Kevin Huo's Proposal

By Liana_DS

864 157 43

Berkorban untuk pekerjaan tidak pernah ada dalam kamus Zhang Ling. Jika sebuah merek, proyek, atau fotografer... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58

40

7 2 0
By Liana_DS

Wanita ber-hoodie hitam yang menghadap Ling tampak tidak pada tempatnya. Keadaan tubuhnya yang miris terlalu kontras dengan hiruk-pikuk ceria Sanfang Qixiang. Aura penuh teror menyelimuti dirinya, tetapi Ling tidak bisa menarik diri begitu saja. Fakta bahwa perempuan ber-hoodie bertubuh lebih tinggi darinya mengusik Ling; tidak banyak perempuan yang demikian jangkung di negeri ini, kecuali atlet atau ... seorang model.

"A-Apa yang Anda–"

"Aku bangun siang ini karena keberadaan seorang Zhang Ling di Sanfang Qixiang begitu ramai dibicarakan." Perempuan ber-hoodie bicara cepat sambil mendekati Ling, sementara Ling mundur. "Ratu baru Kevin Huo tidak buruk, tidak buruk sama sekali! Feng Yang memang punya mata yang awas. Gadis pilihannya benar-benar secantik burung fenghuang!"

Ling menahan napas. Ketakutan membuatnya tak bergerak cukup cepat sehingga tahu-tahu perempuan ber-hoodie tinggal sedepa saja darinya. Bau badan si perempuan menyengat sekali; Ling menduga perempuan itu seorang tunawisma yang pasti sudah lama menggelandang.

"Tapi," perempuan ber-hoodie mendadak menggenggam dan menarik ujung rambut Ling, menampakkan lengan kurusnya yang ditaburi bintik-bintik merah keunguan, "kau tak punya apa-apa selain keberuntungan!"

Ling memekik, lalu berusaha melepaskan diri dari wanita jangkung yang sedang menjambaknya.

Padahal kurus, tapi bisa sekuat ini?!

"Perempuan yang bekerja sungguh-sungguh dengan Kevin Huo akan kehilangan cahayanya, jadi pasti kau cuma malas-malasan, kan?" Dengan tangannya yang masih bebas, perempuan ber-hoodie mendongakkan dagu Ling. "Kau cuma model yang dipungut karena belas kasihan. Mereka akan segera membuangmu!"

Kupukul sajakah perempuan gila ini? Air mata Ling berlinang; disakiti seperti ini mengingatkannya pada perundungan oleh sesama rekan model beberapa waktu lalu. Tapi, sekarang kami berada di ruang publik. Seorang duta Fenghuang tidak boleh menyakiti orang lain!

"Zhang Ling!"

Perempuan ber-hoodie jatuh terjengkang, sementara Ling hampir terjungkal karena tangan yang menarik rambutnya tiba-tiba terlepas. Namun, satu lengan yang kokoh mencegah Ling jatuh, membantunya tegak kembali di atas kedua kaki. Itu Xiang–yang baru saja memukul perempuan ber-hoodie tadi untuk menolong Ling.

"Maaf aku terlambat," kata Xiang dengan napas memburu. "Kau terluka?"

Ling menggeleng, tetapi tangannya yang gemetar mencengkeram erat baju Xiang.

"Dia menyebut nama Feng Yang begitu entengnya tadi. Apa hubungannya orang itu dengan kalian bertiga?" bisik Ling. 'Kalian bertiga' yang dimaksudnya adalah Feng bersaudara.

"Aku pernah cerita, kan, soal dua proyek lini pakaian wanita sebelumnya?" Xiang menjawab Ling dengan pertanyaan lain. Lengannya mengarahkan tubuh Ling agar bersembunyi di balik punggungnya.

"Dua proyek ...." ulang Ling perlahan. Dua proyek berarti dua duta. Ia dan Mingmei baru berhasil mengungkap tentang Xie Yaoyiwen, si duta kedua yang identitasnya telah dikonfirmasi oleh Xiang dalam beberapa kesempatan. Namun, informasi tentang duta yang pertama belum berhasil mereka temukan.

Astaga.

"Feng Xiang." Senyum palsu si perempuan lenyap begitu menyebut nama mantan rekan kerjanya. "Menikmati hidup dengan gadis barumu? Sial, padahal aku sudah menunggumu mati dibunuh Feng Yang."

"Guan Mingzhu," sahut Xiang, "saat meninggalkan Kevin Huo, kau masih punya banyak peluang, tetapi kau malah menghancurkan dirimu sendiri."

"Kau, KALIAN YANG MENGHANCURKANKU!" bentak si perempuan ber-hoodie yang Xiang panggil Guan Mingzhu. Dengan kerut-kerut penuh emosi, penampilannya sekarang makin mengenaskan. "Tidak ada yang cukup baik, tidak ada yang cukup cantik untuk Kevin Huo, bahkan aku! Jadi, kenapa pelacur itu selamat di Kevin Huo? Dia harusnya berakhir di jalanan!"

Xiang menggerakkan lengan, lebih jauh menyembunyikan Ling di belakang punggungnya.

"Kau hanya tidak cukup kuat untuk Kevin Huo, Guan Mingzhu."

"Dan kaupikir jalang di sana itu lebih kuat? Dia cuma pendatang baru yang tak dikenal, bocah manja yang tak tahan banting!" Sejenak Mingzhu menarik napas, lalu meloloskan kekehan kecil nan patah-patah. "Oh, atau dia jago di tempat tidur? Apa dia yang mengambil keperjakaanmu, Feng Xiang?"

Kening Xiang berkerut, rahangnya terkatup rapat, tetapi tak mengatakan apa pun setelahnya. Yang terpicu justru gadis yang ia lindungi.

"JAGA MULUTMU!" Tak tahan lagi, Ling merangsek maju. Mingzhu boleh bicara jelek tentangnya, tetapi tidak Xiang. "Kalau kau memang begitu hebat, harusnya bukan Kevin Huo satu-satunya kesempatanmu! Kau berhenti berjuang untuk bangkit, lalu menyalahkan Kevin Huo untuk kejatuhanmu? Itulah kelakuan seorang pecundang!"

"Zhang Ling," bisik Xiang dengan genting, "jangan memancing amarahnya. Kondisi mentalnya sedang tak stabil."

Emosi Ling masih menggelegak, tetapi peringatan Xiang memaksanya mengunci mulut. Dari sudut matanya, kerumunan sudah terbentuk mengelilingi mereka: 'paparan publik yang tidak perlu'. Bagaimana kalau rekaman kejadian ini tersebar? Ling ingat sebelumnya merendahkan Mingzhu, sesuatu yang di luar karakternya sebagai duta Fenghuang. Ratu Kevin Huo tidak menyerang mereka yang lebih lemah.

Aku dan Feng Xiang harus mundur dari situasi ini, tapi bagaimana caranya?

"Memangnya kau siapa, seenaknya saja menilai hidupku? Sesekali, kau perlu merasakan dinginnya aspal jalan sehabis hujan, atau mengganjal perutmu dengan pil, atau merasakan kemaluanmu terbakar demi beberapa lembar yuan." Mingzhu merogoh sakunya. "Persetan dengan itu semua. Sebentar lagi, aku akan mendapatkan kebahagiaan terbesarku, hal yang sudah kutunggu-tunggu sejak lama!"

Terdengar bunyi 'krek' panjang dari sekitar tubuh Mingzhu. Bunyi meresahkan itu tidak Ling ketahui dari mana asal tepatnya. Karena itu, dia kaget saat Xiang mendadak menariknya lagi ke belakang.

"JANGAN MENGHALANGIKU, FENG XIANG!" teriak Mingzhu, begitu dekat hingga berdenging di telinga Ling. Gadis itu sendiri butuh waktu untuk mencerna apa yang terjadi di hadapannya, tetapi ketika sadar, ia hanya melihat punggung lebar Xiang menamenginya. Tangan kanan lelaki itu teracung, menggenggam erat—ujung cutter?

Terdengar beberapa pekikan tertahan dan napas dihela tajam dari kerumunan yang tak menolong. Darah Xiang jatuh ke paving dalam tetesan-tetesan besar. Namun, cengkeraman Xiang tidak juga melonggar.

"Dengar," –dari tempatnya menggigil, Ling mendengar suara Xiang yang agak goyah– "menyakiti kami bukan jalan keluar untukmu. Justru, kau akan diserang balik. Jadi, hentikan sekarang juga."

"Tidak ada kesempatan. Tidak ada harapan lagi bagiku, Feng Xiang, maka harusnya buat dia juga tidak ada!" Mingzhu menatap nyalang dari balik poninya yang berantakan–lurus ke Ling yang ciut. "Gadis itu tidak punya apa-apa .... Dia tidak istimewa ...."

Tangan kiri Xiang yang sejak tadi melindungi Ling, meninggalkan gadis itu untuk menggenggam lengan Mingzhu. Dengan begitu, Xiang bisa melepaskan bilah cutter yang menancapi sela jarinya, lalu menggunakan tangannya yang terluka, Xiang menarik keseluruhan cutter itu dari Mingzhu.

"Zhang Ling seorang yang jujur." Xiang menjatuhkan cutter Mingzhu dan menginjaknya, semata agar ujung tajamnya tak melukai siapa-siapa lagi. "Jika sesuatu menyakitinya, ia akan mengatakannya. Ia lalu berusaha menyembuhkan diri alih-alih menyimpan rasa sakit itu sendiri atau mematikan sarafnya dengan obat, sepertimu."

Kalimat Xiang ini tampaknya memukul telak Mingzhu. Perempuan yang kelihatan sakit parah itu menarik diri dari Xiang sambil bercucuran air mata. Ia lantas melengkingkan teriakan yang menyayat dan berbalik menjauh, lari sekencang-kencangnya hingga menabrak orang beberapa kali.

Ini mengerikan. Aku tak bisa bergerak.

Tanpa sadar, sepanjang kejadian itu, Ling terus mencengkeram bagian belakang baju Xiang. Kakinya dingin dan napasnya memburu. Isi kepalanya sangat kacau hingga menyisakan gelap. Benaknya baru terseret kembali ke Sanfang Qixiang ketika Xiang menyentuh wajahnya–dengan tangan yang masih utuh.

"Zhang Ling, kau pucat. Mari duduk untuk menenangkan diri."

"Tidak." Dengan tangan yang tak bisa berhenti gemetaran, Ling melepaskan jaketnya. Ia lilitkan jaket itu ke tangan Xiang yang masih mengucurkan darah. "Rumah sakit .... Harus membawamu ke rumah sakit ...."

"Ya, nanti. A-Tian akan segera ke sini bersama Ayah dan Ibu. Sekarang, kita–"

"Lukanya akan semakin besar. Kalau lukanya semakin besar, tidak bisa tampil dengan baik di fashion show ...." gumam Ling seakan mengigau.

"Zhang Ling, jangan seperti ini," tegas Xiang; sebelah lengannya dengan mantap merengkuh bahu Ling, menuntunnya ke salah satu kursi di serambi kafe. "Sudah tidak apa-apa sekarang. Tidak apa-apa. Tarik napas dalam-dalam."

Ling duduk tertunduk, bersusah-payah mengikuti instruksi Xiang untuk bernapas dalam-dalam. Setelah napasnya teratur, Ling mendongak pada Xiang yang berdiri dengan setia di sampingnya sembari mengusap-usap bahunya. Xiang mengulas senyum tipis untuknya, tetapi perasaan Ling terlalu berantakan untuk ditenangkan dengan sesungging senyum.

"Seandainya aku tidak menjadi duta, apakah aku juga akan menjadi sepertinya suatu hari nanti, Feng Xiang?"

Senyum Xiang menipis mendengar pertanyaan Ling. "Tidak. Tidak selalu. Kau bisa menjadi seperti itu bahkan saat menjadi duta. Kau juga bisa menjadi lebih baik dari sekarang tanpa gelar duta. Hidup adalah akibat dari pilihan; kau cuma perlu menjadi bijak."

"Kalau begitu, apa kau mengatakan orang-orang di industri ini tidak pernah bijak?" tanya Ling lagi, yang membungkam Xiang. "Aku sering mendengarnya, tetapi tidak melihatnya sedekat ini, maksudku: seorang model yang kecanduan obat terlarang, terlibat dalam pelacuran, dan menjadi begitu sakit hingga tak dapat dikenali. Apa cuma takdir seperti itu yang menunggu seorang model di belakang kamera?"

Xiang menghapus air mata Ling, padahal Ling tahu darah dari tangan Xiang yang lain telah keluar cukup banyak hingga memerahkan jaketnya. Meskipun jelas lebih kesakitan dari Ling, Xiang masih memilih untuk menghibur Ling, melindunginya dari pikiran-pikiran yang buruk.

"Kalau memang cuma takdir itu yang ada untuk kita, liburan menyenangkan ini tidak akan pernah kita lalui, benar?"

***

Luka yang ditimbulkan Mingzhu ternyata cukup dalam. Mungkin karena dihunjamkan dengan kekuatan yang besar, cutter-nya memotong sebagian otot di sela jari Xiang. Sore itu juga, Xiang mesti melewatkan penerbangannya ke Shanghai demi pembedahan darurat.

Tian dengan dingin menyuruh Ling pulang duluan ke Shanghai, tetapi Ling bersikeras menunggu Xiang di Fuzhou hingga sembuh. Ayah dan Ibu Xiang mendukung Ling sebab gadis itu lumayan terguncang; kembali ke Shanghai pun, ia pasti tak mampu bekerja dengan baik.

"Sementara Kak Xiang ada di sini untuk memulihkan diri, seseorang harus ke Shanghai untuk melanjutkan promosi! Kalau Zhang Ling masih di sini juga, bagaimana dengan koleksi Fenghuang?"

"Koleksi itu tidak akan serta-merta hilang hanya karena satu-dua hari tidak diiklankan, Nak. Duduklah."

Keluarga yang begitu akur beberapa waktu lalu mulai menunjukkan ketegangan. Tidak ada yang bisa disalahkan. Tian tertekan dari segala sisi, sementara orang tuanya bagaimanapun adalah orang luar yang tidak memikul tanggung jawab atas koleksi Fenghuang. Ling tak bisa mengatakan apa-apa, takut semakin memperkeruh suasana, dan ia membiarkan Tian pergi tanpa pamit kepada Xiang. Ling juga tidak mencoba menghubungi seseorang atau menjawab telepon; paranoianya membumbung sangat tinggi sampai melumpuhkan, membuat segala bentuk interaksi jadi menantang untuk dilakukan.

Cuma Xiang yang mampu mengurangi beban dalam hati Ling, sedikit.

"Kamu boleh pergi jika sudah siap," ucap Xiang, pagi ini setelah sarapan di kamar. Tangan kanannya yang diperban masih agak kaku sehingga hanya bisa menggenggam sendok alih-alih mengendalikan sumpit. Ling beberapa kali harus menyuapinya. "Kak Yang pasti akan bertindak lebih keras kali ini dan aku khawatir tidak akan ada di sana untukmu."

"Kalau menunggu siap, mungkin aku tidak akan pernah kembali ke Shanghai." Ling tertawa getir sambil menyisihkan piring Xiang yang sudah kosong. "Feng Tian benar. Aku lebih baik sekarang, jadi aku harus melanjutkan promosi."

"Hari ini, aku juga akan keluar dari rumah sakit. Aku akan istirahat sebentar di rumah, lalu menyusulmu," kata Xiang. "A-Tian sudah membantu membereskan barang-barangku sebelum kembali ke Shanghai."

"Kau yakin tidak membutuhkan lebih banyak istirahat?" Tatapan Ling jatuh pada perban tangan Xiang.

"Tidak. Ini toh hanya luka kecil. Berpose untuk fashion show tidak membutuhkan tangan yang utuh." Xiang mengangkat tangannya ke depan wajah Ling. "Fenghuang adalah lambang ketangguhan, resiliensi. Tanpa bekas luka, apa yang dapat menunjukkkan kekuatannya?"

Ling tersenyum dan mengangguk setuju. "Andai saja kemampuan fenghuang itu juga bisa didapatkan orang lain ... terutama orang-orang yang merasa tak punya harapan lagi."

Pandangan Ling menerawang ke langit di luar jendela. Xiang mengikutinya.

"Masih kepikiran Guan Mingzhu?" tanya Xiang, yang diangguki Ling. "Ia gagal menjadi duta karena kecanduan obat-obatan terlarang–dan kerasnya pelatihan untuk menjadi duta koleksi lini pakaian wanita memperberat kecanduan itu. Sebelum pergi, aku menawarinya program penanganan kecanduan obat dari kepolisian, tetapi ia menolak dan menghilang begitu saja. Pertemuan kemarin adalah yang pertama setelah sekian lama, tetapi kecil sekali harapan baginya yang sudah menjadi sesakit itu.

"Masih banyak yang bisa kita tolong, jadi jangan menyesali satu yang belum berhasil kita selamatkan."

Ling mengangguk lagi. "Kesempurnaan yang dikejar Feng Yang itu omong kosong. Kami manusia; kunci keindahan kami adalah kekurangan kami. Kapan dia bisa memahaminya? Kapan dia bisa membiarkanmu serta Feng Tian menunjukkan celah itu dalam koleksi Fenghuang alih-alih berusaha menambalnya?"

Baru membuka mulut untuk menjawab, mendadak Xiang disela suara bas seseorang dari ambang pintu kamar.

"Sudah selesai membual dan berusaha menghasut adik-adik saya, Nona Zhang?"

Terbelalak, Ling bangkit dan–bersama Xiang–menoleh ke sumber suara. Seorang pria dengan kemeja warna putih bersih dan celana bahan yang semuanya diseterika licin tengah berdiri, menyandarkan bahu ke kosen pintu. Senyumnya terkesan jauh, tak bersahabat, dan pria itu bersilang lengan.

"Kak Yang," panggil Xiang datar, "Ling tidak sedang menghasut siapa-siapa." []

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 55.8K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
577K 80.7K 35
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
88.2K 16.3K 36
Sebagian part sudah dihapus Arunika Pramesti Maharani, wanita 40 tahun yang tidak terlihat sesuai usianya ini paling benci lagu Diana Ross, When you...
998K 77.3K 56
Irish ragu dengan apa yang ia lihat kali ini. Ia tidak minus. Seratus persen ia yakin pandangannya tidak bermasalah. Dia juga tidak punya kemampuan u...