Midnight Love

By AloisiaTherin

9.2M 567K 333K

"Yang gue suka itu adiknya, tapi kenapa yang nikahin gue malah abangnya?!" - Nacia Kanaya. *** Harusnya hid... More

Prolog
ML - 01
ML - 02
ML - 03
ML - 04
ML - 05
ML - 06
ML - 07
ML - 08
ML - 09
ML - 10
ML - 11
ML - 12
ML - 13
ML - 14
ML - 15
ML - 16
ML - 17
ML - 18
ML - 19
ML - 20
ML - 21
ML - 22
ML - 23
ML - 24
ML -25
ML - 26
ML - 27
ML - 28
ML - 29
ML - 30
ML - 31
ML - 32
ML - 33
ML - 34
ML - 35
ML - 36
ML - Additional Part 34 (2)
ML - 37
ML - 38
ML - 39
ML - 40
ML - 41
ML - 42
ML - 44
ML - 45
ML - Additional Part 45
ML - 46
ML - 47
ML - 48
ML - 49
ML - 50
ML - 51
ML - Additional Part 51
ML - 52
ML - 53
ML - 54
ML - 55
ML - Additional Part 51 (2) CUMA 3.000 😍
ML - 56
ML - 57
ML - 58
ML - 59
ML - 60 (END)
Extra Part 1
Extra Part 2

ML - 43

81.8K 7K 5.2K
By AloisiaTherin

Aku udah selesai konser!! Bahagia sekali 🥹🥹❤️

Aku upload fancam nct 127 di ig @cijenoo yaaa ❤️🫶🏻 silahkan menonton!!

Part ini 4K vote dan 4K komen aja! Biar besok kecapai dan aku updet lagi wkwk

Targetnya Januari tamat, tapi malah belom tamat 🤣🤣🤣 semoga Februari udah tamat dehhh hehe

Terus lanjut ke cerita siapa?

Roman?

Ejan?

Atau Kamael? Wkwk

"Fuck, kenapa pake mimisan segala gue?!" Jaleo mengumpat kesal, ketika darah mengucur dari keluar dari hidungnya. Pria itu refleks mendongakkan kepalanya karena dia tidak memegang kain sama sekali.

Semalam Jaleo, Nacia, Serena, Pras dan Dirga memutuskan untuk bermalam di pantai. Mereka beristirahat di dalam gua yang terbentuk dari bebatuan besar yang ada di hamparan pantai.

Dan saat pagi tiba, Jaleo sudah bangun untuk membuat api unggun di depan tempat mereka beristirahat. Mengingat angin pagi berhembus ke arah mereka. Berbeda dengan kemarin malam, dimana suhu di dalam gua terasa hangat. Mungkin berkat api unggun yang Jaleo nyalakan juga. Dan tadi Jaleo terbangun karena hawa dingin yang menusuk kulit.

Ia bertelanjang dada, bajunya ia gunakan menjadi selimut untuk Nacia agar Nacia tidak kedinginan. 

Jaleo berlari pelan ke dalam, dimana semua orang masih tertidur beralaskan pasir. Jaleo mengambil pelan bajunya yang tergeletak begitu saja di samping Nacia. Dengan pelan pria itu keluar, lalu ia gunakan kain itu untuk menghapus darah yang menetes keluar dari hidungnya.

Jaleo duduk di belakang Goa yang menjadi tempat mereka berteduh semalam. Pria itu duduk sembari menundukkan kepalanya, berharap darahnya segera keluar.

Sembari menunggu, Jaleo juga sibuk mengamati batu batu tinggi yang membentang tinggi di hamparan pantai.

"Jaleo? Lo ngapain disini?" Tiba-tiba saja Serena memanggil Jaleo dari belakang.

Refleks Jaleo terlalu berlebihan karena rasa kagetnya. Dia mengira yang memanggilnya adalah Nacia. Pria itu sampai harus membuang kain yang ia gunakan untuk menyumpal hidungnya dari darah ke arah lain.

Dan bodohnya, ada jejak darah yang mengering di kulit Jaleo. Serena membelalak melihatnya. Perempuan itu mendekat dan nampak menunjukkan raut yang begitu khawatir pada Jaleo.

"Lo mimisan? Atau kenapa?" Serena mendekat. Perempuan itu terlihat kebingungan. "Haduh, gue harus bangunin bini lo. Gue nggak berani obatin." Serena nampak panik.

Belum sempat Serena memutar tubuhnya untuk masuk kembali ke dalam Goa, Jaleo sudah menahan tangan Serena. "Nggak usah."

Kedua alis Serena mengerut, "lo berdarah, bisa aja lo sakit."

"Cuma kecapekan. Nggak usah lebay apa apa lapor bini gue. Dia suka khawatir kalo perihal gue. Gue nggak mau bikin dia khawatir." Terang Jaleo sambil dia berusaha menghapus darah dari wajahnya.

"Udah bersih belum?" Tanya Jaleo. Dia menunjuk wajahnya dan mendekatkan wajahnya ke Serena.

Serena melihat masih ada bekas darah yang mengering di dekat hidung Jaleo. Sontak tangannya terulur untuk membersihkannya. "Sorry, disini."

Tangan Serena bergerak mengusap bagian yang terdapat darah kering itu. "Lo, beneran nggak apa apa?" Serena kembali memastikan. Pasalnya, kemarin malam dia melihat pria itu nampak sempoyongan.

"Ck, santai. Udah biasa. Darahnya udah berhenti kan?" Tanya Jaleo lagi.

Serena mengangguk. "Udah sih." Gumam Serena tak yakin.

Setelah merasa bersih, Serena langsung menjauhkan tangannya. "Kayaknya lo harus balik ke tenda deh. Lo keliatan capek banget. Butuh istirahat kayaknya. Semalem lo juga nggak bisa tidur kan? Kedinginan."

Salah satu alis Jaleo naik, nampak terkejut dengan Serena yang begitu mengamatinya. Tapi, bibirnya berkata lain. "Sok tau lo!"

Pria itu kemudian berlalu begitu saja, meninggalkan Serena yang hanya menghela nafas panjang. "Baru kali ini gue ketemu cowok yang bucin tolol."

Serena kemudian melangkah masuk ke dalam Goa untuk membangunkan ketiga orang yang masih tertidur nyenyak. "Bangun! Kita balik ke tenda sekarang. Kita butuh makan dan istirahat dengan baik!" Teriak Serena kencang, nada suaranya terdengar marah.

Ketiga orang itu langsung terbangun dan nampak terheran heran dengan Serena yang terlihat marah karena membereskan barang barang bawaan mereka dengan kasar.

"Lo!" Serena menunjuk Sadirga, "bawa barang barang ini semua. Jangan kayak orang lemah, semua yang bawa Jaleo!"

Serena sempat melirik Nacia sinis yang masih terlihat mengantuk. "Bangun Cia. Kita balik. Suami lo urusin gih, kalo dia kenapa napa, nyesel lo di akhir." Gerutu Serena dan langsung mencangklong tasnya begitu saja.

"BURUAN BANGUN! GUE BALIK SEKARANG!" Teriak Serena dengan kencang lagi, ketika ketiga orang itu tidak kunjung keluar.

"Aish! Kenapa lagi itu Mak lampir?! Kemarin perasaan kayak ibu peri dah?" Gumam Pras kesal setengah mati.

Sedangkan Jaleo yang asik duduk di atas batang pohon hanya melihat Serena dari kejauhan dengan pandangan datarnya.

Serena merasa dia sedang di pandangi oleh Jaleo, jadi dia menoleh, "apa lo liat liat?! Cowok dungu!"

Mata Jaleo langsung saja melotot. "Wah wah wah, Ayang! Aku dikatain dungu sama Serena?!" Lapor Jaleo kencang kepada istrinya.

Serena benar benar muak. "Gini aja baru laporan bini. Giliran yang lain diem diem doang. Gue nggak sekali dua kali liat gelagat lo yang aneh ya." Gerutu Serena sendirian sembari dia mulai berjalan untuk kembali ke perkemahan mereka.

***

"Serena kenapa sih? Marah marah dari tadi, kak?" Nacia bertanya pada Jaleo yang sedang menggendongnya di punggung.

Jaleo menawarkan diri untuk menggendong Nacia di punggung karena ia melihat istrinya masih mengantuk. Toh, jalan yang mereka tempuh tidak begitu jauh, jadi Jaleo tidak keberatan.

Tapi andaikan jauh pun Jaleo tidak masalah sih.

"Nggak tau. Kerasukan kali?" Jawab Jaleo dengan asal.

Di depan mereka ada brown yang memimpin, di tengah ada Sadirga dan barang bawaannya, lalu belakang sendiri ada Pras.

"Jal, ntar kita ambil barang terus balik ke pantai buat istirahat disana semalam lagi gimana? Lo belum take foto Serena yang oke." Seloroh Pras.

"Roman udah lo kirim foto foto lo yang kemarin?" Tanya Jaleo sembari dia terengah engah menggendong Nacia.

"Ya bego lo! Ya kali gue kirim! Mau di taruh mana muka gue! Nggak mau tau, malam ini kita take lagi." Putus Pras.

Jaleo mengangguk, "Hm,"

Pria itu melihat jalanan yang masih panjang. Sepertinya sekitar satu setengah kilo lagi untuk mencapai ke tempat perkemahan mereka kemarin.

"Kak? Capek ya? Gue jalan aja gimana?" Nacia menyadari Jaleo yang sudah terengah engah.

Jaleo menoleh ke samping, pria itu tersenyum lebar pada Nacia, dengan keringat yang membasahi seluruh wajah dan tubuhnya. "Udah nggak ngantuk, kan?"

Nacia menggeleng. Wanita itu langsung saja melompat turun dari gendongan Jaleo, membuat Jaleo mengelus dadanya karena takut Nacia terjatuh.

"Duh, kok keringetan banget sih? Padahal dingin lo." Nacia mengangkat tangannya dan mengusap keringat Jaleo dengan ujung baju lengan panjangnya.

Jaleo terdiam dan menikmati usapan tangan Nacia di wajahnya. "Makasih, Ayang." Kekehnya.

"Capek kah? Mau istirahat?" Tawar Nacia, yang di balas gelengan oleh Jaleo.

"Bentar lagi sampai kok. Kita istirahat di tenda aja sekalian." Jawab Jaleo. Dan kemudian pria itu menggandeng lengan Nacia sembari berjalan.

Pras yang ada di belakang berbisik pada Sadirga, "keliatan pucet nggak sih?"

Sadirga menoleh ke belakang, "siapa? Gue?"

"Jaleo, anjing! Susah amat ngomong sama lo!" Umpat Pras kesal setengah mati. Pasalnya Dirga ini otaknya lebih miring daripada Jaleo, meskipun wajahnya keliatan kayak orang bener.

Sadirga hanya mengangguk anggukan kepalanya saja sambil menipiskan bibir. "Keliatan kayak orang sekarat sih."

"Goblok." Pras benar benar kesal. Salah dia ngomong sama Sadirga.

"Woi Jal! Kita tunda aja deh pemotretan hari ini. Kita lanjut besok. Nanti gue minta Demon kirim makanan buat kita gimana? Kayaknya persediaan makan kita juga menipis." Teriak Pras dari belakang.

Jaleo tak menjawab, dia hanya mengacungkan jempol di atas kepalanya, pertanda dia menyetujui permintaan Pras.

"Yang, kalau hari ini aku tidur seharian nggak apa apa ya? Kamu main sama Serena atau Pras dulu." Jaleo bertanya di tengah keterdiaman mereka.

"Iya." Angguk Nacia. Wanita itu kemudian menggenggam tangan Jaleo lebih erat.

Dia tau, Jaleo sedang tidak enak badan. Terlihat dari wajah yang pucat dan keringat yang membanjiri wajah dan badan pria itu, padahal cuaca tergolong dingin.

"Nanti istirahat di tenda kita aja ya," tutur Nacia.

Jaleo mengangguk. Pria itu memeluk tubuh istrinya dari samping, "sambil dimanja manja juga..." rengeknya manja.

Jaleo yang ini berbeda dengan Jaleo yang dulu, saat menyakiti dirinya sendiri untuk mendapatkan perhatiannya. Jaleo yang ini, nampak menyembunyikan rasa sakitnya. Entah kenapa, Nacia lebih suka melihat Jaleo yang menunjukkan rasa sakitnya.

Jaleo adalah manusia yang paling susah untuk Nacia tebak.

Terkadang pria itu menjadi manipulatif untuk menarik perhatian Nacia, tapi kadang juga menjadi pria yang begitu misterius.

Jaleo berbeda dengan Kamael yang begitu mudah di tebak. Nacia tidak pernah tau apa isi kepala Jaleo. Tapi yang Nacia tau, Jaleo tidak pernah mengecewakan Nacia. Jaleo selalu punya cara untuk menarik perhatian Nacia, sekalipun cara tersebut harus menyakiti tubuh Jaleo sendiri.

"Kak, kalau lo sakit, tolong kasih tau gue, ya.. Jangan diem diem gini. Badan lo hangat, tapi lo masih maksa gue gendong gue. Gue nggak mau jadi beban lo." Peringat Nacia dengan lembut.

Jaleo tidak menjawab. Dia memilih untuk lebih mengeratkan pelukannya di tubuh Nacia.

Gue ingin perjalanan ini berakhir dengan baik, Nacia. Gue mau, hidden heaven ini menjadi perjalanan yang berisi kenangan bahagia buat kita. Batin Jaleo bersuara.

"Maaf ya, karena gue tiba-tiba malah sakit begini." Lirih Jaleo, begitu pelan, sampai Nacia tak mampu mendengarnya.

Jaleo 🥹

Aku tuh bingung, dia Green flag apa Red flag ya jatuhnya? Kayak, manipulatif tapi.... Ya gitu? 😭

WKWKWK TEROMBANG AMBING OLEH KELAKUAN JALEO

Kayaknya, tamat di part 50 an deh.. hehe

Aku adain give away apa aja! Cek Instagram ku ya @aloisiatherin

Semoga menang 😍😍🫶🏻🫶🏻❤️❤️

Spam komen next disini!

Spam komen lanjut disini!

Continue Reading

You'll Also Like

5.7K 777 47
DEWASA, Harap bijak mencari bahan bacaan 🙏🙏 Hidup Dara berubah setelah kecelakaan tunggal yang di alami oleh kedua orang tuanya, hingga membuat mer...
69.4K 7.8K 50
---NEW VERSION---- Harap sebelum baca d follow dulu, Aku mencintainya, Aku menyayanginya, sejak lama, sejak ratusan atau ribuan tahun yang lalu, tapi...
Why? By bolucake

Teen Fiction

53.7K 4.5K 33
"Ale" "Apa?" Tanya senja singkat. "Darrell---" "Kamu suka sama Darrell?" Claira menggeleng cepat "Lebih tepatnya aku gak suka sama dia" "Kenapa?" "Ka...
15.6K 2.3K 37
(Belum direvisi) Ralex itu tunangan Riana sang gadis populer. Tapi setelah bertunangan dengan Riana, pria itu sering kali menghilang. Karangan sendir...