destroying the groove

By PororoVyzero

340K 26.5K 968

Seorang Assassin bersama Alter ego yang bertransmigrasi ke dalam Novel, dan menjadi seorang Figuran. CERITA B... More

ch 1 Alvias Nanda Fahreza
ch 2
ch 3
ch 5
ch 6
ch 7
ch 8
ch 9
ch 10
ch 11
ch 12
ch 13
ch 14
ch 15
ch 16
ch 17
ch 18
ch 19
ch 20
bukan up!

ch 4

23.2K 1.7K 47
By PororoVyzero

Di sepanjang perjalanan, Alvias hanya diam. Rezvan sudah berkali-kali mengajak anak itu untuk berbicara. Tetapi di abaikan.

Tak berselang lama, mobil BMW i8 yang mereka tumpangi sudah memasuki arena mansion. Alvias menganga untuk sesaat tak percaya melihat bangunan megah di hadapannya. Dia menatap sayu ke samping dimana Rezvan berada.

"Tidak ingin keluar?"

Mata sayu itu berkedip lucu, kemudian merentangkan tangannya meminta di gendong.

Sepertinya, Alvias melupakan satu hal.

Rezvan mengulum senyumannya, dengan senang hati Rezvan menggendong Alvias ala koala. "Manja." Ejek nya.

Alvias kesal, mengigit keras leher Rezvan.

"Aaghh, kenapa menggigit ku adik?" Wajah Rezvan memerah, memperlihatkan ekspresi kesakitan.

Alvias tidak menjawab, malah semakin menenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher Rezvan.

Menghela nafas, Rezvan kembali melanjutkan langkahnya, mereka tiba di ruang tamu, Carlos sudah tiba lebih dulu. Rezvan duduk dengan Alvias yang masih di gendongan nya.

"Kenapa dengan Alvias, Van?" Tanya Carlos penasaran, karena biasanya Alvias selalu menolak jika di gendong atau di pangku.

Rezvan menggeser sedikit kepalanya, memperlihatkan lehernya yang kini tercetak jelas bekas gigitan. Melemparkan senyum mengejek.

Carlos mendatarkan wajahnya, perempatan imajiner muncul di dahinya. Anak ini.

Jika tidak ingat Rezvan adalah putra tunggalnya, ingin sekali Carlos menguliti anak itu. Tapi putranya itu pasti malah kesenangan.

Carlos bangkit, mengambil paksa Alvias dari gendongan Rezvan. Rezvan yang tidak mau kalah, semakin erat memeluk pinggang ramping Alvias. Terjadilah adegan tarik menarik.

Sedangkan yang di perebutkan, menatap keduanya datar. Capek dia tuh.

"Lepas."

"Tidak."

Jika di anime, pasti akan ada animasi mata mereka mengeluarkan kilatan seperti petir.

Alvias geram, memukul kepala Rezvan pelan dan menatap tajam Carlos. Membuat keduanya terdiam.

"Turun."

Rezvan cemberut, "Tadi menggigit, sekarang memukul."

"Salah mu." Sembur Alvias, mencoba turun tapi sulit! Rezvan malah semakin kuat menekan tubuh Alvias di pangkuannya.

"Adik, leher ku sakit, lihat..," menunjukkan lehernya. "Kau menggigit nya terlalu kencang." Lanjutnya sok imut dengan bibir mengerucut.

Carlos menatap jijik anaknya. Dan Alvias semakin menatap datar pemuda di hadapannya.

Carlos berdecih, menatap penuh permusuhan kepada putranya, "Menjijikkan." Berlalu pergi meninggalkan kedua pemuda itu di ruang tamu.

"Turun, Rezvan."

Ctakk!

Alvias mengelus dahinya yang baru saja di sentil oleh Rezvan.

"Yang sopan dengan yang lebih tua."

"Sadar ternyata, sudah tua." Guman Alvias yang masih bisa di dengar oleh Rezvan. Iyalah, orang masih berhadap-hadapan.

Tukk!

Kembali Rezvan menyentil dahi Alvias lebih kuat dari sebelumnya, hingga meninggalkan ruam merah.

"YAKK BAJINGAN!" Habis sudah kesabaran Alvias.

"Panggil aku abang, baru aku akan melepaskan mu." Menaik turunkan alisnya, menggoda Alvias.

Alvias diam, menatap jengah pemuda di hadapannya. Hei! di kehidupan sebelumnya umurnya sama dengan Rezvan, jadi untuk apa dia bersikap sopan kepada pemuda itu?

"Tidak mau?" Alvias tetap diam. "Yasudah, seperti ini saja selamanya. Aku juga tidak keberatan kok." Lanjutnya.

"Aku yang keberatan, sialan." Batin Alvias frustasi.

Alvias menghela nafas kasar, "Abang." Panggilannya datar.

"Haa apa-apa? aku tidak mendengar nya."

"Abang." Sekali lagi Alvias memanggil. Membuat Rezvan kesenangan bukan main.

"Lebih keras lagi adik, abang tidak mendengar nya." Titahnya memaksa.

💢 Bajingan ini. Sudut bibir Alvias berkedut, rasa ingin membunuh pemuda di hadapannya sekarang menjadi semakin besar.

'Turuti saja apa yang diinginkannya Al.'

Tiba-tiba sebuah suara menginterupsi.

"Kau saja sana." Batin Alvias kesal.

'Ingin cepat selesai tidak?'

Alvias menghela nafas pasrah, memejamkan matanya sejenak, lalu membukanya perlahan menatap Rezvan dengan mata abu-abu kelam nya, yang biasanya hanya menampilkan raut datar tanpa gairah hidup, kini mata itu mulai berkaca-kaca.

"Abang, lepas. Al lelah."

Deg.

Rezvan tertegun, jantungnya berpacu dua kali lebih cepat.

Tatapan itu.., membuatnya tersesat di dalam lubang hitam tanpa dasar untuk sesaat. Hingga secara tidak sadar, tangan kekarnya meremas kuat pinggang ramping Alvias.

Sstth.

Mendengar ringisan Alvias membuat Rezvan tersadar, dengan panik pemuda ini menyingkapkan kaos yang di gunakan Alvias sehingga memperlihatkan pinggangnya yang memar ke keunguan. Tercetak jelas bekas jari tangan nya kontras dengan warna kulit Alvias yang putih bersih.

"Adik ma maaf, aku tidak sengaja." Ucap rezvan gelagapan. "BI! BIBI!" Teriak Rezvan keras, membuat telinga Alvias berdengung.

"Woaah damn it, telingaku ugh." Wajah manis Alvias full memerah seperti tomat masak. Emosi dia, EMOSI! Tolong jauhkan Alvias dari orang gila ini sekarang juga TuT.

🐰🐾

Di sebuah ruangan, terdapat seorang pria kekar duduk di kursi kebanggaan nya, tangannya dengan lihai memutar-mutar gelas wine di tangannya.

"Jadi?" Suara husky itu terdengar.

"Alvias sudah siuman dari delapan hari yang lalu, tuan. Dan sekarang anak itu berada di mansion Fernandez."

Pria itu mengangkat sebelah alisnya, "Keluarganya?"

"Mereka membuang Alvias." Nafas pria itu tercekat, saat merasakan hawa menekan dari tuannya.

Pria itu mencengkram kuat gelas di genggaman nya hingga pecah berkeping-keping dan melukai telapak tangannya. Mengibaskan tangannya membuat darah terciprat kemana-mana. "Terus pantau pergerakan mereka, laporkan hal terbaru mengenai Alvias. Kau bisa keluar."

Pria yang memegangi tablet membungkuk singkat, berjalan keluar menyisakan pria itu sendirian.

Pria kekar itu berdiri dari duduknya, berjalan pada kaca pembatas, melihat datar pada kendaraan yang berlalu lalang di bawahnya. Tanpa mempedulikan tangannya yang terluka.

"Keluarga bodoh, membuang berlian untuk sebuah batu kerikil."

🐰🐾

Kembali lagi dengan MC kita saat ini.

Alvias duduk melamun di balkon kamarnya, tatapan mata abu-abu itu terlihat kosong, raga itu seperti tidak memiliki jiwa.

"Dimana pemilik asli tubuh ini sebenarnya, mengapa dia tidak pernah mendatangi ku."

"Untuk apa juga aku ada di sini, aku hidup untuk apa?"

Tiba-tiba sebuah selimut menutupi tubuh Alvias, membuat anak itu tersentak.

"Udara malam tidak bagus untuk tubuhmu, kau baru saja sembuh."

Melingkar kan tangan kekarnya pada pinggang ramping Alvias, "Apa yang otak kecil mu itu pikiran, hm?" Tanya nya tepat di samping telinga Alvias, membuat anak itu merinding.

Melirik ke samping, ternyata Rezvan. Kapan orang itu masuk? Alvias tidak merasakan hawa keberadaan nya, atau mungkin karna dia yang terlalu banyak melamun sehingga tidak sadar ada orang lain yang memasuki kamarnya.

Rezvan meniup telinga Alvias, membuat anak itu merinding. "Kau melamun lagi." Lanjutnya, menggesek kan wajahnya pada perpotongan leher Alvias, mengecupnya bertubi-tubi.

Alvias risih, mendongakkan kepalanya. Tapi itu malah semakin membuka akses Rezvan untuk menjamah lehernya.

Alvias mendorong wajah Rezvan menjauh dari nya, "Menjauh, itu geli."

Rezvan melepaskan tangan Alvias yang menutupi wajahnya, membungkus tubuh itu dengan selimut.

Mengangkat tubuh kecil Alvias ala bridal style, membawanya masuk ke dalam dan menidurkan bintang kecilnya di atas ranjang.

Rezvan melepaskan kemeja yang ia kenakan, kemudian ikut bergabung dengan Alvias di ranjang. Melingkar kan tangannya, memeluk tubuh kecil Alvias yang masih terbungkus oleh selimut.

"Se-sak."

"Eh maaf adik."

Melepaskan selimut yang melilit tubuh kecil Alvias-nya.

Tangan kekar Rezvan menelusup masuk ke dalam baju Alvias, "Tidur adik." Mengelus lembut pinggang Alvias yang tadi sore terluka akibat ulahnya.

Awalnya Alvias risih, ingin menyingkirkan tangan itu, namun lama kelamaan elusan lembut itu membuat mata Alvias mulai memberat, tak lama kemudian mata itu terpejam dengan dengkuran halus terdengar.

Rezvan terus memperhatikan setiap inci wajah Alvias dengan intens. Mulai dari alis, bulu mata, hidung, hingga terakhir pandangannya jatuh pada bibir merah alami sedikit berisi itu.

Mengusap bibir itu dengan jari jempolnya, sangat lembut.

Rezvan mendekat kan wajahnya, wajah mereka saling berhadapan. Rezvan semakin mendekatkan wajahnya hingga tinggal beberapa centimeter lagi.

Rezvan menutup matanya saat bibirnya telah bertemu dengan bibir Alvias. Manis.

Awalnya hanya menempel, sebelum Rezvan dengan berani menggerakkan bibirnya menyesap bibir bawah dan atas Alvias bergantian.

Slurrphg

Cup

Nghh

Rezvan membuka matanya sayu, tatapan nya di tutupi oleh kabut nafsu, benang salivana menjuntai saat Rezvan melepaskan pangutannya. Nafasnya terdengar berat.

"Lagi, aku ingin lagi."

Kembali Rezvan memangut bibir manis itu dengan rakus, membelit lidah Alvias mengajaknya untuk menari-nari.

Ciuman itu turun pada leher mulus Alvias, menyesapnya dengan kuat hingga meninggalkan ruam merah yang terlihat sangat jelas.

Mmngh

Alvias menggeliat, mengerutkan alisnya merasa terganggu.  membuat Rezvan menghentikan aktivitasnya. Alvias masih tertidur pulas.

Rezvan bangun, menutup sebagian wajahnya, wajah hingga telinga Rezvan full memerah seperti kepiting rebus.

"A-apa yang aku lakukan." Melirik kebawah bagian selatannya yang menggembung. Sial

Rezvan turun dari ranjang, bergegas pergi ke bathroom untuk menuntaskan hasratnya.

Continue Reading

You'll Also Like

36.5K 3.7K 9
Satria Wijaya merupakan seorang Gay dan juga seorang fudansi akut yang menyukai cerita berbaur BL baik media internet maupun media buku. namun apa j...
301K 36.3K 30
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
2.1K 172 5
Bagaimana jadinya jika Alex pria misterius namun memiliki status sebagai uke akut harus ber transmigrasi kedalam tubuh seorang Duke Tirani kejam 𝘼�...
120K 6.5K 25
Tentang dua musuh yang harus bertransmigrasi menjadi saudara kembar Baca aja kalo penasaran tapi jangan terlalu berekspektasi tinggi kalo cerita nya...