He is my wife

By jakehoon02

278K 23.9K 2.5K

sunghoon x jake Sunghoon hanya memenuhi keinginan sang bunda untuk menikah dan memberikan cucu. Dan ia memil... More

🌸
🌼
🌸²
🌼²
🌸³
🌼³
🌸⁴
🌼⁴
🌸🌸
🌼🌼
🌸🌸²
🌼🌼²
🌸🌸³
🌼🌼³
🌸🌸⁴
🌼🌼⁴
🌸🌸🌸
🌼🌼🌼
🌸🌸🌸²
🌼🌼🌼²
🌸🌸🌸³
🌼🌼🌼³
🌸🌸🌸⁴
🌼🌼🌼⁴
🌸🌸🌸🌸
🌼🌼🌼🌼
🌸🌸🌸🌸²
🌼🌼🌼🌼²
🌼🌼🌼🌼³
🌸🌸🌸🌸⁴
🌼🌼🌼🌼⁴
🌸🌸🌸🌸🌸
🌼🌼🌼🌼🌼
🌸🌸🌸🌸🌸²
🌼🌼🌼🌼🌼²
🌸🌸🌸🌸🌸³
🌼🌼🌼🌼🌼³
🌸🌸🌸🌸🌸⁴
🌼🌼🌼🌼🌼⁴

🌸🌸🌸🌸³

6.4K 587 78
By jakehoon02

Sunghoon tidak salah kalau Jaeyun akan menyukai Museum Nexon. Di sana banyak komputer jadul yang menyediakan game-game yang sama jadulnya. Sunghoon tidak pernah melihat Jaeyun bermain game, tapi siapa laki-laki yang tidak suka bermain game di dunia ini?

Jaeyun dengan semangat mencoba satu persatu game yang ada, meski pada akhirnya dia kalah juga. Sunghoon yang merasa kasihan pun membantunya. Ia tersenyum dan memuji sang istri saat berhasil menang karena panduannya.

"Lapar?" tanyanya setelah mereka puas dengan semua game yang ada. Kini mereka berjalan bergandengan untuk melihat-lihat sisi museum yang lain.

Jaeyun mengangguk sambil mengelus perutnya. "Hm, lapar."

"Ada restoran galbitang yang enak di dekat sini, mau?"

Jaeyun mendongak lalu mengangguk semangat. "Mau."

"Kaja."

Mereka pun keluar dari museum dan hanya butuh berjalan beberapa meter saja hingga sampai di restoran galbitang yang dimaksud Sunghoon. Meski sudah cukup lama tak pergi ke Jeju, tapi rupanya restoran itu masih ada.

Mereka memesan beberapa menu lunch termasuk galbitang. Sunghoon memesan beer, sementara Jaeyun karena sedang hamil jadi harus rela hanya minum air putih.

Pria manis itu tak hentinya menatap iri pada Sunghoon yang tengah menikmati beer-nya.

"Mau?" tawar Sunghoon tiba-tiba, seraya mengangkat kaleng birnya.

Jaeyun langsung mengangguk semangat. Dia berusaha meraih kaleng itu, tapi dengan cepat Sunghoon menjauhkannya.

"No, kau sedang hamil. Harus puasa minum minuman beralkohol dulu."

Jaeyun kembali merengut. Ia berdecak kesal lalu menyesap air minumnya. "Tidak adil, kenapa orang hamil banyak pantangannya? Bir kan alkoholnya hampir nol persen, apa salahnya sih minum sedikit?"

Sunghoon menggeleng tegas. "Aku tidak mau mengambil risiko. Bahaya untuk Jungwon nanti."

"Hanya Jungwon yang kau pikirkan? Hyung sama sekali tidak memikirkan aku."

"Justru aku memikirkan kalian berdua. Jungwon kenapa-napa, kau juga akan kena imbasnya. Aku tidak mau ambil risiko kehilangan salah satu dari kalian, apalagi kalian berdua. Tidak, aku tidak mau membayangkannya."

Jaeyun hanya bisa memberengut. Ucapan Sunghoon memang ada benarnya, tapi yang namanya orang sedang hamil pasti akan terbawa perasaan. Jungwon, Jungwon, Jungwon terus. Bahkan anak itu belum lahir Sunghoon sudah memanggil namanya berulang kali. Jadi selama ini Sunghoon hanya peduli padanya karena hamil Jungwon? Menyedihkan sekali nasibmu, Jaeyun.

Sepanjang jam makan siang, Jaeyun hanya diam saja. Dia hanya menjawab singkat tiap kali diajak bicara Sunghoon. Meski galbitangnya memang seenak yang Sunghoon bilang, reaksi Jaeyun datar-datar saja. Walaupun dia makan begitu lahap sampai semua mangkuk dan piringnya bersih.

Usai makan siang, mereka melanjutkan perjalanan sesuai agenda yang dibuat Jaeyun. Tujuan mereka berikutnya adalah Museum Nasional Jeju yang jalurnya searah dengan villa milik keluarga Sunghoon.

Selama perjalanan yang memakan waktu hampir satu jam, Jaeyun terus bergeming di kursinya. Total mengabaikan Sunghoon yang tak hentinya melirik dirinya melalui cermin di atas dashboard mobil.

"Kenapa, Jaeyun?" tegur Sunghoon akhirnya. Dia sebenarnya muak dengan keheningan yang tercipta di antara mereka.

"Tidak apa-apa," balas Jaeyun acuh sambil mengatur posisi kepalanya senyaman mungkin pada sandaran kursi.

"Kalau ada apa-apa itu bilang, jangan beri aku silent treatment."

Jaeyun mengulum bibirnya. Menyadari bahwa yang dilakukannya ini salah, tapi di satu sisi dia tak mau mengakui karena itu sama saja dengan mencoreng harga dirinya.

Sunghoon tiba-tiba menepi. Memberhentikan mobil di sisi jalan.

"Kita akan berhenti di sini sampai kau bicara."

Jari-jari Jaeyun tampak bergerak gelisah. Dia masih enggan menatap Sunghoon, bibirnya pun terasa kelu untuk mulai bicara. Tiba-tiba perasaan bersalah menyelimuti dadanya. Ia merasa bersalah karena sudah mendiami sang suami yang melarangnya minum beer demi kebaikannya. Sudah pasti Sunghoon menyayanginya begitu juga calon anak mereka. Jaeyun terlalu memercayai asumsinya sendiri yang menganggap Sunghoon lebih sayang anak di perutnya daripada Jaeyun sendiri. Menganggap Sunghoon terpaksa mencintainya karena sedang hamil anaknya.

Tak terasa bulir bening jatuh ke tangan Jaeyun yang memegangi sabuk pengaman. Ia dengan segera mengusap air matanya, namun bulir bening itu seperti terus berjatuhan dan sudah pasti tak luput dari perhatian Sunghoon.

Sang suami menghela napas. Ia melepas sabuk pengamannya, begitu juga milik Jaeyun, lalu menarik bahu kecil itu untuk menghadapnya.

"Kenapa menangis?" tanyanya lembut seraya mengangkat dagu Jaeyun yang berusaha menghindarinya dengan menunduk.

Jaeyun menggigit bibirnya yang bergetar, menahan isakan. Rasa bersalahnya semakin menjadi kala melihat ekspresi clueless Sunghoon yang berusaha untuk mencari jawaban dari mata berkaca-kacanya.

"Bilang, Jaeyun. Kalau aku ada salah bicara padamu, katakan saja. Aku tidak mengerti salahku dimana kalau kau hanya mendiamiku begini."

Benteng pertahanan Jaeyun runtuh. Dia langsung menghambur ke pelukan Sunghoon. Melepaskan isakan yang sejak tadi berusaha ditahan-tahan. Menggumamkan kata maaf di sela-sela isakannya.

Sunghoon masih tak mengerti kenapa Jaeyun meminta maaf. Bukankah harusnya dia yang meminta maaf? Jaeyun mendiaminya karena dia salah kan? Tapi bukannya menyebutkan apa salahnya, Jaeyun justru yang meminta maaf padanya.

Jujur Sunghoon bingung, namun ia tetap membalas pelukan Jaeyun, menepuk-nepuk pelan punggung sempit itu berusaha menenangkan.

Lima menit berlalu, Jaeyun pun melepaskan pelukannya. Tapi Sunghoon tak biarkan Jaeyun lepas begitu saja. Masih dengan mendekap tubuh itu, Sunghoon menahan tengkuk Jaeyun, lalu memiringkan wajahnya dan meraup bibir merah bengkak itu. Jaeyun terlihat menerima. Ia membiarkan Sunghoon mendominasi ciuman mereka, merasakan hormon oksitosin mulai mengikis perasaan bersalah di dadanya. Kini yang tersisa hanyalah ingatan akan ciuman sarat cinta dari Sunghoon, dan tendangan bahagia dari dalam perutnya.

Jungwon tampaknya menyukai momen kedua orangtuanya yang saling berbagi cinta dan kasih.

"Merasa lebih baik?" tanya Sunghoon dengan nada suara lembut seraya menyugar rambut Jaeyun yang menutupi dahi dan matanya.

Jaeyun mengangguk pelan. Matanya memejam lucu saat Sunghoon merapikan rambutnya. Satu kecupan di bibirnya membuat matanya terbuka kembali.

"Aku minta maaf, kalau kata-kataku tadi di restoran menyakiti perasaanmu, Ikeu-ya. Aku tidak akan berusaha membela diri. Aku pun salah karena sudah memesan beer saat makan bersamamu. Harusnya aku lebih menjaga perasaanmu dengan menahan diri untuk tidak minum beer saat di depanmu. Maaf."

Jaeyun rasanya ingin menangis untuk kedua kalinya. Tapi tidak, dia tidak mau membuat hari-hari honeymoon mereka jadi melankolis. Dia ingin momen honeymoon mereka menjadi kenangan terindah bagi keduanya.

Tersenyum dengan bibir bergetar, Jaeyun pun menangkup wajah tampan sang suami. Menatap setiap fitur wajahnya yang memesona, lantas membubuhkan kecupan singkat di bibir tipis itu.

"Park Sunghoon... aku mencintaimu."

Sunghoon tersenyum. Ia mengambil kedua tangan Jaeyun dari wajahnya, lantas menarik pelan hingga wajah mereka nyaris tak berjarak. Dengan bibir yang saling bergesekan, mata yang menatap sayu dan berkabut, Sunghoon berbisik.

"Aku juga mencintaimu, Park Jaeyun."

🎀🎀🎀

Mereka berjalan-jalan di Museum Nasional Jeju dengan perasaan yang lebih baik. Pasangan itu selalu bergandengan, tak ingin saling melepaskan tangan satu sama lain. Mereka bahkan dengan seenaknya meminta pengunjung lain untuk mengambil gambar keduanya. Jaeyun bahagia, Sunghoon pun ikut bahagia.

Daripada menikmati semua koleksi di museum itu, sejoli itu sebenarnya tengah menikmati momen kebersamaan mereka berdua. Dunia seolah hanya milik mereka berdua. Keduanya sangat mengingatkan orang-orang yang melihat mereka pada ingko bubu, romantis dan membuat iri.

Keduanya memutuskan kembali ke villa setelah Jaeyun mengeluh matanya mulai berat.

Siang menjelang sore keduanya tiba di villa. Sunghoon biarkan saja Jaeyun kembali tidur di kasur kamar mereka. Sunghoon sendiri memilih mandi, lalu mengerjakan tugas-tugas kantor sejenak di balkon kamar. Rencananya mereka akan berjalan-jalan di pantai sambil menyaksikan matahari terbenam.

Dua jam berlalu, Jaeyun akhirnya bangun. Dia menoleh kesana kemari mencari presensi sang suami. Kelegaan merayap di dadanya saat mendapati sosok yang dicarinya sedang duduk di balkon, berkutat dengan laptop dan headphone di kepalanya.

Jaeyun yang merasa gerah pun melepas pakaiannya, hanya menyisakan dirinya dengan hot pants dan tank top berwarna sama-sama hitam. Ia pun menyeret kakinya menemui sang suami. Mengejutkan pria itu dengan pelukan dari belakang.

"Sudah bangun?" Sunghoon pun melepas headphone-nya, lantas menarik Jaeyun untuk berdiri di sampingnya.

"Eumm."

Sunghoon memundurkan kursinya, lantas menepuk pahanya sendiri meminta Jaeyun duduk.

Dengan senang hati Jaeyun pun mendaratkan pantatnya di paha berotot itu. Ia melenguh senang saat Sunghoon memeluk pinggangnya dengan protektif, bonus kecupan di dahinya.

Melihat Jaeyun dengan pakaian yang cukup mengundang membuat Sunghoon tak bisa menahan diri. Tangannya dengan terampil mengelus paha mulus milik Jaeyun yang tak tertutupi celana. Lalu naik menyingkap tank top Jaeyun, mencium perut yang mulai membola itu dengan gemas.

"Cantik. Ikeu-ku yang cantik," pujinya sambil mengecup bibir Jaeyun dua kali.

Tapi Jaeyun mendorong wajah Sunghoon menjauh darinya. "Aku bau, belum mandi."

"Ya, kau bau sekali," ejek Sunghoon dengan seringai usil membuat Jaeyun memanyunkan bibir kesal.

"Bau tubuhmu kuat sekali, Jaeyun. Sejak hamil bau tubuhmu berubah menjadi lebih lembut seperti bau bedak bayi."

Jaeyun mendesis kegelian saat Sunghoon mendusal di lehernya. Ia mengalungkan tangannya di leher Sunghoon untuk menahan tubuhnya supaya tidak jatuh.

"Hentikan, Hyung," rengek Jaeyun yang sudah tak tahan lagi merasa geli. Ia merasa dirinya bisa saja jatuh sewaktu-waktu.

"Kenapa? Kau tidak suka kucium-cium, hm?"

Jaeyun ingin sekali berteriak kalau dia suka, suka sekali dengan semua perlakuan Sunghoon padanya. Tapi posisi mereka ini, Jaeyun benar-benar tidak nyaman duduk di paha Sunghoon yang kian lama terasa sesuatu yang mengganjal di bawah sana, membuat celananya jadi basah. Jaeyun malu, sungguh. Mereka sedang ada di tempat terbuka yang bisa saja ada orang lewat yang melihat ketidaksenonohan mereka ini.

"Sunghoon, sudah. Jangan disini, malu dilihat orang."

Sunghoon celingak-celinguk, mencari orang yang dimaksud Jaeyun. "Mana? Tidak ada tuh."

Menggunakan kesempatan, Jaeyun langsung meloncat turun dari pangkuan Sunghoon, lalu berlari masuk ke kamar. Sunghoon sendiri nyengir melihat tingkah Jaeyun. Tapi begitu ia menyadari celananya basah, ia pun langsung bangkit dan berlari mengejar Jaeyun.

"Park Jaeyun, dasar anak nakal. Kemari kau."

Tbc

Kira2 gini visualisasi sungjake pangkuan 🫣

INI KAPAL MANDIRI BANGET BJIR GUE HERAN 😭 bikin au sendiri ga tuh 😭 pas banget mereka pangkuan di saat aku mau rilis chapter ini 😭😭 siyal aku pingin jadi jake, tp juga pingin jadi sunghoon 😭

Visualisasi ikeu bangun tidur 👆

Tetap maju ngerebut ikeu meskipun pawangnya adalah Loid Forger 🙏

Continue Reading

You'll Also Like

318K 34.7K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...
4.8K 376 21
"Juyeon,tolong aku juy!" "aku gak mau disini juy, tolong aku juyeon!!" "maaf hyunjae,aku gak bisa bantu kamu." "JUYEON!!" "hiks maaf hyunjae." Lee j...
196K 21.5K 41
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
7.1K 794 32
'Kau yang memiliki janji pada diriku untuk menjagaku, kau seharusnya menjaga dan melindungiku, mengapa malah menghantamku dengan kuat? Menjatuhkanku...