After Sunset

De lexjulia

6.1K 3 0

Sequel cerita dari "Namaku Maira" yang aku tulis di noveltoon. Cerita kali ini adalah tentang sudut pandang d... Mais

1 [Frame]
2 [Sunflower]
3 [Wind]
4 [Summer]
5 [Shrivel]
6 [Summer End]
7 [Chance]
8 [Deleted]
9 [Black Rose]
10 [Is It]
11 [Her]
12 [Red Lips]
13 [Begin]
14 [First]
15 [Second]
16 [Third]
17 [Mine]
18 [Forgotten]
19 [Sweet of her]
20 [Care]
21 [Just Began]
22 [After Birthday]
23 [The Night]
24 [Promises]
25 [Dina]
26 [Her Smile]
27 [Happiest Day]
28 [Zahra]
29 [Tea Time]
30 [Signature]
31 [Silly Student]
32 [Telenovela]
33 [Graduated]
35 [Kids]
36 [Celebration]
37 [Growth]
38 [End Of Moment]
39 [Fallen Tree]
40 [Before Everything]
41 [Candlelight]
42 [Fairless]
43 [Betrayal]

34 [Declined]

23 0 0
De lexjulia

Solo kota kecil yang sangat damai, dengan waktu yang berjalan tanpa tergesa-gesa, sudah menjadi rumah bagi keluarga dimas sejak sebelum belanda masuk ke tanah air.

Mami mita di usianya yang memasuki pertengahan lima puluh tahun masih sibuk dengan semua berkas pekerjaannya.
Sementara putranya, yang sudah sepuluh hari pulang dari jogja, terlihat bermalas-malasan di sofa sambil cekikikan sendiri.

"Nggak ke bawah dek bantuan mbak dina", tanya mami mita pada dimas.

Dimas menghentikan cekikikannya dan berpura-pura tertidur.
Mami mita hanya menggeleng melihat perilaku putranya, dan memilih kembali pada pekerjaannya.

Sepuluh hari di solo, kegiatan dimas hanya mengantar dan menjemput mami dan kakaknya dari toko.
Dimas terlihat enggan untuk ke lantai satu membantu kesibukkan di toko seperti biasa.

Sikapnya bukan tanpa alasan, zahra selalu mencari-cari perhatian dimas sejak hari pertama dimas kembali ke toko.

Zahra tanpa malu menunjukkan rasa tertariknya pada dimas di depan semua orang, hal itu jelas membuat dimas risih.
Zahra juga selalu punya alasan untuk berdiri disamping dimas dan membuka obrolan tentang apapun dengan dimas.
Belum lagi, sesekali zahra merangkul pundak dimas, hal yang membuat dimas semakin tidak nyaman ada di dekat zahra.

Dimas tak sampai hati untuk bersikap kasar pada zahra, jadi dimas lebih memilih untuk menghindari zahra.

Dimas memilih untuk menghindari zahra dengan bermalas-malasan di kantor maminya, karena dimas tahu, zahra tidak punya keberanian untuk masuk ke kantor maminya tanpa alasan yang penting.

"Geser dek", pinta dina yang baru masuk ke kantor.

Dengan mata masih terpejam, dimas yang mengambil seluruh spot di sofa, menggeser kakinya.

"Kalau mau tidur di rumah aja sana", pinta dina lagi.

"Nggak mau, di rumah nggak ada orang", jawab dimas.

"Kamu nggak ngurus yudisium", tanya dina, sambil menepuk kaki dimas.

"Besok", jawab dimas singkat.

"Kenapa nggak langsung di urus kemaren pas selesai sidang", tanya dina pada dimas yang akhirnya membuka mata dan kembali cekikikan sambil menonton video.

"Nunggu rara selesai ujian mbak", jawab dimas.

"Yang skripsi kamu atau rara sih", tanya dina.

"Kalau rara udah selesai ujian, mau bantuin dimas ngurus yudisium katanya", jawab dimas.

"Kamu ini, apa-apa rara, makan rara yang urusin, laundry juga rara yang urusin, sekarang yudisium minta bantuan rara juga, emang rara istri kamu apa, sampai kamu minta semua urusan kamu dibantuin rara", omel kakaknya pada dimas.

"Gimana ceritanya laundry yang urusin rara dek, kamu minta rara nyuciin baju kamu", tanya maminya.

"Bukan mi, tapi yang bawain baju kotor dimas ke tempat laundry, selalu rara", jawab dina.

"Kalau semua yang urus rara, kamu ngapain aja di kos dek", tanya maminya yang mulai terdengar mengomel.

"Aku ngerjain skripsi mi, aku juga nggak pernah nyuruh kok, dasarnya aja rara anaknya perhatian, jadi ngurusin aku mi", jawab dimas sambil melirik kakaknya.

"Mbak tau rara perhatian, tapi rara belum jadi istri kamu dek, nggak seharusnya kamu bergantung segala sesuatunya sama rara", ujar dina masih dengan nada mengomel.

Mendengar perkataan kakaknya, mata dimas langsung cerah dan senyumnya sumringah.

Dimas mendapatkan ide baru, dimas kemudian berjalan ke arah maminya dan menggenggam tangan maminya sambil berlutut.

"Mi dateng ke jogja ya, lamarin rara buat dimas", pinta dimas dengan mata bercahaya.

Dina langsung melayangkan bantal sofa ke arah dimas.

"Kerja dulu, baru mikir nikahin rara", omel dina.

"Iya dek, kamu harus punya masa depan dulu, baru kamu ajak rara jadi bagian hidup kamu, rara juga masih kuliah, masih semester empat, masa kamu tega minta rara berhenti kuliah", ujar mami mita.

"Rara boleh tetep kuliah mi, tapi statusnya sudah jadi istri dimas, gimana menurut mami", tanya dimas.

"Terus kamu mau tinggal di jogja gitu nungguin rara kuliah", tanya dina dengan skeptis.

"Tinggal pisah juga nggak papa, rara tetep di jogja, aku di solo, begitu rara selesai kuliah langsung aku bawa rara ke solo", jawab dimas dengan ringannya.

"Yaudah, kalau dimas udah siap dan yakin dimas akan bertanggung jawab sepenuhnya atas rara, dimas diskusiin sama keluarga rara, kalau orangtua rara siap melepas rara, nanti mami sama papa akan ke jogja, lamarin rara buat kamu", jawab mami mita dengan lembut sambil mengusap tangan dimas.

"Mi", teriak dina.

"Mi, dimas itu sama dirinya sendiri aja belum bisa tanggung jawab, gimana dia mau tanggung jawab sama rara", protes dina.

Dimas hanya menjulurkan lidahnya pada dina, mengejeknya seperti anak sekolah dasar.

"Tuh lihat mi, nggak ada dewasa-dewasanya dia, masa begitu mau buru-buru nikah", ujar dina menambahi.

Mami mita hanya tersenyum melihat dimas yang masih mengejek dina, dan dina yang memukuli dimas dengan bantal.

^_^

Dua hari setelah perbincangan dimas dan maminya, dimas membawa topik untuk menikahi maira ke meja makan di rumah maira.

Maira masih belajar di ruang tamu, dan dimas punya kesempatan hanya berdua dengan bu mona, ibunya maira di dapur.

"Bu, kalau menurut ibu nih, begitu dimas mulai kerja, boleh nggak, kalau dimas langsung minta rara jadi istri dimas", ujar dimas dengan perlahan dan dengan nada serius.

Bu mona hanya mengerutkan kening, dan tak lama tertawa.

"Jangan bercanda pagi-pagi dim, nih makan pudingnya", ujar bu mona sambil mendorong piring berisi puding ke depan dimas.

"Dimas serius bu, dimas mau rara jadi istri dimas, dimas siap tanggung jawab kok", ujar dimas.

Bu mona kemudian menatap dimas, dan menyesap cangkir di tangannya yang berisi teh.

"Ibu percaya kalau dimas bisa bertanggung jawab atas rara, ibu juga percaya kalau dimas serius sama rara, tapi dimas masih muda, rara juga belum selesai kuliah, ibu belum siap melepas rara dari rumah ini dim", ujar bu mona dengan lembut.

"Tapi ibu setuju dengan permintaan dimas", tanya dimas.

"Setuju, tapi nanti bukan sekarang, rara masih dua puluh tahun dimas", jawab bu mona.

"Dimas tahu bu, tapi bukannya kalau dalam agama, jika pasangan sudah siap, alangkah lebih baik kalau di segerakan", ujar dimas.

"Betul, tapi menjalani kehidupan rumah tangga, selain agama, baik rara dan dimas juga harus sadar realitas, ibu paham kalian masih dalam masa senang-senangnya, tapi apakah akan selalu senang", tanya bu mona pada dimas.

"Dimas siap kok apapun itu asal sama rara", jawab dimas, berusaha meyakinkan bu mona.

"Oke, dimas siap, tapi apa rara siap", tanya bu mona lagi.

"Dimas yakin bisa bimbing rara bu", ujar dimas lagi.

"Dimas, kamu sejauh ini baru melihat sisi terbaik rara, dimas belum melihat sisi buruk rara, dimas yakin tidak akan menyesal", tanya bu mona lagi.

"Enggak bu, dimas nggak akan menyesal, dimas akan berusaha untuk selalu ngalah buat rara", jawab dimas dengan tegas.

Bu mona kemudian tersenyum dan meletakkan cangkirnya.

"Sampai kapan dimas akan sanggup untuk mengalah terus", tanya bu mona.

Dimas hanya terdiam, karena tidak bisa memberikan jawaban pasti.

"Rara itu pencemburu berat dim, sama seperti kakaknya, juga ayahnya, dimas siap", tanya bu mona.

"Siap bu, dimas nggak akan bikin kesalahan yang bisa bikin rara salah paham atau cemburu", jawab dimas dengan yakin.

Bu mona kemudian mengambil tinta dan segelas air, lalu meneteskan tinta tersebut ke dalam air.

"Ini hati rara, satu tetes aja rasa tidak percaya dimas tumpahkan ke hatinya, sisanya adalah keraguan, dimas siap", tanya bu mona lagi.

Bu mona kemudian mengingatkan kembali, cerita soal mantan pacar maira pada dimas.

Bu mona pernah menceritakan sekali pada dimas, saat bagaimana dulu maira langsung memutuskan pacarnya, begitu maira tanpa sengaja melihat pacarnya pergi ke mall dengan perempuan lain.
Meskipun pacarnya sudah menjelaskan berulang kali, kalau mereka hanya pergi membeli kado untuk ulang tahun teman mereka, tapi maira tidak percaya dan memilih mengakhiri hubungan dengan pacar pertamanya tersebut.

"Dimas yakin, siap dengan sifat cemburu yang rara miliki", tanya bu mona sambil menatap dimas.

"Siap bu", tegas dimas dengan penuh keyakinan.

"Rara juga secara emosional, egonya masih sangat tinggi dimas, belum dewasa secara penuh", ujar bu mona sambil menatap dimas.

"Coba dimas pikirkan lagi, menghadapi sosok yang memiliki sifat cemburu ekstreme, menurut ibu, sangat berat dimas, yang artinya, prioritas dimas yang paling utama adalah rara, kalau rara sampai merasa cemburu, isi hati dan pikirannya semua keraguan, jeleknya lagi, rara pendam itu semua sendiri, dan menyiksa pikirannya sendiri dengan hal-hal yang nggak masuk akal", ujar bu mona lagi.

"Secara personal, ibu tidak akan melepas rara, sampai kewajiban rara sebagai anak ibu selesai, yaitu kuliahnya, ayahnya juga pasti keberatan, kalian ini masih muda, kenali diri kalian satu sama lain terlebih dahulu, raih mimpi kalian terlebih dahulu, belajar untuk saling menerima, kalau sudah siap dari segi mental dan finansial, baru ibu akan lepaskan rara buat kamu dimas", nasihat bu mona pada dimas.

"Yaudah, dimas akan tunggu sampai rara selesai kuliah bu", jawab dimas sambil tersenyum, meski hatinya sangat kecewa.

"Terimakasih ya", ujar bu mona dengan lembut pada dimas.

Langkah penuh kekecewaan menemani dimas berjalan ke ruang tamu, untuk menemui maira yang masih membaca materi ujiannya dengan serius.

Dimas memeluk maira, karena untuk pertama kalinya dimas merasa kalah untuk memiliki maira seutuhnya, secara sah di hukum dunia juga agama.

Sementara bu mona, tersenyum kecil dari meja makan miliknya, merasa tidak enak hati karena sudah membuat orang yang disayangi putrinya kecewa.

Bu mona jelas sangat menyambut baik keinginan dimas, hanya saja, bu mona tidak ingin putrinya menikah jika dari segi emosional putrinya masih belum cukup matang.

Bu mona ingin putrinya dewasa terlebih dahulu, juga memahami segala sesuatunya dengan lebih baik, karena kehidupan rumah tangga sangat penuh dengan lika liku perjuangan dan pengorbanan.

Bagi bu mona maira masih terlalu muda untuk menghadapi semua perjuangan di dalam kehidupan berumah tangga.

Bu mona hanya ingin melindungi putrinya di rumah hangat miliknya sedikit lebih lama, sebelum akhirnya bu mona harus melepas putrinya untuk menghadapi kehidupan yang belum tentu mudah.

***

Continue lendo

Você também vai gostar

869K 72.4K 34
"Excuse me!! How dare you to talk to me like this?? Do you know who I am?" He roared at Vanika in loud voice pointing his index finger towards her. "...
4.7M 297K 108
What will happen when an innocent girl gets trapped in the clutches of a devil mafia? This is the story of Rishabh and Anokhi. Anokhi's life is as...
598K 49.5K 24
Indian Chronicles Book III My Husband, My Tyrant. When Peace Becomes Suffocation. Jahnvi Khanna has everything in her life, a supporting family, a hi...
290K 33.5K 84
#Book-2 of Hidden Marriage Series. 🔥❤️ This book is the continuation/sequel of the first book "Hidden Marriage - Amazing Husband." If you guys have...