Phosphenes

By sauceiopath

432 62 26

Ini hanya kisah antara Taehyun sang manusia biasa dan Beomgyu sang superstar yang dimulai karena sebuah trage... More

Chapter 01: Yellow

Chapter 02: Orange

140 28 5
By sauceiopath

Hari ini adalah hari Senin yang dingin di sebuah toko donat kecil, yang di mana, toko donat ini adalah milik kakak Kang Taehyun, Sakura, seorang perempuan muda yang amat (licik) pandai menjalankan bisnisnya di kota Seoul yang penuh persaingan ini.

Karena selain menjual donat, Sakura juga menjual tampang adiknya yang tampan tidak main-main itu, yang di mana menjadi salah satu pondasi dari kejayaan toko donatnya.

Dan sekarang, setelah adiknya mematahkan pergelangan kakinya di sebuah insiden. Ia mendapatkan karyawan baru!

Perkenalkan, Choi Beomgyu!

Ia adalah seorang superstar yang sedang naik daun. Berasal dari grup nugu (alias tidak terkenal) membuat awak media dan para sasaeng menjadi penasaran dan berniat mengulik latar belakang Beomgyu yang misterius dengan cara membuntutinya setiap hari. Hingga pada suatu hari, semua itu berakhir menjadi sebuah tragedi, yang di mana membuat Beomgyu hampir tertabrak mobil, namun untungnya ia berhasil diselamatkan oleh Kang Taehyun, yang kini berakhir mengalami patah pergelangan kaki di kaki kirinya.

Lalu kini, sebagai ungkapan terima kasihnya, Beomgyu membiayai pengobatan Taehyun, meminta supir pribadinya untuk mengantar-jemput Taehyun setiap hari, dan bekerja di toko donat milik kakaknya, Sakura, dengan cuma-cuma sesuai dengan akhir dari negosiasi.

Mendengar apa yang baru saja menimpa Beomgyu membuat agensinya tepuk jidat. Karena artis mereka akan bekerja di sebuah toko donat tak bermerek, yah, grup Beomgyu juga tidak terkenal, sih.

Tapi entah bagaimana cara Beomgyu mengatasinya, ia berhasil meyakinkan agensinya untuk membiarkannya bekerja di toko donat kecil ini.

Taehyun juga tidak paham, namun yang pasti ada satu hal yang Taehyun tekankan, Beomgyu ini pasti latar belakangnya tidak main-main.

Mengingat tempo hari sang supir memanggilnya 'Tuan muda', dan kini ia berhasil menang melawan agensinya.

Ah, sebaiknya Taehyun tidak berurusan lebih lanjut dengan pria ini, karena jika ia membuat masalah dengan Beomgyu, kemungkinan ia akan lenyap.

"Apa anak mafia?" gumam Taehyun sembari merenung.

Puk...

Taehyun menoleh ketika bahunya tiba-tiba ditepuk, ia mendapati Beomgyu menatapnya dengan tatapan cemas.

"Kenapa?" tanya Taehyun dengan pelan, meskipun sedikit terkejut Beomgyu tiba-tiba menepuk bahunya.

"Anu ... Sepertinya aku membuat kakakmu marah," ucap Beomgyu sembari menunduk dengan bibir mengerucut.

Taehyun menaikkan sebelah alisnya. "Memangnya kau diapakan oleh dia?" tanyanya.

"Dipelototi saja, sih," ucap Beomgyu dengan sedih. "Yaah, aku salah juga," ucapnya dengan pasrah.

Dengan enteng Taehyun menanggapi, "Ah, dia itu cuma suka membesar-besarkan masalah." Dia juga kesal dengan kau yang tiba-tiba memberikan buket aneh kepadaku, batin Taehyun yang tidak bisa dikatakannya.

"B-bukan begitu! Aku benar-benar salah, tahu," ucapnya sembari menghela napas. "Tadi kak Sakura sedang mencoba sebuah resep baru— susu dengan selai stroberi asli," ucapnya mencoba menjelaskan.

Sembari melihat-lihat kondisi toko, Taehyun kemudian memfokuskan dirinya untuk mendengarkan Beomgyu. Sikunya bertumpu di meja kasir, posisi duduknya ia benarkan, tubuhnya menghadap Beomgyu yang sedang berdiri menjelaskan kesalahannya seperti seorang anak kecil. "Lalu?" tanya Taehyun meminta kelanjutan.

"Lalu aku diminta mencoba minuman buatannya itu, tapi rasanya agak hambar," ucap Beomgyu menatap Taehyun dengan ekspresi dramatis.

"Kak Sakura bukan tipe orang yang akan marah kalau dikritik, sih. Bagaimana bisa—"

"Belum selesai!" ucap Beomgyu sambil menutup bibir Taehyun dengan telapak tangannya yang baunya seperti selai stroberi.

"Lalu setelah itu aku mengusulkan untuk menambahkan selai stroberi dan gula cair yang banyak, dan kubilang, 'oh ini rasanya sudah pas!' lalu setelah dia mencobanya, aku dipukul! Katanya dia bisa saja terkena diabetes kalau menghabiskan segelas susu itu, aku jadi dimarahi karena membuang-buang selai dan gula cair di susu itu," ucap Beomgyu kemudian menunduk, menarik tangannya yang menutup bibir Taehyun, kemudian mengangkat kepalanya dan menatap Taehyun penuh harap.

"Taehyun, bantu kakak minta maaf, ya?"

Seketika Taehyun kebingungan. "Maksudmu, aku harus membantu kakakku untuk minta maaf kepadamu? Bukannya kau yang bilang kalau kau yang salah?" tanyanya.

Beomgyu ikut bingung. "Kenapa kakakmu? Aku! Bantu aku minta maaf," ucapnya.

Taehyun tambah bingung. "Lho, tadi kau bilang bantu kakak untuk minta maaf, kan?"

Beomgyu terdiam, kemudian tertawa begitu saja, membuat Taehyun kebingungan (level maksimal).

"Kakak itu aku, kamu lebih muda dariku, 'kan?" ujar Beomgyu.

Taehyun mendengus. "Hanya setahun, kenapa harus panggil kakak?" ucapnya yang membuat Beomgyu yang tertawa tadi seketika diam membeku, kemudian kembali menunduk lesu.

Taehyun memutarkan bola matanya. "Hey, ada apa?" tanyanya.

Beomgyu menatapnya dengan telinga memerah malu, ia kemudian menggelengkan kepalanya. "Bukan apa-apa," ucapnya sebelum bel toko berbunyi, menandakan ada pelanggan yang datang.

Puk.

Taehyun mendongak, mendapati tangan besar Beomgyu menepuk kepalanya dengan lembut.

Taehyun yang duduk dan Beomgyu yang berdiri membuat Taehyun merasa begitu kecil di sebelah superstar ini.

"Aku akan bekerja dengan baik hari ini, sebagai gantinya, nanti bantu aku minta maaf, ya?" ucap Beomgyu dengan senyuman di wajahnya.

Taehyun mengedipkan matanya berulangkali, mencoba mencerna aura bintang yang dipancarkan laki-laki berusia 23 tahun di hadapannya ini, sampai akhirnya suara heboh orang-orang membuatnya menoleh, ia baru saja membiarkan barisan gadis-gadis (yang entah dari mana datangnya) menunggu begitu lama.

"Ah, selamat datang di toko kami!" ucap Taehyun dengan begitu ramah, membuat Beomgyu tertegun ketika melihatnya.

Karena senyum Taehyun itu begitu hangat, dan dengan senyum itupun ia terlihat seperti sosok yang sangat mampu untuk bersosialisasi, membuatnya begitu cocok dengan pekerjaan ini yang mengharuskannya untuk selalu ramah kepada pelanggan.

"Eh, tunggu! Bukannya kamu Beomgyu dari grup ***?!"

"Eh! Benar, lho!"

"Astaga, toko ini benar-benar gila!"

Kemudian, pelanggan yang datang hari ini tak terhitung jumlahnya, Sakura kewalahan berada di dapur sendirian, namun ia juga begitu bersemangat sampai ingin memeluk oven karena ia mengantongi uang 2× lipat lebih banyak dari biasanya hari ini.

"Taehyun! Bantu aku mengangkat donatnya!" panggil Sakura dari arah dapur.

Melihat pelanggan yang banyak dan tak ingin membuat mereka menunggu, Taehyun dengan cepat berdiri dari duduknya, melupakan bahwa ia sedang cidera yang kemudian membuatnya terhuyung ketika berhasil berdiri sebentar.

Bruk...

"Oof— hati-hati..." bisik Beomgyu di telinganya ketika berhasil menangkap Taehyun yang hampir terjatuh.

Taehyun membulatkan matanya, menatap Beomgyu dengan syok, kedua tangannya mencengkeram kedua lengan kemeja seragam Beomgyu yang tergulung sampai sikunya dengan refleks agar tak terjatuh.

Seketika situasi menjadi hening, Beomgyu memegangi dirinya agar tetap berdiri, sementara tangan kirinya meraih tongkat Taehyun.

"Ini, lain kali hati-hati, ya," ucap Beomgyu dengan senyum di wajahnya.

Taehyun menganggukkan kepalanya sembari mengambil tongkat itu agar bisa berdiri sendiri lalu diam membeku, menoleh ke arah para pelanggannya yang tadinya diam membisu kini melontarkan pujian pujian gemas.

Spontan, Taehyun berbalik dan kabur ke arah dapur, meninggalkan Beomgyu berurusan dengan para pelanggan itu.

"Ah, aku tidak menyangka ada dua laki-laki yang bisa sedekat ini!"

"Bukankah itu seperti adegan di drama drama?"

"Iya, kan?! Aku tahu itu, ah, kalau aku jadi Taehyun, sih, langsung berdebar-debar."

"Kalau kau bagaimana, Beomgyu?"

Seluruh perhatian tertuju pada kesunyian Beomgyu yang sedang menunduk, menutup matanya dengan telapak tangannya, siku bertumpu pada meja kasir, telinga merah padam dan pikiran sudah terbang ke langit ke sembilan.

"LUCU SEKALIII!!!"

Sakura yang sedang menambahkan topping donat seketika terkejut. "Beomgyu sedang menunjukkan pertunjukan apa bagaimana?" tanyanya setelah mendengar pekikan perempuan-perempuan itu.

Taehyun mendengus, salah satu sudut bibirnya terangkat. Seolah bukan bagian dari penyebab kehebohan itu, ia berujar, "Sebuah pertunjukan, huh?"

•••

Taehyun sedang mencuci perabotan di dapur, Beomgyu melewatinya dengan sapu di tangannya, sepertinya baru selesai bersih-bersih.

Hari ini, donat yang tidak terjual hanya sisa sedikit, itupun yang belum dibalut dengan topping. Jadi bisa dibilang, hari ini penjualan laku keras karena ada Beomgyu sebagai tambahan karyawan.

Dan juga ... karena ‘pertunjukan’ tadi, sih.

"Kak Sakura di mana?" tanya Beomgyu sembari menghampirinya.

"Buang sampah ke seberang jalan," ucap Taehyun sembari mengeringkan perabotan satu-persatu.

"Biar kubantu," ucap Beomgyu yang malah mengambil alih pekerjaan Taehyun.

Taehyun kemudian berdiri dari duduknya dan membereskan tempat menyiapkan donat, namun lagi-lagi Beomgyu menghalanginya.

"Biar kubantu," ucap Beomgyu kemudian mengambil alih pekerjaannya lagi.

Taehyun mendengus, ia kemudian pergi ke pantry untuk mengecek persediaan barang, baru setengah jalan dalam pekerjaannya tapi lagi-lagi Beomgyu datang, dengan pipi yang dinodai oleh gula halus dan apron yang sedikit basah.

"Biar ku—" Belum sempat Beomgyu menyelesaikan kalimatnya, Taehyun sudah lebih dulu bertindak untuk membuatnya diam. Ia mengangkat tangannya ke arah wajah Beomgyu, yang di mana Beomgyu langsung merunduk sebagai respon dan membiarkan jempol Taehyun mengusap gula halus yang ada di pipi Beomgyu dengan pelan.

Ketika jempol Taehyun mengusap noda gula halus itu, perlahan pula permukaan wajah Beomgyu berubah warna menjadi merah muda.

Ia menatap Beomgyu sebentar, mencoba memikirkan kemungkinan lain selain Beomgyu menyukainya. Karena itu hal yang tidak mungkin, untuk apa pria ini menyukainya? Taehyun tidak semenarik itu.

Tapi setidaknya sekarang Beomgyu tidak mencoba untuk menghalangi pekerjaannya lagi, karena meskipun wajahnya dimanfaatkan, Taehyun mencintai pekerjaannya ini.

Setelah sepersekian detik, Beomgyu tersadar kemudian duduk di sebelah Taehyun, bersandar di sebuah rak tepung kemudian menenggelamkan wajahnya di lututnya. "Sial, tidak adil," gumamnya yang terdengar jelas di telinga Taehyun.

Taehyun menoleh sekilas kemudian sembari menghitung bahan baku, ia bertanya, "Sudah minta maaf ke Kak Sakura belum?"

Beomgyu mengangkat kepalanya lalu menggelengkan kepalanya. "Aku bingung," sahutnya.

Taehyun tertawa kecil. "Dia bukan tipe orang yang akan senang diberikan keranjang buah atau sebuket bunga," ucapnya. "Minta maaf saja dengan tulus, jangan berikan apapun," tambahnya.

Mendengar itu, Beomgyu jadi tambah bingung. Karena ia tidak terlalu bisa berkata-kata manis, dia tipe orang yang menunjukkan cintanya dengan sebuah aksi dan hadiah.

Kalau ke Taehyun, sebenarnya apapun Beomgyu bisa. Tapi kalau ke kakaknya itu, Beomgyu agak canggung.

"Kau bisa berlatih denganku," ucap Taehyun sembari meletakkan nota di tangannya di meja, kemudian duduk menghadap Beomgyu yang sedang duduk di lantai, rasanya seperti deja vu.

"Ayo, minta maaf," ucapnya membuat Beomgyu seketika melotot.

"Mana bisa begitu!"

"Bisa, coba saja," ucap Taehyun. "Aku mirip kakakku, 'kan? Dengan itu kau bisa membayangkan reaksinya dan menyesali kesalahanmu," tambahnya membuat Beomgyu semakin pusing.

"Aduh..." Beomgyu menatapnya dengan resah. "Kalau begini ceritanya, bukannya minta maaf aku malah confess," ucapnya berniat bercanda, meskipun kenyataannya begitu sih.

Taehyun memutarkan bola matanya. Terang-terangan sekali, padahal pagi ini secara tidak langsung Taehyun menolak ungkapan perasaannya dengan meletakkan pastik buket bunga beserta label yang bertuliskan 'i like you' itu di gudang, dan hanya mengambil bunganya untuk diletakkan di vas bunga.

"Baik, lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali," gumam Beomgyu. Kemudian ia mendongak untuk menatap Taehyun yang menatapnya juga dengan intens, kemudian nyali Beomgyu menciut dan kini malah bersujud di hadapan Taehyun yang duduk di kursi itu.

Taehyun mengerutkan keningnya dengan reaksi itu. "Melihat reaksimu, sepertinya kau memasukkan setengah botol gula cair—"

"Ah, ini bukan soal itu!"

"Ck, terserah, terserah. Cepat, sebelum kak sakura kembali," ucap Taehyun.

Beomgyu kembali mendongak untuk menatapnya, menarik nafasnya kemudian menghembuskannya. Entah kenapa rasanya berhadapan dengan Taehyun membuat hatinya terasa lebih berat dibandingkan dengan Sakura. Dan membayangkan bahwa ia bisa saja membuat Taehyun kesal dan marah di masa depan membuatnya begitu kecewa dengan dirinya meskipun itu belum terjadi.

"Taehyun—"

"Kau akan minta maaf pada kakakku, bukan aku," ucap Taehyun memotong.

Beomgyu tertawa dengan canggung, ia benar-benar melupakannya, di otaknya hanya berputar-putar nama Taehyun, dan jantungnya yang berdebar keras membuat seisi pikirannya terdistraksi.

"Kak Sakura ..." ucap Beomgyu kali ini mencoba fokus, "Maafkan aku— tadi aku tidak bermaksud bermain-main dengan bahan makananmu ... Dan kupikir minumanmu pasti enak karena kau yang meraciknya, tapi sayang sekali aku tidak begitu bisa merasakan perisa di lidahku ini, jadi aku minta maaf. Aku akan membelikan bahan baku untuk menu barumu," ucapnya terdengar begitu tulus.

Namun lagi-lagi ada yang membuat Taehyun bertanya-tanya. "Tidak begitu bisa ... Apa?" tanyanya.

Memahami pertanyaan Taehyun, Beomgyu tersenyum kecil dan siap menjelaskan. "Ya, indra perasa di lidahku sudah tidak terlalu berfungsi, aku kehilangannya sekitar dua tahun yang lalu," ucapnya sembari berdiri dan menepuk-nepuk celananya.

"Bagaimana itu bisa terjadi?" tanya Taehyun semakin penasaran, karena kehilangan indra perasa saat masih muda itu adalah sebuah fenomena langka.

Ia kemudian kembali menatap Beomgyu, menerka-nerka kemungkinan apa.

"Efek samping konsumsi captodiame," ucap Beomgyu membuat Taehyun memiringkan kepalanya.

"Apa itu sebuah obat?" tanyanya dengan polos yang dibalas Beomgyu dengan menepuk kepala Taehyun disertai senyum.

"Iya, itu obat penenang. Aku mengonsumsinya secara rutin sejak saat itu," ucap Beomgyu membuat Taehyun membulatkan matanya, kemudian memberikan Beomgyu tatapan bersimpati.

"Pasti melelahkan, ya... Jadi idol," ucap Taehyun sembari menunduk. Membayangkan berada di posisi Beomgyu itu susah baginya.

Meskipun ia menjadi bintang yang terang di angkasa, tapi pasti ada banyak tantangan untuk menjadi seperti itu.

Apa itu karena grupnya yang kurang terkenal, masalah internal, atau bagaimana?

Banyak hal yang tidak diketahuinya, dan itu membuat mulut Taehyun terasa gatal untuk tidak bertanya,

"Bagaimana bisa kau menyukai seseorang yang tak tahu apapun tentang dirimu?"

Karena terasa jauh, begitu jauh. Bagai seekor ikan yang berangan untuk terbang seperti sang burung. Tak mengerti namun ikut membayangkan berada di posisinya. Tak tahu namun selalu ingin tahu, namun sang burung terlalu tinggi di udara untuk digapainya.

Burung ini bisa saja memakan ikan sepertinya hidup-hidup. Untuk apa mencintainya? Ada begitu banyak burung dengan bulu yang indah terbang begitu tinggi di langit yang cerah itu, lalu mengapa memilihnya, ikan yang hanya bisa diam di satu tempat, di sebuah kolam kecil sebagainya rumahnya sampai mati nanti?

Dan meskipun Beomgyu benar menyukainya, mungkin Taehyun akan menolaknya.

Karena ia tidak pantas untuk bersanding dengannya yang sudah tinggi di angkasa.

"Hey," panggil Beomgyu membuatnya kembali tersadar. "Hari ini kamu banyak melamun," ucap Beomgyu sembari mengusak kepalanya, Taehyun bahkan tak sadar kalau sedari tadi Beomgyu belum mengangkat tangannya dari kepala Taehyun.

"Bukan apa-apa..." ucap Taehyun. Ia memikirkan apa barusan?

Dan sampai mereka di perjalanan pulang Taehyun masih bertanya-tanya.

Ia harus bagaimana sekarang? Haruskah ia tetap berpura-pura tidak tahu kalau Beomgyu berusaha mendekatinya?

Sudah lama tidak merasakan ini dan hati Taehyun yang sudah lama mati jadi kebingungan. Harus bereaksi bagaimana? Harus menolak atau menerima?

Tapi kenapa rasanya bibirnya kelu untuk menolak secara langsung? Kenapa tangannya tak menepis tangan Beomgyu ketika ia menepuk kepalanya maupun memegangi tubuhnya agar tak terjatuh?

Cinta ... tak tumbuh secepat itu, pikir Taehyun sembari melihat mobil lain berlalu-lalang dari jendela mobil.

Taehyun ingin tertawa pada dirinya sendiri. Apa karena kesepian ia jadi berpikir seperti ini? Haruskah ia meminta kakaknya untuk pindah ke apartemen miliknya? Atau haruskah Taehyun yang pindah ke sana dan mengganggu kehidupan pribadi yang sudah lama didambakan kakaknya itu?

Taehyun bergelut sangat lama dengan pikirannya, sampai tak menyadari kalau Beomgyu memandanginya dengan tatapan penuh dengan rasa bersalah.

"Taehyun," panggil Beomgyu sekali lagi membuyarkan lamunan Taehyun.

Taehyun kemudian memusatkan perhatiannya ke Beomgyu. "Ada apa?" tanyanya.

Beomgyu bermain dengan jari-jari tangannya, gestur ketika sedang gugup. "Apa kau kepikiran dengan label yang ada di buket yang kuberikan padamu?"

Ah, lebih peka dari yang kukira.

Taehyun ingin menjawab kalau ini bukan apa-apa, namun lagi-lagi bibirnya mati rasa, enggan bergerak, dan enggan mengeluarkan suara.

Beomgyu tersenyum miris. "Benar, ya," ucapnya, terdengar begitu sedih.

Taehyun tak bisa membalas.

"Aku tidak akan mengulanginya," ucap Beomgyu, kali ini senyumnya lebih tulus, namun tak setulus biasanya. Taehyun pikir pria ini bisa saja akan menangis di perjalanan pulang setelah mengantar Taehyun.

"Apa kau akan berhenti?" tanya Taehyun.

Beomgyu terkejut dengan pertanyaan itu, namun akhirnya ia menggelengkan kepalanya. "Kurasa lebih baik dipendam saja," ucapnya. "Tapi perlakuanku padamu tidak akan berubah, kok," tambahnya.

Taehyun lagi-lagi bingung, harus bagaimana? Apakah ia harus senang? Tapi kenapa rasanya sedikit kosong?

Baru hari ini ia berinteraksi seharian dengan Beomgyu, tapi kenapa rasanya seperti ini? Seolah toples kosong yang baru saja diisi dengan penuh, kemudian kosong kembali.

Kembali seperti biasanya, tapi kali ini hampanya lebih terasa.

Haruskah ia mencoba?

Mobil dihentikan, kini mereka sudah sampai di depan apartemen Taehyun.

Beomgyu keluar dari mobilnya dengan cepat, membukakan pintu untuk Taehyun dan membantunya berdiri dengan tongkatnya, sepertinya ia akan terus seperti ini sampai Taehyun sembuh.

Taehyun pikir, semua perhatiannya itu karena ia merasa bersalah, karena ia ingin Taehyun memaafkannya.

Namun ternyata tebakan Taehyun salah, semua itu dijalankan karena sebuah rasa, sebuah rasa yang dikatakan rasa suka. Rasa hangat yang menyelimuti hatinya di bawah dinginnya hujan salju ini.

Lagi-lagi ia bertanya kepada hatinya, haruskah ia mencoba?

"Sudah nyaman?" tanya Beomgyu memastikan apakah ia sudah memegang tongkatnya dengan posisi yang baik.

"Sudah, terima kasih," ucap Taehyun kepada Beomgyu setelah membantunya.

Beomgyu membalasnya dengan senyum hangat. Meskipun langit jingga sudah jarang terlihat belakangan ini, namun cantiknya masih ada di senyum Beomgyu.

Haruskah aku mencoba?

"Uh, kalau begitu, aku pamit dulu, sampai jumpa besok," ucap Beomgyu, nafasnya terbang ke udara, menandakan sudah semakin dingin dan harus sudah kembali ke dalam.

"Oke..." ucap Taehyun, tak tahu harus bicara apa lagi. Dan sesaat sebelum Beomgyu berbalik, Taehyun menahannya dengan menarik ujung jaket bombernya.

"Ada apa?" tanya Beomgyu, terdengar lebih tenang dari biasanya. Apa dia mencoba agar Taehyun tidak merasa tidak nyaman?

"Ah, bukan apa-apa. Kau hati-hati di jalan, dan sampai jumpa besok lagi...

... Kak."

Bagai baru saja dilemparkan ke sungai es, Beomgyu membeku mendengar panggilan itu.

"Eh?" Beomgyu membeo.

Taehyun membungkuk hormat kemudian Beomgyu melakukan hal yang sama, lalu Taehyun pamit memasuki apartemennya, dan Beomgyu memasuki mobilnya.

"Bagaimana hari ini, Tuan muda?" tanya supirnya.

Beomgyu tak menjawab, ia menutup bagian matanya dengan telapak tangannya, telinganya berwarna merah padam dan lama-kelamaan menjalar ke wajahnya. Ia menghela nafas, bergumam dengan suara rendah.

Supirnya yang melihat itu tersenyum, ia senang melihat tuannya senang. "Hari baik, ya," ucapnya kemudian menjalankan mobil.

•••

Keesokan harinya Taehyun kebingungan ketika bukan hanya di kursi sebelah kemudi yang kini penuh dengan barang, melainkan bagasi juga penuh dengan tepung dan bahkan wortel!

Taehyun memandangi sekantung penuh sayur berwarna jingga itu dengan tatapan kebingungan, ia kemudian beralih ke Beomgyu yang tak ingin beradu tatap dengannya.

"Ini untuk apa?" tanya Taehyun menunjukkan wortel itu.

"? Bahan dapur?"

Taehyun mengerutkan keningnya, berpikir keras. Sementara Beomgyu was-was, mengira ia akan dimarahi Sakura lagi saat ia sedang mencoba meminta maaf.

"Oh, kita bisa membuat donat wortel dengan ini!" ucap Taehyun dengan semangat, supir yang sedang fokus menyetir pun ikut bersorak, ia menyukai semua varian donat.

Mendapati kekhawatirannya adalah hal yang sia-sia, senyum Beomgyu merekah, ia kembali menepuk-nepuk kepala Taehyun bagai sebuah kebiasaan dan Taehyun pun tak menolaknya.

Akan selalu begini, dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Bersambung.

Halo, selamat malam minggu buat para penyendiri yang mencari kenyamanan dari character Beomgyu di sini (itu saya bang).

Tapi jujur nanya, kalau kalian di posisi Taehyun, kira-kira kalian bakalan gimana?

Continue Reading

You'll Also Like

260K 29.1K 33
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
31.6K 7.1K 16
Lalisa Manoban, gadis misterius yang sering di anggap buruk oleh teman sekolahnya. Jennie Kim, gadis manja ceria yang penuh dengan semangat. hari-har...
709K 55.7K 40
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
64.9K 3.3K 8
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++