Surat Takdir Dari Tuhan ✔️

By __jummiazizah

23.2K 1.8K 284

[TAHAP REVISI] Setelah merasa bebas karena berhenti mondok dan melanjutkan pendidikan di bangku MA, Azlan pi... More

[1] Manusia-Manusia Ganteng!
[2] Saudara Paling Akur!
[3] Kelas Yang Sangat Rukun!
[4] Ada Bidadari!
[5] Jalan Menuju Mushola Sekolah!
[6] Rencana Makan Bakso!
[7] Seisi Kantin Jadi Heboh!
[8] Berterimakasih Itu Susah!
[9] Tempat Berteduh!
[10] Hukuman Di Lapangan!
[11] Majelis!
[12] Perihal Kesopanan!
[13] Saingan!
[14] Dia Datang!
[15] Menolak Menjadi Pecundang!
[16] Ada Yang Hilang!
[17] Kado Kecil Untuk Fyan!
[18] Takdir!
[19] Do'a!
[20] Kedekatan!
[21] Keputusan!
[22] Terimakasih !
[23] Ikhlas?!
[24] Acara 2 sahabat!
[25] Foto Lama!
[26] Ada Yang Mengejar Dan Ada Yang Berhenti!
[27] Martabat Seorang Wanita!
[28] The Real Hijrah!
[29] Pondasi!
[30] Hari Kelulusan!
[32] Takdir Ilahi!
Surat Takdir Dari Tuhan [THE END]

[31] Menyempurnakan Separuh Agama!

568 51 4
By __jummiazizah

"Cara dia menjaga batasan, cara dia menutup
aurat, membuat gejolak aneh dalam hati. Sadar,
bahwa bidadari surga tak hanya ada di surga
melainkan juga di dunia kecil ini.
Dia bagaikan malaikat, tak bersayap
namun berhijab."

—Atharauf Afnan Isrul—

***

Saya saranin putar lagu deh, lagu apa aja asal jangan rock, ga nyambung soalnya. Bacanya juga pake perasaan, biar kerasa.

بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Selamat membaca.

***

Selepas acara foto bersama, Afnan pamit pada kakak dan teman-temannya untuk pergi menemui seseorang. Ia tidak menyebut nama, namun temannya sudah tahu pasti siapa orang yang ingin Afnan temui.

Langkah kaki jenjangnya terus bergerak maju menuju kelas 12C. Jantungnya berpacu kuat membuat Afnan serasa jantungan.

Ia berhenti tepat didepan pintu kelas yang dituju, Afnan menunduk seperkian detik, mulutnya bergumam mengucap basmalah.

Ketika mengangkat pandangan, ia terpaku sejenak. Di depannya berdiri Nadhif di ambang pintu menatap bingung kearahnya.

"A-anu, assalamu'alaikum." Salam Afnan dengan gugup.

"Wa'alaikumussalam."

"Nadhif ngapain kelua—....." suara Silmi bagai terbang ke udara. Ia menunduk sopan pada Afnan yang di balas hal yang sama.

"Kenapa?" bisik Silmi bertanya kepada Nadhif. Yang ditanya mengedikkan bahu tidak tahu.

"Saya mau ngomong berdua sama Nadhif, boleh?" izin Afnan.

Silmi mengangguk cepat. Ia mendorong sedikit Nadhif untuk semakin mendekat. "Tapi jangan lama-lama, ngomongnya juga jangan basa-basi." Peringat Silmi.

Afnan mengangguk mengiyakan. Kemudian setelah itu Silmi masuk kembali kedalam kelas, menyisakan dua insan yang diliputi rasa canggung.

"Kamu udah baca surat dari saya?" tanya Afnan memulai obrolan. Ia menunduk tanpa melihat langsung kearah gadis di depannya.

Nadhif mengangguk sekali.

"Saya harap kamu mengerti maksud saya dalam surat itu. Dan sekarang saya mau membuktikan, kalau saya nggak sekedar bicara." Tutur Afnan lagi.

Gadis itu menunduk. Bingung, namun juga senang.

"Jadi?" Nadhif ingin mendengar intinya.

"Izinkan saya kerumah kamu hari ini. Meminta kepada orang tua kamu dengan cara baik-baik untuk menikahi anak gadisnya." Kata Afnan dalam sekali tarikan nafas.

Nadhif meremat kencang roknya.

"Kenapa kamu pilih saya?"

"Saya kagum dengan cara kamu menjaga batasan dengan yang bukan mahrom, lama-lama itu berubah menjadi cinta. Saya kagum dengan kamu yang menutup aurat dengan sempurna tanpa mengumbar kecantikan kamu di sosial media, lama-lama itu berubah menjadi cinta. Setelah mendapat jawaban dari istikharah, saya mantap memilih kamu sebagai penyempurna agama saya. Saya ingin, kamu yang menemani saya menjalani ibadah paling panjang yang di ridhoi Allah."

Setitik air mata jatuh dari pelupuk mata Nadhif. Ia menggigit bibir di balik cadar agar tak mengeluarkan isakan.

Tanpa ia sadari pun, ternyata Afnan juga menangis. Tangis haru dengan keberaniannya menyusun kalimat yang tidak pernah ia duga akan keluar dari mulutnya.

Tak ada yang saling menyadari, keduanya masih setia menunduk.

"Sa-saya, saya tunggu kamu dirumah, assalamu'alaikum." Nadhif masuk kedalam kelas selepas mengucap salam. Sungguh, berlama-lama didekat Afnan hanya akan membunuh jantungnya.

"Wa'alaikumussalam." Balas Afnan lirih. Barulah ia berani mengangkat pandangan. Senyum tipis terbit di kedua sudut bibirnya. Tangannya terangkat mengusap-usap dada sebelah kirinya. "Jantung saya masih aman, 'kan?"

***

1 bulan telah berlalu.

Tepat hari ini merupakan hari dan momen yang paling ditunggu-tunggu dua insan yang sebentar lagi akan memulai hidup baru bersama.

Acara di gelar begitu mewah. Hampir seluruh tamu yang berdatangan adalah murid dan alumni MAN 2 Darul Mukhlasin.

Afnan mengatur nafas untuk yang kesekian kalinya. Bulir-bulir keringat sebesar biji jagung turun dari pelipisnya, disebabkan rasa gugup yang tak minat hilang.

Azlan dan teman-temannya ke pelaminan mendekat kepada Afnan.

"Mengikrarkan janji suci..... Huoooo....." nyanyi Agung.

"Ijab qobulnya pake bahasa Indonesia?" tebak Randi.

"Mana elit, bahasa arab dong." Timpal Fitrah.

"Mau pake bahasa Indonesia atau arab, yang penting sah. Ya, nggak?" sahut Sandy.

"Betul-betul." Azlan menyetujui.

"Btw, Zlan. Lo nggak protes gitu kalo adek lu nge lambung kiri?" tanya Randi penasaran.

Afnan secara reflek menoleh kearah kakaknya untuk melihat reaksi Azlan. Pemuda itu tersenyum tipis.

"Saya seneng lah, adek saya langsung ke jenjang serius. Nggak pacar-pacaran yang sudah jelas itu haram." Kata Azlan.

"Cok-cok.... Udah cocok lu ama Silmi." Timpal Agung.

Akhyar yang sejak tadi terdiam langsung menyahut begitu melihat mempelai wanita sudah duduk di samping ayahnya.

"Sudah datang, bentar lagi ngobrolnya." Katanya.

Mempelai wanita dan pria tidak duduk bersama, kecuali setelah ijab qobul.

Arhan, selaku ayah Nadhif mendekat kepada Afnan kemudian tangan mereka berjabat.

"Sudah siap?" tanya Arhan dibalas anggukan mantap.

"Baik, yaa... Saya mulai." Arhan mengatur nafas. "Bissmillahirrahmanirrahim. Ya Atharauf Afnan Isrul bin Atharauf Marwan ankahtuka wazawwajtuka maktubataka Shurafa Nadhif Aziza binti Arhan Fawas alalmahri tuqum min 'adwat alsalat wa 40 jiram aldahab hallan."

Afnan menarik nafas. "Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhitu bihi, wallahu waliyut taufiq."

"Bagaimana para saksi, sah?!"

"SAH!!"

Afnan menangkup kedua tangan untuk berdoa. Air matanya sukses jatuh dari pelupuk mata. Inilah momen-momen yang sejak dulu ia tunggu-tunggu, do'anya telah di ijabah. Allah dengan segala kebaikan-Nya menuliskan nama Nadhif di Lauhul Mahfudz nya. Beribu-ribu Hamdalah ia langitkan atas rasa syukur yang luar biasa terasa, menjalar hingga sanubarinya.

Tak lama Nadhif datang dituntun oleh ibu mertuanya. Afnan tertegun, inikah definisi bidadari surga? Dia tidak bersayap, melainkan berhijab. Hijab yang mengikuti syariat, bukan mengikuti zaman penuh fitnah ini. Kembali rasa sesak di dada lantaran haru hinggap. Terimakasih kepada Allah masih menyisakan satu wanita yang menjaga kehormatannya seperti wanita didepannya.

"Assalamu'alaikum, yaa habibati." Salam Afnan ketika Nadhif telah duduk di sampingnya.

"Wa'alaikumussalam..." balas Nadhif lembut.

Kini posisi mereka berhadapan, kali ini Afnan tak mengalihkan pandangan sedikitpun, beda dengan Nadhif yang menunduk malu lantaran pandangan Afnan tak luput dari dirinya.

Tangan kanan Afnan memegang ubun-ubun Nadhif yang tertutup jilbab. Matanya terpejam sembari bergumam membaca do'a.

"Allahumma innii as-aluka khayraha wa khayra maa jabaltahaa 'alaihi wa a'uudzu bika min syarrihaa wa min syarri maa jabaltahaa 'alaihi."

Ya Allah sesungguhnya aku memohon kebaikannya dan kebaikan apa yang Engkau ciptakan pada dirinya. Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan apa yang Engkau ciptakan kepadanya.

Afnan menyodorkan tangannya untuk di salimi Nadhif. Hal yang membuat gadis itu semakin malu. Tangannya bergetar untuk menyalimi tangan kekar tersebut.

Setelah Nadhif mencium punggung tangannya, Afnan mendekatkan wajahnya kepada sang istri. Istri? Wah, Afnan serasa ingin terbang.

Satu kecupan di hadiahi di kening Nadhif sembari memberikan senyum terbaiknya.

"Udah woi, udah. Hargai yang jomblo!!" Teriak Agung, seketika membuat tamu-tamu yang tadinya ikut terharu, langsung tertawa.

***

Nadhif melambaikan tangan dengan ceria kepada Silmi yang mendekat di pelaminan dan dibalas dengan hal yang sama.

"MasyaAllah, aura pengantin baru..." kekeh Silmi.

"Kamu abis nangis?" tanya Nadhif heran ketika mendapati jejak air mata di sudut mata sahabatnya.

Silmi secara reflek mengusap matanya dengan kasar. "Siapa yang nggak nangis liat sahabatnya nikah, sih?"

"Iya juga..."

Silmi membungkuk sopan kearah Afnan yang dibalas senyum tipis oleh suami Nadhif tersebut.

"Aku mau pamit." Kata Silmi tiba-tiba.

Seketika raut wajah yang tergambar bahagia tadi langsung luntur. Nadhif menatap sahabatnya meminta penjelasan.

"Aku bakal kuliah di Madinah. Kota impian aku. Mungkin hari ini terakhir kita ketemu, karna besok aku udah berangkat." Jelas Silmi.

Tanpa banyak kata, Nadhif langsung merengkuh erat tubuh mungil itu, Silmi ikut memeluk sahabatnya dengan perasaan sedih dan haru.

Sedangkan Afnan kalut dengan pikirannya. Jika Silmi pergi, bagaimana nasib kakaknya? Sekiranya itulah yang terus muncul dibenaknya.

Nadhif melepas pelukan dengan pelan.

"Kita tetap sahabatan, 'kan?"

Silmi mengangguk cepat. Air matanya kembali luruh. "Sia-sia rasanya jika persahabatan ini hanya sampai di dunia. Mari bergandengan tangan menuju Surga-Nya Allah."

"Eum, jangan jadikan jarak sebagai halangan."

Entah sadar atau tidak, Afnan ikut meneteskan air mata. Selain merasa beruntung memiliki istri sholehah seperti Nadhif, ia juga semakin di buat bangga dengan cara keduanya saling menyalurkan persahabatan dengan perasaan, dengan cara yang di ridhoi oleh Allah.

"Kalau gitu aku pergi, yaa... Jangan banyak-banyak sedih, soalnya sekarang ada Afnan." Silmi melirik sekilas kepada pemuda itu. "Jaga sahabat saya, ya?"

Afnan mengangguk mantap. Nadhif adalah tanggungjawabnya sekarang. Ia akan menjaga gadis yang ia cintai itu dengan tulus. Tak akan pernah ia menyakiti hatinya, sebab perasaan perempuan itu rapuh. Dan Afnan harus menjaga itu semua.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam..." balas dua pasutri itu secara bersamaan.

Silmi berjalan menjauh. Dan itu tak luput dari perhatian Azlan. Ia mendengar percakapan Mereka tadi, Silmi akan pergi menuntut ilmu di tempat yang jauh.

Ia memandangi punggung Silmi yang semakin hilang dari jangkauannya.

Kejar kah? Atau mungkin, akhirnya hanya sampai disini?










Tbc.

Dua chapter kedepan menuju ending.
Gimana? Sudah siap? Haruslah.
Entah gimana nasib percintaan Silmi dan Azlan, itu
tergantung author, hhe.

Happy ending?

Sad ending?

Dua chapter lagi, kawan-kawan...

Follow IG :

wp.mejza_

Continue Reading

You'll Also Like

52.3K 2.5K 40
💫[SEQUEL ADAM AJARI AKU HIJRAH]💫 Melangitkan untaian do'a untuk kembalinya separuh raga dan jiwa, hanya terbalaskan dengan gumpalan rasa kecewa. M...
3.7K 1K 20
Seorang gadis cantik yang ingin dicintai oleh laki-laki yang selalu membuatnya nyaman (nya = dia)(aman = keluar). Ketika rasa nyaman dihianati oleh c...
853K 56.1K 43
DAKWA#MISTERI#ROMANTIS# [DIHARAPKAN UNTUK FOLLOW AKUN INI TERLEBIH DAHULU!!] CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA!!!! ... AL-FARUQ adalah gelar atau julukan...
23.4K 1.8K 24
"DEVAN ARRGHHH HIKSS...HIKSS... KENAPA LO TEGA NGELAKUIN INI SEMUA??? K-KENAPA DEV?" Teriak gadis itu di atas jembatan. "Hey kamu ngapain berdiri di...