destroying the groove

By PororoVyzero

338K 26.4K 966

Seorang Assassin bersama Alter ego yang bertransmigrasi ke dalam Novel, dan menjadi seorang Figuran. CERITA B... More

ch 1 Alvias Nanda Fahreza
ch 2
ch 3
ch 4
ch 5
ch 6
ch 8
ch 9
ch 10
ch 11
ch 12
ch 13
ch 14
ch 15
ch 16
ch 17
ch 18
ch 19
ch 20
bukan up!

ch 7

17.4K 1.5K 16
By PororoVyzero

"Udah lebih baik?"

Pipi Alvias bersemu samar, walaupun wajah itu tetap sama, datar tanpa ekspresi.

Alvias semakin menenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher gadis itu, menyembunyikan rasa malunya karena menangis di hadapan orang asing.

"Maaf." Cicit Alvias.

Gadis itu terkekeh geli, "Gapapa. Kita juga manusia, jadi wajar bisa nangis kapan aja,"

"Kalo cape istirahat, jangan terlalu maksain diri, ujung-ujungnya nanti malah lo yang sakit." Lanjut gadis itu menasehati.

"Hn." Dan hanya di balas gumanan tak jelas oleh sang empu yang di nasehati.

"Arkhh! lo lucuu banget sii!" Kembali memeluk tubuh kecil itu dengan erat.

"Se-sak."

"Hehe sorry,"

Dengan kikuk gadis itu melepaskan pelukannya, berdehem pelan, mengulurkan tangannya ke hadapan Alvias yang masih menundukkan kepalanya dalam, menahan malu.

"Ekhem .., kenalin nama gue Amora,"

"Amora Tiara Lavendra." Kembali gadis itu menambahkan

Alvias tersentak, refleks kepalanya menoleh kesamping, menatap dalam mata gadis itu."Amora Tiara Lavendra, ya? Mengapa dia tidak sesuai dengan deskripsi di Novel?"

Amora Tiara Lavendra, Antagonis ke dua dari Novel key ours. Gadis itu mempunyai pribadi yang kasar, cuek terhadap sekitar, dan perkataan pedasnya yang selalu sukses membuat orang merasa sakit hati saat mendengarnya.

Amora selalu membully Protagonis wanita, alasannya tidak pernah di jelaskan di Novel. Amora adalah putri tunggal keluarga Lavendra.

Amora mati di pertengahan cerita karena Protagonis pria yang sudah jengah ketika melihat pujaan hatinya selalu di bully tanpa alasan yang jelas, Protagonis pria diam-diam memerintahkan beberapa anggota geng nya untuk membunuh Amora.

Dan karena meninggalnya Amora, keluarga Lavendra kehilangan putri tunggal sekaligus pewaris satu-satunya, membuat keluarga itu bangkrut.

Tak lama setelah meninggalnya Amora, ibu dan ayah gadis itu juga ikut menyusul putri satu-satunya mereka, dengan meminum sebuah racun.

"Lo ngelamun," Mencolek hidung kecil Alvias, membuat sang empunya tersadar dari lamunannya, "Hayo lagi mikirin apa? Parah banget gue ngajak kenalan di cuekin, orangnya malah asik ngelamun sendiri."

Gadis itu menukik kan alisnya tajam dan mengerucut kan bibirnya lucu. Membuat Alvias tanpa sadar tersenyum tipis, sangat tipis. Entahlah, dia merasa nyaman saat berada di dekat gadis ini. Seperti sudah mengenal lama.

Alvias membalas jabatan tangan gadis itu, "Alvias." Singkatnya, membuat Amora melongo.

"Udah, gitu aja?"

Alvias menatap Amora bingung, Memangnya bagaimana lagi?

Melihat ke terdiaman Alvias membuat Amora hanya bisa menghela nafas kasar.

Amora merogoh handphone di dalam tasnya, melihat jam di lockscreen handphone nya sudah menunjukkan pukul 19:57. Berarti sudah lebih dari dua jam ia menemani pemuda ini di taman.

"Bisa-bisanya gue lupa waktu, untung udah izin sama buna bakalan pulang telat." Batin gadis itu tak habis pikir

Amora mengedarkan pandangannya, suasana di taman sangat sepi, di tambah hari sudah mulai gelap, taman itu hanya di sinari oleh lampu kecil temaram.

Kembali menatap Alvias di sampingnya.

"Lo gak pulang?" Tanya Amora.

"Engg- OH ASTAGA!" Alvias berteriak keras membuat Amora terkejut.

Alvias dengan panik berdiri dari duduknya, "Maaf, aku harus pulang."

Tanpa menunggu jawaban, Alvias berlari meninggalkan gadis itu sendirian di taman.

Amora yang di tinggalkan, menatap bingung punggung pemuda yang semakin menjauh dari pandangan nya.

🐰🐾

Alvias telah tiba di mansion pada pukul 20:34.

Saat Alvias tiba di pekarangan mansion, ia tidak melihat seorangpun bodyguard.

"Kenapa sangat sepi?" Batin Alvias kebingungan.

Saat membuka pintu mansion, Alvias semakin di buat bingung saat melihat kondisi mansion yang gelap gulita, Alvias mengeratkan genggaman tangannya pada handel pintu. "Sial, kenapa lampunya di matikan. Masuk?.., jangan?"

Lama berperang dengan pikirannya, Alvias akhirnya memberanikan diri berjalan masuk ke dalam mansion, untuk mencari sakelar lampu.

Matanya bergerak gelisah melihat ke kanan dan ke kiri, semuanya gelap, Alvias tidak bisa melihat apa-apa.

Duk!

Alvias merasakan kakinya menendang sesuatu, nafasnya tercekat, jantungnya berpacu dua kali lebih cepat, tangan kecilnya gemetar dengan hebat.

"Pembunuh!"

"Menjijikkan, anak cacat."

"Dasar anak haram, kau sama dengan ibu mu."

"Mati saja kau!"

"Kau tidak boleh mati, kau harus menderita selamanya."

"Hahha lihat Al, semuanya milikku!"

"Kau milikku, hanya milikku."

"Ambilkan aku cambuk!"

"Saya bukan ibumu!"

"Anak haram, lahir dari rahim seorang pelacur."

Alvias menggelengkan kepalanya ribut, kepalanya seperti akan pecah saat ingatan itu saling tumpang tindih.

"Tidak, tidak, aku bukan pembunuh! Ibu ku bukan seorang pelacur! Berhenti, jangan memukul ku.., jangan mencambuk ku, itu sakit."

Alvias meracau tak jelas, tangan kecilnya terus memukuli kepalanya sendiri.

'Al tenangkan diri mu! Itu hanya ingatan masa lalu.'

Alvias tidak menghiraukan suara Shi, ia terus meracau meminta berhenti, tangannya tidak henti-hentinya memukuli kepalanya sendiri.

Ctak!

Tiba-tiba semua lampu mansion menyala, Alvias melihat di bawah kakinya terdapat kepala manusia yang sudah terpisah dari tubuhnya.

Alvias menutup mulutnya merasakan mual, dadanya sakit, ia kesulitan untuk sekedar bernafas, seluruh tubuhnya bergetar dengan hebat, kakinya tidak bisa lagi menopang berat tubuh nya, tubuh Alvias meluruh jatuh terduduk.

"ASTAGA, ALVIAS!"

Rezvan dan Carlos yang melihat kondisi Alvias sangat kacau, berlari tergesa-gesa ke arah pemuda itu dengan panik, keadaannya sangat memprihatinkan.

Niat hati mereka ingin menghukum bintang kecilnya yang sedikit nakal, karena telah mengingkari janjinya untuk pulang sebelum lewat jam makan malam.

Dan mereka marah saat tidak mendapati bintang kecilnya di rumah, ayah dan anak itu melampiaskan amarahnya kepada para bodyguard.

Mereka sengaja mematikan lampu mansion dan duduk dengan tenang di ruang tamu menunggu Alvias kembali, dengan mayat kepala para bodyguard yang sudah terpisah dari tubuhnya.

Tapi itu sebelum semuanya malah menjadi kacau seperti ini.

'Bub! Bernafas dengan benar!'

Shi sama panik nya seperti mereka, tak henti-hentinya ia mengucapkan kata-kata penenang.

Alvias yang melihat Carlos dan Rezvan berjalan mendekat, berteriak histeris agar mereka tidak mendekatinya.

"TIDAK! BERHENTI DI SANA, MENJAUH DARI KU!"

Carlos diam mematung, sedangkan Rezvan tetap berjalan mendekati Alvias.

"Adik tenang oke, ini abang."

Alvias merogoh saku bajunya, mengeluarkan pistol yang sebelumnya Shi pakai untuk menembak Erllan.

Menodongkan pistol itu ke arah Rezvan, membuat pria jangkung itu menghentikan langkahnya.

"Tetap di sana."

Tangan-tangan kecil itu gemetar, tetapi tidak melepaskan genggaman tangannya pada pistol.

Ekspresi khawatir di wajah Rezvan, tergantikan menjadi ekspresi datar.

"Dari mana anak nakal ini mendapatkan sebuah pistol." Itu bukan sebuah pertanyaan tapi pernyataan.

"Hic sa-kit."

Alvias menangis, nafasnya tersengal-sengal, satu tangannya yang terbebas memukul berkali-kali dadanya.

"ARGHH, INI MENYAKITI KU. AKU SUDAH MATI, SEHARUSNYA AKU TIDAK MERASAKAN PERASAAN INI LAGI!" Teriak Alvias frustasi.

"Kenapa!? Kenapa kalian sangat menginginkan kematian ku? KENAPA!?"

"Aku kesakitan.., apa kalian pikir hidup di bayang-bayangi rasa ketakutan dan trauma itu mudah? TIDAK! AKU TERSIKSA! AKU INGIN MATI, TAPI MENGAPA SANGAT SULIT!? Hic kalian jahat, Ka-kalian membunuhnya, bukan aku yang pembunuh.. tapi kalian!"

Alvias menangis tersedu-sedu, terus meracau tidak jelas, membuat Carlos dan Rezvan terdiam membisu, mencerna apa yang di katakan oleh pemuda itu.

"Eughh." Alvias melenguh saat sebuah jarum menusuk lehernya, pistolnya jatuh. Seluruh tubuhnya tidak bisa di gerakan, pandangannya mengabur, matanya mulai memberat, dan Alvias jatuh tak sadarkan diri dalam pelukan seorang.

"Apa.yang.kalian.lakukan."

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 249K 41
just Brothership, Not BL / Homo Alvian namanya, bocah 15 tahun yang tiba-tiba terbangun di tubuh bocah 10 tahun, si kecil dengan mulut pedas nya yang...
36.4K 3.7K 9
Satria Wijaya merupakan seorang Gay dan juga seorang fudansi akut yang menyukai cerita berbaur BL baik media internet maupun media buku. namun apa j...
67.5K 4.3K 12
Zain Vavileo adalah seorang pemuda polos yang bertransmigrasi menjadi Zein Fadel Wijaya. Seorang pemuda yang gay.....
303K 18.4K 36
Fian Andreas Zoriax seorang anak sma, dengan tinggi 176 cm, tiba tiba masuk ke dunia novel yang di rekomendasikan sahabat nya. Parahnya novel tersebu...