into forever

By cosmicandteddy

1.9K 275 45

ACT 2 - BE YOUR FOREVER ❝Maukah kau mematahkan kutukan cinta terlarang ini bersamaku?❞ Helena tak pernah beru... More

Panggung: Penari & Pangeran
Benang Takdir
2. Patahan Masa Lalu & Kacamatamu
3. Singgungan
4. Pada Pandangan Pertama
5. Kacamata
6. Terikat Kenangan Buruk
7. Parfum
8. Kenapa Kita Berteman
9. Konversasi
10. Chanel 31 Le Rouge
11. Ujian
12. Pangeran & Kutukannya
13. Partner
14. Rahasiamu Belum Berakhir

1. Rekrutmen

127 23 2
By cosmicandteddy

Rekrutmen tenaga pengajar tahun ini kembali dibuka.

Bisik-bisik satu sama lain yang tak henti dan teriakan heboh tengah beradu menjadi satu. Suasana tersebut masih belum padam sejak dua jam lalu setelah pengumuman yang dikabarkan melalui selembar surat ditempelkan di depan ruang latihan.

Semua orang mengerubungi tempat tersebut sambil membicarakan rencana selanjutnya. Sedangkan gadis itu, seorang diri hanya mengamati kerumunan itu dari kejauhan.

Helena baru saja melepaskan sepatu pointènya saat pembicaraan itu menguar ke seluruh penjuru ruangan. Ada rekrutmen pelatih balet untuk kursus non akademik terbesar di ibu kota. Dulu ia pernah mendaftar dua kali di sana, tapi semenjak ia mendengar rumor bahwa yang lolos adalah yang terpilih oleh pelatih mereka, rasanya Helena tak ingin lagi menggantungkan harapannya di tempat itu. Masalahnya ia bukan anak emas.

Omong-omong, Helena sudah resmi menjadi bagian Akademi Balet Denona sejak dua tahun yang lalu. Salah satu pencapaian terbesar dalam hidupnya untuk mewujudkan mimpi sebagai seorang pebalet. Dan ia masuk ke dalam jalur khusus, dimana orang-orang yang dipilih berbakat akan belajar gratis selama di tempat ini.

Gerak matanya mengikuti seorang perempuan yang tengah berjalan mendekatinya. Helena mendongak melihat ada temannya tengah menghampiri tas latihannya di sampingnya.

"Kamu ikut, Dan?"

"Hmmm... mau coba aja sih nanti. Kamu?"

"Males kalo nggak kepilih lagi."

Danti—teman satu kelasnya tengah duduk mengamati keramaian yang perlahan surut di depan sana.

"Tapi aku kesal juga sih, yang dipilih nanti bakal yang itu-itu terus," jengkel Danti.

Memang benar, namanya saja untuk formalitas, tapi di belakangnya semua sudah direncanakan. Rumornya pelatih mereka akan memilih siapa saja pebalet yang cantik dan tampan untuk menjadi guru di Elephant Love—empat kursus yang selalu menjadi incaran anak-anak orang kaya.

Gaji pegawainya juga tak main-main, bisa sampai dua digit. Siapa yang tak menginginkan bekerja di sana, Helena juga mau. Tapi masalahnya permainan rekrutmen ini tak sepenuhnya bersih.

Dua orang ini mengalihkan pandangannya saat mendengar keributan dari satu titik di depan sana. Seorang perempuan yang tampak dielu-elukan temannya untuk mengikuti rekrutmen pengajar ini.

"Elina kenapa gak pernah kepilih ya?" tanya Danti.

Itu dia! Kenapa dia nggak pernah kepilih. Teman sekelas mereka itu selalu terpilih menjadi pemeran utama di banyak pertunjukan, bahkan dipuji banyak pelatih. 

Elina dan Helena sebenarnya sama saja, kedua orang ini cantik dan pasti akan dipilih di setiap pertunjukan. Tapi sayang nasib Helena sedikit sial, orang-orang lebih memilih Elina untuk bermain dari pada dirinya. Karena alasannya Helena sering melakukan kesalahan dan belum sepenuhnya matang.

Setiap kali ia memandang gadis itu, pasti selalu ada setitik kecil perasaan tak suka di hatinya. Helena ingin seperti dirinya, yang tak pernah diremehkan orang-orang dan mendapat peran yang akan dilihat oleh semuanya.

"Mungkin Bu Ira nggak mau ngelepasinnya. Dia kesayangan di sini, kalo nggak ada dia entar pertunjukannya jadi nggak bagus," balas Helena dalam satu poin.

"Kamu iri nggak sih?" Tapi Danti seolah tahu cara membalikkan perasaannya.

Helena hanya membuang napas dengan tenang, ia sebenarnya sudah lelah membahas tentang orang itu, "Siapa sih yang nggak mau kayak dia, main jadi pemeran utama, dapat sponsor dan bayaran lebih. Gak lama lagi bakal dikirim ke London."

Dan penjelasan itu turut membuat Danti merasakan keputusasaannya. Ia juga menginginkan apa yang Helena ucapkan itu. Semuanya adalah mimpi para pebalet di sini.

"Eh, El, aku baru inget. Sebenarnya kita tuh bisa daftar langsung di web Elephant Lovenya. Jadi kita gak perlu terikat sama Denona ini" info Danti dan itu membuat Helena tertarik dalam sekejap.

"Bener juga. Lo mau daftar, Dan?"

"Ayo daftar! Biar bisa buktiin kalo kita juga bisa lolos di sana tanpa bantuan Bu Ira."

"Ayo!"

_________


Bertepatan di ruang lainnya di ibu kota, di salah satu gedung perkantoran yang besar itu, seorang pria tampak melangkah tergesa-gesa sambil memasuki lobi gedung. Semua pasang mata turut mengamati kehadirannya diiringi pembicaraan rumor beberapa hari lalu yang masih hangat sampai sekarang.

Pria itu melangkah diiringi beberapa orang tim dan asistennya menuju ruang pertemuan di lantai lima. Begitu tiba di sana, beberapa orang langsung berdiri menyambutnya.

"Selamat datang, Pak Azka."

Ia berdeham dan langsung menduduki kursinya. Pertemuan siang ini langsung dimulai tanpa basa basi lagi. Terdapat pembicaraan serius selama tiga puluh menit berlangsung.

".... dengan ini, promosi jabatan Pak Azka sebagai Direktur Keuangan dan Investasi Oxalife resmi dimulai hari ini."

Begitulah saat direktur umum perusahaan memberi tahta baru padanya. Semua orang yang diisi oleh para pejabat perusahaan memberi sanjungan kepadanya dan Azka—si pria itu, hanya bisa tersenyum membalas semuanya.

Di kursi paling depan dan paling tengah di sana, ada satu orang yang sama sekali tak bertepuk tangan apalagi tersenyum saat melihat semua ini. Azka menatap sekilas dan menelan ludahnya yang hambar itu. Keberadaan sang kakek sangat jelas menjadi alasan terjadinya pertemuan ini. 

Pertemuan tak menghabiskan waktu cukup lama, setelah selesai, sang kakek—Dierja memutuskan untuk pulang diiringi para pejabat perusahaan yang mengajaknya mengobrol di sepanjang jalan. Tak ada sanjungan sedikit pun yang diberikan beliau kepadanya, seolah itu memang hal biasa yang harus dilakukan. Azka ditinggal seorang diri dan hanya ditemani oleh beberapa bawahannya yang datang memberi ucapan kepadanya.

Rumor yang paling ditunggu itu telah terjadi. Bahasan mengenai Azka yang akan naik jabatan ke posisi direktur keuangan dan investasi menjadi santapan lezat di setiap sisi perusahaan. Banyak orang yang meragukannya karena dia adalah cucu perusahaan, namun banyak juga yang membela karena Azka mampu untuk meraih posisi itu.

Jejak karir Azka di sini seperti mendaki dari bawah hingga ke puncak. Ia dulu pernah menjadi staf keuangan hingga naik menjadi kepala divisi selama dua tahun lebih. Karirnya terus menaik hingga hari ini, dimana ia kembali naik jabatan menjadi seorang direktur.

Apabila orang-orang mengatakan ia bisa dengan mudah diberi jabatan tinggi saat masuk ke perusahaan, maka itu sepenuhnya salah. Azka juga memulai karirnya dari bawah.

Semua barangnya telah berpindah dari ruangan kecil hingga ruangan besar. Azka memasuki tempat barunya itu di lantai dua belas, begitu tiba di dalamnya, yang pertama kali menyambutnya adalah pemandangan pencakar langit ibu kota dari jendela besar di sana.

TOK TOK

"Masuk."

Pintu itu terbuka dan terlihat seorang perempuan datang membawa sekotak map bertumpuk yang dikirimkan untuknya. 

"Selamat siang, Pak Azka. Saya ucapkan selamat atas promosi jabatannya sebagai direktur keuangan dan investasi yang baru."

Perempuan dengan tampilan setelan blazer dan rok pensil formal berwarna biru tua senada, memberi kesan bahwa ia sedikit berbeda dari pekerja staf biasa. Rambutnya disanggul rapi dan sepatu hak hitam yang ia gunakan lumayan mengkilap dan sesekali menarik perhatian. Ia kemudian membungkuk kecil di hadapan Azka.

"Saya Julia Yves Natusha, bapak bisa panggil saya Julia. Saya adalah asisten baru bapak mulai hari ini."

"Asisten?"

"Iya, bapak. Saya akan membantu bapak untuk mengurus—"

"Siapa yang milih kamu?"

"Perusahaan milih saya langsung, bapak."

"Nggak. Perusahaan pasti akan konfirmasi ke saya dulu untuk pemilihan asisten dan gak langsung datang gini aja."

Pernyataan Azka membuat perempuan bernama Julia itu sedikit bingung, namun ia dengan cepat menanggapinya juga.

"Maaf, saya belum konfirmasi ke bapak sebelumnya. Saya langsung datang saja dan mengira kalau bapak—"

"Siapa yang milih kamu?"

Tapi lagi Azka menekan pertanyaan itu dan beberapa detik terdiam, Julia akhirnya bersuara, "Pak Dierja memilih saya sebelumnya."

Lagi, kakek kembali memasuki ranahnya. Ada alasan Azka menanyakan hal ini dan salah satunya adalah kehadiran beliau. Campur tangan kakeknya selalu ada di setiap pekerjaannya dan apabila beliau sudah menanganinya, maka dipastikan gerak-gerik Azka akan dipantaunya.

Pemilihan asisten sebenarnya cukup hati-hati untuk dilakukan. Azka tak ingin ada campur tangan orang lain dan ia hanya ingin dirinya saja yang menentukannya. Tapi jika sudah menjabat tinggi seperti ini, maka cengkraman kakek akan semakin erat mengikatnya dan Julia ibarat mata-mata beliau untuknya.

"Fine. Saya punya peraturan yang harus kamu taati." Azka akan membuat peraturannya sendiri. Ia pun berjalan menuju jendela ruangannya dan mengarah pada pemandangan luar yang kebetulan mataharinya sedang tak terik.

"Tugas kamu cukup di kantor, jangan masuk ke ranah pribadi saya. Apalagi sampai kamu datang ke kediaman saya. Cukup di sini."

"Baik, ada lagi, Pak?"

"Itu aja."

Karena sudah tak ada urusan lagi, Azka mempersilahkannya keluar. Sekarang tinggal ia seorang diri dan sekotak tumpukan map yang diberikan Julia sebelumnya. Map itu membutuhkan tanda tangannya untuk perizinannya segera.

Baru beberapa jam berlalu dan rasanya Azka tak pernah selelah ini. Memegang jabatan tinggi tak hanya menikmati keuntungan saja, tapi juga tanggung jawab. Bahkan ia tak pernah tahu jika jabatannya akan naik seperti ini, di posisi sebelumnya saja ia masih banyak kerjaan yang belum diselesaikan.

Pekerjaan sekarang sudah ada di depan matanya, tapi itu semua tak mengusiknya, satu-satunya yang masih Azka pikirkan adalah kehadiran asisten baru tadi.

Tanpa pikir panjang, ia mengambil segera telepon genggam di atas mejanya dan menelepon seseorang di sana.

"Tolong berikan saya CV atas nama Julia Natusha."

__________

Tak ada satupun yang bilang jika tes masuk kerja akan seberat ini. Tiga minggu setelah mendaftar menjadi guru balet di Elephant Love, Helena akhirnya mendapatkan panggilan tes di sana. Hari ini ia mendatangi tempat tersebut dan tak mengira jika pesaingnya akan sebanyak ini.

Tes yang dilakukan cukup banyak dan mengundang beberapa pebalet terkenal untuk menjadi penilainya. Helena mengikuti serangkaian tes itu dari wawancara, lalu menari sesuai lagu yang dipilihkan oleh mereka dan berlanjut ke tarian yang dibuatnya sendiri.

Setelah delapan jam kemudian barulah ia dinyatakan telah mengikuti semua tes tersebut. Tubuh Helena ingin ambruk rasanya, memang latihan di akademi sangat lelah, tapi yang satu ini benar-benar menguras tenaga dan mentalnya.

Ia segera keluar setelah mengganti pakaiannya dan baru saja keluar hujan terlihat tengah mengguyur deras di luarnya. Helena menunggu seorang diri di halte sambil termenung menatap jalanan di depannya.

Pikirannya kembali berlalu pada kejadian saat ia menari tadi, untung tak ada kesalahan dan semoga saja kerja kerasnya akan terbayar setelah ia mendapat email balik dari tempat ini.

Jika diterima nanti, Helena berjanji akan keluar dari tempat kerjanya sekarang sebagai petugas di minimarket. Tempat itu tak bisa dikatakan baik, bahkan lebih banyak merasa kekurangan dibandingkan sejahtera.

Di sela-sela ributnya suara hujan di atap halte, ada satu suara lagi yang tiba-tiba mendatangi tempat ini. Mata Helena menoleh ke arah sumber suara itu, mendapati seorang perempuan berlarian basah kuyup memasuki halte yang sama. Perempuan itu sibuk melindungi tasnya dibandingkan pakaian dan rambutnya sendiri. Helena bisa menebak dari pakaiannya, jika perempuan ini adalah pegawai kantoran.

Sosok asing itu mulai merapikan kembali pakaiannya, namun air hujan telah membasahi hampir setengahnya membuatnya cukup sia-sia saja untuk merapikannya kembali. Belum lagi ia terlihat kesal setelah mendengar dering baterai habis di ponselnya.

Sampai tak sengaja mata mereka bertemu tepat itu juga. Helena buru-buru membuang pandangannya, namun perempuan itu telah menangkapnya duluan.

"Maaf, Mbak."

Panggilannya membuat Helena berbalik lagi.

"Saya boleh minta tolong buat pesenin Gocar, nggak? Hape saya lowbat, saya nggak bisa mesannya."

"Oh—Boleh, Mbak. Bentar ya."

Helena pun akhirnya membantunya, ia memesan segera taksi daring untuk perempuan ini. Melihatnya yang sudah kehujanan pasti ia juga hendak pulang ke rumah. Helena pun meminta alamat tujuannya dan begitu melihat ponselnya, ia terkejut saat alamatnya justru mengarah ke sebuah gedung kantoran.

"Saya lagi ada panggilan mendadak dari atasan saya," jelas sosok itu.

"Sampai sesore ini, Mbak?" Helena sedikit tak menyangka.

"Iya, Mbak."

Lima belas berselang akhirnya taksi pesanannya itu datang juga. Perempuan tadi tak lupa berterima kasih padanya. Karena merasa kasihan akibat pakaiannya yang telah basah, Helena berinisiatif untuk meminjamkan jaketnya kepadanya.

"Mbak, mau pake jaket saya?"

"Eh—"

"Baju mbak udah basah banget loh. Gak enak kalo ngadep atasan bajunya basah gini."

Tak sampai tiga detik usul Helena itu pun disetujui. Akhirnya Helena pun menyerahkan jaketnya. Mungkin terasa aneh karena sosok ini adalah orang asing, namun bersamaan itu, perempuan tadi langsung menyerahkan selembar kartu namanya pada Helena.

Julia Yves Natusha - Asisten Direktur Keuangan dan Investasi Oxalife Insurance.

"Woah..."

Nama dan posisi itu membuatnya merasa kagum. Sebelum masuk ke mobilnya, perempuan yang diketahui bernama Julia itu memberitahukan satu hal pada Helena.

"Tolong hubungin saya buat balikan jaket, Mbaknya nanti ya. Terima kasih banyak ya, Mbak, atas bantuannya."

____________

BERSAMBUNG

NOTE:

Semoga kalian masih suka dan pantengin terus yaa!

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 39.5K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
If I Got You By disa

Teen Fiction

1.7K 216 23
"Aku Ayana, lengkapnya Ayana Azkayra. Bunda bilang, arti namaku bunga yang indah, bunga yang dihormati semua orang. Tapi kenyataannya dalam hidup, ak...
590 69 24
Apakah hubungan antara dosen dan mahasiswanya hanya selalu berkisar mengenai tugas dan nilai? Bagaimana jadinya jika seorang mahasiswa justru menawar...
11.3K 667 36
🏅"Spotlight Romance of February 2024" Reading List by WattpadRomanceID Ketika satu pasang jantung pecah menjadi kepingan mati rasa, hanya paradigma...