu Silla. "Kita lihat saja nanti, siapa yang akan mati di sini. Gue atau adik kesayangan lo itu.Oh, ya, gue denger adik lo lagi hamil, sepertinya bagus kalau gue menghancurkan janin adik lo terlebih dahulu," bisik Freddy dengan tersenyum sinis.

Tubuh Silla mematung. Dia tidak tahu kalau saat ini Navya tengah hamil, sekarang dia sedikit takut. Melihat ekspresi Silla yang berubah membuat Freddy tersenyum sinis. "Lo ngga tahu Navya hamil? Wow, itu artinya lo ngga penting untuk hidup Navya. Semua orang sudah tahu tentang kehamilan adik lo, tapi lo sendiri ngga tahu? Kasihan banget si lo," sambung Freddy.

Pria itu sengaja berbohong untuk membuat hubungan antara Silla dan Navya kembali hancur. Semua yang Freddy katakan barusan adalah kebohongan. Banyak orang yang belum tahu tentang kehamilan Navya. Pria itu tahu karena mata-matanya yang terus mengikuti semua pergerakan Navya.

Pintu ruangan terbuka menampilkan seorang gadis masuk ke dalam ruangan tersebut. Gadis itu menatap Freddy. "Mereka sudah datang. Persiapkan diri lo dan kita beri mereka kejutan." Mendengar hal itu sudut bibir Freddy terangkat.

Freddy berdiri dengan merapikan sedikit pakaiannya. "Navya Beatarisa, sekarang saatnya gue membalaskan semua dendam gue kepada lo," batin Freddy lalu pergi begitu saja meninggalkan Silla.

Gadis itu menyusul Freddy. Kini Silla benar-benar sendiri di dalam ruangan. "Nay, jaga diri lo baik-baik," gumam Silla.

Ia tak bisa melakukan apa pun. Bahkan dia tak bisa menyelamatkan dirinya sendiri, apalagi dia menyelamatkan adiknya? Itu tak akan mungkin terjadi.

*****

Kini Navya dan Farhan berada di depan gedung tua yang jauh dari jangkauan masyarakat. Jarak dari bandara menuju lokasi gedung tua tersebut tidak begitu jauh. Navya memakai baju anti peluru untuk melindungi dirinya dari serangan, begitu pun dengan Farhan.

Farhan melirik ke arah Navya yang sudah siap dengan memegang sebuah pistol. "Siap?"

Navya menganggukkan kepalanya. "Siap. Hari ini juga kita harus selesaikan misi ini," ucap Navya kepada Farhan. Pria itu setuju dengan Navya.

Misi ini sudah begitu lama mereka jalankan, dan harus segera di selesaikan.

Farhan menatap ke atas, dia merasa sedang diawasi oleh seseorang. Benar saja, saat dirinya lengah sedikit terdengar suara tembakan dari arah lain. Navya mencari sumber suara, gadis itu meluncurkan satu pelurunya ke atas udara.

Satu persatu anggota Freddy keluar dari persembunyian. Navya dan Farhan di kepung oleh puluhan orang yang menggunakan pakaian serba hitam. 

Farhan dan Navya berdiri saling berhadapan dengan musuh. Navya berdiri sisi sebelah kiri, sedangkan Farhan disebelah kanan. "Nay, lo tahu apa yang harus lakuin, kan?"

"Ya. Saatnya bersenang-senang dengan bola kematian," kata Navya dengan mengeluarkan sesuatu dari dalam tas kecilnya yang selalu dia bawa ketika menjalankan misi.

Navya mengambil dua bola kecil lalu dia lemparkan ke sembarang tempat. Ketika bola tersebut jatuh ke tanah membuat suara ledakan yang tak begitu kencang, namun mengeluarkan asap yang cukup tebal.

"SEKARANG NAVYA!" Teriak Farhan.

Navya pun menyerang semua anggota Freddy satu persatu. Farhan masuk ke dalam gedung terlebih dahulu, semua ini sudah mereka rencanakan ketika di dalam mobil.

Pertama, Navya akan membuat penglihatan musuh menjadi terganggu. Barulah dia menyerang semua musuh sendirian dan Farhan masuk ke dalam untuk menyerang semua anggota Freddy yang lain.

Navya menyerang semua musuh menggunakan sebuah senjata yang berbentu tipis dan runcing di bagian ujungnya. Navya menusuk bagian mata dan jantung. Darah demi darah mengenai Navya.

Kini depan gedung tua sudah seperti lautan darah. Darah berada di mana-mana. Semua musuh tidak ada yang Navya beri cela sedikit pun untuk menyentuhnya. Navya melakukan aksi penyerangan dengan sangat gesit.

Hingga tak sampe sepuluh menit semua musuh berhasil Navya tumbangkan. Semua anggota Freddy sudah tergeletak di tanah dengan keadaan tak bernyawa. Navya mencabut senjata miliknya, darah menetes dari ujung senjatanya yang sangat runcing dan tajam.

Navya pun masuk ke dalam gedung untuk menyusul Farhan.

Di sebuah ruangan Freddy melihat semua aksi Navya dari kamera pengintai yang berada diluar. "Lo tahu kelemahan dia di mana?" tanya Freddy kepada patnernya.

"Kelemahan Navya hanya ada di orang yang dia sayangi. Kalau dia melihat orang yang dia sayangi terluka, maka Navya melemah dan dia tidak akan fokus pada penyerangannya." Freddy mengeluarkan smirknya. 

"Bawa Silla ke hadapan gue. Kita buat Navya tak berkutik, setelah itu lo hadapin Farhan biar Navya menjadi bagian gue," kata Freddy.

Tanpa menjawab perkataan Freddy gadis itu pergi begitu saja. Gadis itu menggunakan topeng setengah wajah, dia ikut mendukung Freddy hanya untuk menghancurkan keluarga Narendra. Ia sangat membenci keluarga Narendra.

Navya menghampiri Farhan yang sudah menghabisi beberapa anggota Freddy yang ada di dalam. Navya melihat Farhan sedikit terluka dibagian lengan kanan dan sudut bibir. "Lo gapapa?"

"Gapapa," ucap Farhan dengan menyekat darah yang keluar dari sudut bibirnya.

Farhan melirik ke arah Navya yang tak ada luka sedikit pun. Pria itu menegakkan tubuhnya lalu menatap gedung tua yang sangat luas.

"FREDDY KELUAR! LO JANGAN JADI PENGECUT YANG HANYA BISA BERSEMBUNYI DI SUATU TEMPAT!" Teriak Farhan lantang.

Teriakan pria itu membuat menggema di dalam gedung. Navya memperhatikan sekitar, takut masih ada anggota Freddy yang bersembunyi di setiap sudut gedung.

"Di mana kak Silla? Kita ngga mungkin cek satu persatu ruangan di sini," kata Navya kepada Farhan.

"Lo tenang saja, sebentar lagi Freddy akan keluar," ucap Farhan.

Kesabaran Farhan mulai menipis. Dia benci berada di dalam gedung tua ini, sangat penuh debu dan kotor. "PENGECUT!!!"

"Siapa yang lo bilang pengecut?" Suara bariton yang sangat lantang membuat Navya dan Farhan terdiam. Keduanya mencari sumber suara tersebut, pandangan Navya tertuju kepada lantai dua. 

Di mana Freddy berdiri di belakang Silla dengan sebuah pistol yang tepat berada disamping kepala Silla. "KAK SILLA!"Teriak Navya.

Tubuh Silla gemetar, dia takut dengan pistol atau bahkan suara pistol. Silla menatap adiknya dengan air mata yang sudah jatuh membasahi pipi. "Nay, jangan kesini," ucap Silla dengan gemeteran.

Freddy menarik pelatuk pistol tersebut. "Diem atau gue hancurkan kepala lo!" ancam Freddy.

Kedua tangan Navya terkepal kuat. "LEPASIN KAK SILLA!"

Cih, Freddy berdecih sinis. "Lepasin sendiri kalau bisa!" Freddy kembali membawa Silla ke sebuah ruang.

Navya menggeram marah. "Biar gue yang kejar Freddy," kata Navya lalu pergi begitu saja yang membuat Farhan kaget.

"Nay, jangan gegabah! Bisa saja itu jebakan dia," ucap Farhan yang sedikit berteriak. Namun, Navya tak menggubris Farhan.

Farhan mengumpat. Tanpa Farhan sadari ada seorang gadis dibalik tembok yang tengah bersembunyi. Gadis itu adalah patner Freddy yang turun ke bawah melalui tangga yang lain, ia mengarahkan pistol miliknya ke arah Farhan.

Gadis itu menarik pelatuk pistol lalu ia menembak Farhan dengan satu peluru tersebut.

Farhan menatap tajam arah suara tembakan berbunyi, tanpa di duga pria itu menangkap peluru pistol dengan tangannya sendiri. Farhan berdesis remeh. "Lo pikir dengan pistol bisa membunuh gue? Ngga akan! Keluar lo, jangan jadi pengecut kayak bos lo," ucap Farhan dengan nada menantang.

Seorang gadis yang menggunakan gaun merah keluar dari persembunyiannya. Farhan terkejut. "Perempuan. Siapa lo?"

Tanpa menjawab pertanyaan Farhan, gadis itu membuka topeng setengah wajahnya.

Deg!

Tubuh Farhan mematung melihat gadis yang berdiri tak jauh darinya. "Lo?!" kaget Farhan dengan tatapan yang tak percaya.

Brakk!

Navya menendang kuat pintu ruangan yang di tutup oleh Freddy. Di dalam ruangan Freddy sendiri berdiri dipojok ruangan dengan Silla yang masih menjadi tahanannya. Navya masuk ke dalam dan melihat sang kakak yang sudah ketakutan.

"LEPASIN KAK SILLA!" Navya menjeda ucapannya. Dia menatap tajam Freddy. "Jangan lo libatkan keluarga gue! Lo dendamnya sama gue, kan? Lo lepasin kakak gue sekarang dan lo bunuh gue di sini!" sambung Navya.

Freddy mengeluarkan smirk-nya. Pria itu menghempaskan tubuh Silla begitu saja ke lantai. Kepala Silla terbentur keras dengan tiang besi. Bola mata Navya terbelala. "KAK SILLA!"

Freddy menodongkan pistolnya ke arah Silla. "Jangan bergerak atau gue tembak kakak lo," ancam Freddy yang tidak main-main. Navya menghentikan langkahnya. Seketika semua strategi yang dia dan Farhan rencanakan hilang dalam benaknya.

"Jatuhin semua senjata lo," pinta Freddy yang langsung diturutin oleh Navya.

Navya menjatuhnya seluruh senjata yang dia bawa, dari pistol, dua benda tajam, serta tas kecil misinya. Wanita itu menatap Freddy. "Sudah. Sekarang lo jauhin pistol itu dari kakak gue," ucap Navya kepada Freddy.

Freddy melangkah mendekat ke arah Navya. Pria itu tersenyum misterius yang di mana Navya sendiri tak dapat menebak maksud dari senyuman Freddy. 

Saat keduanya saling berhadapan Navya sedikit was-was dengan gerak-gerik Freddy. Dirinya tak tahu apa yang akan dilakukan oleh pria itu. Freddy menyentuh dagu Navya, namun langsung ditepis dengan kasar oleh wanita itu.

Freddy berdesis sinis. "Lo sama seperti dulu, sok jual mahal," bisik Freddy tepat di telinga Navya.

Navya tak bergeming. Wanita itu tak bergerak atau mengeluarkan suara apa pun. Freddy berjalan mengelilingi tubuh Navya. 

Bugh!

Navya menendang kuat perut Freddy dari belakang. Pria itu tersentak kaget mendapatkan serangan mendadak, ia menjatuhkan pistol miliknya. Navya mengambil pistol tersebut lalu membuangnya ke pojok ruangan.

Merasa tak puas Navya memberikan bogeman diwajah Freddy. Emosi Navya menggebu-gebu. 

Navya menyerang Freddy dengan membabi buta. Dia memukul, menendang Freddy. 

Freddy mengeluarkan smirk-nya. Dia kalah begitu saja? Di saat Navya tengah lengah ia mengambil kesempatan untuk membalas Navya. Pria itu bangkit lalu menyerang Navya.

Keduanya saling menyerang satu sama lain. Terjadi perkelahian yang hebat antara Freddy dan Navya. Mereka berdua sama-sama menyimpan dendam satu sama lain. Freddy yang mempunyai dendam karena ulah Navya dia harus berada di dalam penjaran selama belasan tahun, sedangkan Navya masih dendam kepada Freddy atas perbuatan pelecehan pria itu kepada sahabatnya.

Freddy menendang kaki Navya dengan kuat, sehingga wanita itu kehilangan keseimbangannya. Tak sampai di situ, Freddy juga menginjak kaki Navya.

"Akhhh," ringis Navya ketika kakinya diinjak oleh Freddy.

Freddy berjongkok di hadapan Navya. Pria itu menyentuh perut Navya yang terasa keras. "Oh, lo pake baju pelindung agar kandungan lo aman, ya?" bisik Freddy.

Navya tak menjawab. Dia bingung, bagaimana Freddy bisa mengetahui tentang kehamilannya? Pikir Navya.

Tangan Freddy menyentuh pipi Navya. "Jangan sentuh gue!"

"Kenapa? Sayang banget kalau gue ngga sentuh lo. Lagipula ngga ada Samuel di sini," kata Freddy santai.

"Gue bukan jalang lo!" sinis Navya yang sebisa mungkin menghindar dari sentuhan Freddy.

"Tapi lo jalangnya Samuel," pungkas Freddy yang membuat Navya tertawa.

Navya tertawa mengejek mendengar perkataan Freddy barusan tentangnya. "Memang. Kenapa emangnya? Lo iri karena sekarang Abel udah ngga ada dan ngga bisa melayani lo? Kasihan banget lo," ejek Navya.

Mendengar ejekan Navya membuat Freddy murka. Tangan pria itu menampar kedua pipi Navya dengan kuat. Sudut bibir Navya sobek akibat tamparan yang pria itu berikan kepadanya. Sakit? Tidak. Navya dulu sudah sering mendapatkan tamparan, jadi, menurutnya itu sudah seperti makan permen.

Manis, namun membekas.

Freddy mencekik leher Navya dengan kuat. "Lo benar-benar memancing emosi gue, Nay. Mungkin kalau gue bunuh lo sekarang maka Samuel akan hancur melihat istri dan anaknya mati secara tragis di sini," kata Freddy dengan raut wajah yang tajam.

Navya mencengkram kuat tangan Freddy. Navya melepaskan tangan Freddy dari lehernya dengan semua tenaga yang tersisa darinya. Wanita itu mendorong tubuh Freddy dengan kuat.

"JANGAN MIMPI LO BISA BUNUH GUE!" Teriak Navya.

Dorr!

Teriak Navya bersamaan dengan suara tembakan yang terdengar begitu jelas. Navya melirik ke arah pintu, di mana Samuel dan anggota inti DA sudah tiba. Sean, dia yang meluncurkan satu tembakan ke atas.

Samuel masuk ke dalam ruangan dengan sorot mata yang tajam. Di tangannya Samuel memegang samurai gold miliknya yang sudah siap untuk menebas Freddy.

"Kalian," gumam Navya pelan.

"Sorry kita telat. Lo sama Farhan kecapean ya? Makanya kalau punya misi itu bagi-bagi ke kita, jangan di simpan berdua aja," kata Regal.

Farhan berdecih sinis. "Tanpa bantuan lo berdua gue sama Navya bisa selesaikan misi ini," ucap Farhan yang tidak mau di anggap remeh, walau sesama anggota inti Devil's Angel.

Samuel menatap ke arah istrinya yang sudah kehilangan banyak tenaga. "Regal, Bastian tolong amankan kakaknya Navya. Sean, Megan tahan Freddy jangan sampe dia kabur!" tintah Samuel dengan nada tegas.

"Siap!" Regal dan Bastian pun pergi ke arah Silla yang sudah tak sadarkan diri sejak tadi.

Sean dan Megan menahan Freddy. Sean menatap Freddy dengan tatapan yang penuh kebencian, dia sebenarnya sangat membenci pria itu, karena dulu hidup Abel sangat terusik semenjak kedatangan Freddy.

Freddy terkekeh pelan ketika dirinya sudah ditahan oleh Sean dan Megan. "Lo semua bodoh ya? Bisa-bisanya lo semua dibodohi oleh perempuan ini selama bertahun-tahun!" 

"Shut up, Freddy!" tegas Farhan. Dia tau tentang kasus Abel, dan siapa pembunuh sebenarnya. Dia menghentikan Freddy agar teman-temannya tidak tau tentang siapa pelaku sebenarnya, karena Alvano sendiri yang akan memberitahu mereka secara bertahap.

"Kenapa lo mau lindungin pembunuh ini juga, Han?" kata Freddy dengan menatap Farhan.

"Eh, Freddy, lo tuh ngomong apa si? Ngga jelas banget jadi orang," ucap Bastian.

Sedangkan Navya hanya bisa diam. Ia yakin, sebentar lagi Freddy akan memberitahu mereka semua tentang dirinya yang membunuh Abel beberapa tahun yang lalu.

Freddy tertawa lantang yang membuat mereka semua bingung. "SELAMA INI LO SEMUA MENGIRA BAHWA GUE YANG BUNUH ABEL? FAKTANYA, NAVYA BEATARISA ADALAH PEMBUNUH SEBENARNYA!"

Hening. Seketika satu ruangan mendadak menjadi hening. Megan menatap dalam Navya dengan tatapan yang meminta penjelasan. "Nay, semua itu ngga benar, kan?" tanya Megan.

Tanpa ragu Navya menganggukkan kepalanya. Melihat jawaban Navya membuat seluruh anggota inti terkejut, terkecuali Farhan. Regal menatap Navya dengan tatapan yang sangat kecewa.

"KENAPA LO LAKUIN INI NAY? APA SALAH ABEL SAMA LO?" Sentak Regal tajam.

Navya bungkam. Dia tidak tahu harus menjelaskan darimana dulu, karena kalau dia jelaskan sekarang tanpa adanya bukti dan saksi pun mereka semua tidak akan ada yang percaya sama penjelasannya.

"Nay, gue ngga menyangka kalau lo sejahat itu sama Abel," kata Bastian yang kecewa kepada Navya.

Farhan maju dengan menahan gadis yang sudah di kalahkan. Pria itu membuat perlindungan untuk Navya. "Lo semua jangan menyalahkan Navya. Kalau lo semua mau tahu fakta yang sebenarnya seperti apa, silakan cari Jendral dan Mila. Mereka semua saksi matanya sendiri," celetuk Farhan.

Regal menggeram marah. Kedua tangannya terkepal kuat. "LO TAHU HAL INI? DAN LO NGGA KASIH TAHU KITA SEMUA, HAN?" Teriak Regal lantang.

"Stop!" Suara bariton Samuel menghentikan semua sahabatnya. Samuel menatap mereka semua dengan tatapan datar. "Kita bahas di markas utama. Sekarang kita amankan Freddy dan Amberly. Soal Navya biar kita urus nanti," sambung Samuel.

"Jangan karena dia istri lo bisa bersikap seenaknya! Dia sudah membunuh sahabat gue, Sam. Dia membunuh Abel!" tegas Regal dengan menatap sahabatnya.

"Gue ngga melindungi Navya, tapi kita lihat kondisi. Silla harus dibawa ke rumah sakit, dia harus segera di berikan pertolongan," ucap Samuel kepada Regal.

Regal berdecih sinis. "Bullshit. Jangan harap gue mau bantu perempuan itu! Navya dengan tega bisa membunuh Abel, dan sekarang lo mau gue bantuin dia? Jangan harap!" Regal pun segera pergi begitu saja meninggalkan mereka semua.

Bastian yang melihat Regal pergi pun menyusul pria itu. Dia menaruh kembali tubuh Silla dan mengejar Regal. 

Navya menundukkan kepalanya. Dia pantas mendapatkan perlakuan seperti ini dari mereka. 

"Pergi. Bawa Freddy sama Amberly kembali ke Indonesia. Sisanya biar aku yang selesaikan," ucap Navya tanpa menatap ke arah suaminya.

Samuel hanya diam. Dia menatap dalam istrinya yang sama sekali tidak mau menatapnya. Pria itu mengalihkan pandangan kepada Sean dan Megan. Keduanya tidak mau menghakimi Navya sebelum ada bukti dan saksi yang jelas.

Sean dan Megan pun menyeret Freddy dengan kasar. Freddy menatap puas kehancuran Navya saat ini. Sudah di pastikan Navya akan mendapatkan banyak kebencian dari semua orang setelah ini.

Kini hanya tersisa Navya, Samuel, Farhan, Silla dan Amberly. Amberly dalam keadaan tak sadarkan diri.

Navya melangkah mendekat ke arah sang kakak dengan langkah yang tertatih. Kakinya terasa sangat sakit setelah Freddy menginjaknya. Perempuan itu menatap sendu kakaknya. Silla mengeluarkan banyak darah dari kepala.

Navya mencoba memapah tubuh kakaknya, namun dia tak bisa. Tenaganya sudah habis ditambah sekarang perut Navya terasa keram sejak tadi.

Air mata Navya jatuh membasahi pipinya. "Kakak Silla, maafin aku. Karena permasalahan aku kakak jadi ikut terseret," lirih Navya yang terus mencoba memapah tubuh sang kakak.

Farhan melirik ke arah Samuel yang hanya menjadi penonton. "Kalau lo ngga mau bantu istri lo setelah tahu fakta yang sebenar, lebih baik lo bantu gue bawa Amberly dan biarkan gue yang bantu Navya," kata Farhan kepada Samuel.

Samuel mengambil alih tubuh Amberly lalu pergi begitu saja meninggalkan mereka bertiga. Navya yang mengetahui hal itu menangis. Bahkan suaminya tak mau menatap atau membantu dirinya.

Farhan menghampiri Navya. "Tenang, ada gue di sini. Gue dipihak lo."

Navya mengulumkan senyumannya, dia menghapus air matanya dengan kasar. "Han, thank you. Lo sudah bantu gue, bahkan lo membuat perlindungan untuk gue," kata Navya dengan isakan kecil yang keluar dari mulut Navya.

"Lo sahabat gue, Nay. Lo juga ngga salah, mereka akan sadar setelah tahu semuanya dari Jendral," pungkas Farhan lembut.

Pria itu mengangkat tubuh Silla. Dia menatap Navya yang masih berdiam saja dibawah. Navya berusaha berdiri dengan memegang perutnya yang terasa sakit. 

Farhan peka kalau saat ini Navya tengah merasa keram dibagian perut. Dia sedang hamil tapi malah melakukan aktivitas yang membahayakan kandungan. "Pegang pundak gue, gue bantu lo jalan, kita ke rumah sakit sekarang," ucap Farhan.

Navya mengangguk pelan. Ia sedikit lega karena masih ada Farhan yang mau membantunya, dia tak tahu harus apa jika semua meninggalkannya. 

Misi keduanya sudah selesai. Freddy sudah berhasil di tangkap dengan patner pria itu sekali. Bahkan tanpa di sangka bahwa patner Freddy adalah Amberly. Entah karena apa tujuan Amberly, pastinya gadis itu akan di intrograsi sebelum di berikan hukuman dari Jendral.

********


Kalian apa kabar? Maaf lama update ya.

Aku lebih sering update au ig hihihi, tapi aku tetap ingat punya cerita wattpad kok😁

Jangan lupa follow instagramku ya @ayananadheera

see you next part!




Continue Reading

You'll Also Like

373K 26.3K 65
Berawal dari sebuah permainan, Davanka Daneswara dan Violetta harus menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, padahal keduanya sama-sama sudah memi...
ARSA By YEON

Teen Fiction

2.6K 459 51
‹ 𝐀𝐑𝐒𝐀 : 𝐓𝐃𝐖𝐈𝐋𝐘 › Arsa Geopranaja. Seluruh penghuni sekolah menjulukinya 'Pangeran Perusuh'. Memiliki ketampanan yang melebihi siswa lain m...
61.7K 4.9K 10
Sebuah kisah anak remaja yang terjebak dalam permainan orang dewasa. Ketakutan, penderitaan, dan kekacauan kian datang. Kisah ini dimulai ketika Del...
813K 77.1K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...