ᴘᴇᴛʀɪᴋᴏʀ {ᴇɴᴅ}

_Chiraochi85 tarafından

1.4K 126 22

Aroma feromon milik Arkhan seperti bau tanah kering yang bercampur dengan tetesan air hujan aromanya dapat me... Daha Fazla

ᴘʀᴏʟᴏɢ
1. Petrikor
2. Petrikor
3. Petrikor
4. Petrikor
5. Petrikor
6. Petrikor
7. Petrikor
8. Petrikor
9. Petrikor
10. Petrikor
11. Petrikor
12. Petrikor
13. Petrikor
15. Petrikor
16. Petrikor
17. Petrikor
18. Petrikor
19. Petrikor
20. Petrikor
21. Petrikor
22. Petrikor
23. Last Chapter
24. Bonus Chapter

14. Petrikor

25 5 2
_Chiraochi85 tarafından

Lagi-lagi Reksa terbangun tanpa Arkhan di sampingnya.

Padahal tadi malam dia sudah berkata bahwa siang ini mereka akan pergi ke suatu tempat yang sudah Reksa siapkan, tapi kenyataan sekarang alpha menyebalkan itu malah pergi entah kemana.

Awalnya Reksa berpikir mungkin Arkhan hanya pergi ke bawah untuk sarapan atau keluar hotel untuk membeli beberapa keperluan, tapi sampai matahari naik pun sosoknya masih belum kembali. Bahkan sampai waktu check out tiba, Arkhan masih belum juga menampakkan dirinya.

Berulang kali Reksa mencoba menghubungi ponselnya, tapi percuma Arkhan tidak mengangkat panggilannya sama sekali. Dan dia juga baru sadar kalau Arkhan tidak membawa barang lain selain ponsel, dompetnya bahkan masih berada di dalam tas milik Reksa.

Tadinya dia ingin menghubungi Mamihnya, tapi ponselnya terlebih dahulu berdering dan menunjukkan nama Jefran di layar, tanpa menunda lagi Reksa segera mengangkat panggilannya.

"Halo?" Ucap Reksa begitu tersambung dengan Jefran.

"Reksa? Kamu masih di hotel?"

Kedua alis Reksa bertaut saat mendengar pertanyaan Jefran "Kamu tau darimana?" Tanyanya.

"Arkhan sekarang berada di rumah saya, he said he can feel his rut coming, so he asked me to pick him up"

"Rut? Tapi ini masih jauh dari jadwal biasanya? Dan kenapa dia gak bilang sama aku dulu?"

"I don't know, and you can ask him that question in a few days. Arkhan cuma nyuruh kamu buat pulang dan gak nunggu dia di sana"

Dan panggilan tersebut terputus.

Ada perasaan lega di hatinya, karena kini Reksa tau di mana keberadaan Arkhan, tapi dia juga merasa kesal karena alpha itu tidak menjawab panggilannya, meninggalkannya sendirian di hotel dan tidak berniat memberikan penjelasan apapun.

Dia bahkan harus meminta Jefran untuk menghubunginya, dan dari semua tempat yang ada, Arkhan memilih rumah Jefran untuk dia tinggali selama masa rutnya?

Reksa merasa ada kejanggalan di semua sisi, Arkhan bahkan tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Tapi dirinya juga tidak mungkin terus larut dalam pikirannya sendiri, maka dari itu Reksa memutuskan untuk berkemas dan kembali ke rumah sebelum malam datang.

Biasanya hanya butuh waktu sampai tiga hari hingga masa Rut Arkhan berakhir, tapi ini sudah satu minggu berlalu dan Arkhan masih belum kembali, bahkan Jefran juga sangat sulit untuk di hubungi.

Semua hal menjadi semakin terasa aneh, Reksa bahkan mulai berpikir kalau Arkhan sengaja pergi karena ingin menghindarinya, mungkin Arkhan menyesal dengan keputusan impulsif yang dia ambil di restoran malam itu.

Mungkin Arkhan sadar kalau menjalin hubungan dengan Reksa hanya akan memperburuk keadaan, berkencan dengan orang seperti Reksa hanya akan membuat karirnya makin terpuruk.

Reksa mengusap wajahnya dengan kasar, dalam kurun waktu satu minggu dia tidak bisa mendapatkan waktu istirahat yang cukup karena terus memikirkan Arkhan dan semua kemungkinan buruk yang ada di kepalanya.

Meski dia terus di sibukkan dengan pekerjaan perusahaan Papihnya Arkhan yang menumpuk, tapi dia juga tetap tidak bisa berhenti memikirkan Arkhan. Adik angkatnya itu bahkan belum menghubunginya lagi sampai saat ini.

Tapi Mamihnya Arkhan berulang kali menenangkannya, berkata bahwa anaknya mungkin butuh waktu untuk sendiri dan merasa tidak enak hati jika terus menghubungi Reksa di tengah masa rutnya. Membuat Reksa semakin merasa tidak berguna, terakhir kali dirinya mendapatkan jadwal heatnya, Arkhan yang terus mengurusnya sampai tiga hari penuh siksaan itu berakhir.

Reksa berusaha fokus dengan monitor yang memperlihatkan laporan perusahaan Papihnya Arkhan di depannya, sampai tiba-tiba ponselnya berdering dan memperlihatkan nama Arkhan di layar.

Jantungnya berdebar kuat, dan dengan cepat Reksa mengangkat panggilannya.

"Arkhan?"

Nihil, tidak ada jawaban sama sekali.

"Halo? Arkhan?"

Dan Reksa hanya mendengar suara aneh sebelum panggilannya terputus, Reksa dengan cepat menghubungi Arkhan kembali, tapi ponsel Arkhan mendadak tidak aktif.

Reksa hampir menangis tapi ponselnya kembali berdering mengalihkan perhatiannya, kali ini nama Jefran yang muncul di layar.

"Can you please check your email? Arkhan has a schedule next week and we need your approval" Ucap Jefran dengan cepat dia bahkan tidak membiarkan Reksa untuk berbicara terlebih dahulu.

Dengan cepat Reksa memeriksa email tersebut menggunakan laptop yang ada di depannya, dan dia menemukan pesan masuk dari rumah produksi yang berkata bahwa Arkhan harus menghadiri acara press conference drama yang dia bintangi minggu depan.

"Is it safe?" Tanya Reksa.

"Tentu, saya sudah membicarakan hal ini dengan karyawan agensi dan mereka juga setuju karena skandal Arkhan juga mulai tenggelam. Di sana hanya ada media dan mereka di larang untuk menanyakan hal selain tentang drama"

"Karyawan agensi udah setuju tapi kenapa kamu tetap menanyakan keputusanku? I'm no longer his manager"

"But I still need your permission"

"Approved. Arkhan masih sama kamu kan sekarang?"

"Thank's, and.... yes, he's still here"

Reksa baru saja ingin melayangkan pertanyaannya lain tapi Jefran dengan cepat memutuskan panggilannya. Dia mulai muak karena merasa terus diabaikan, ini sudah satu minggu tapi Arkhan bahkan tidak memberinya kabar sama sekali.

Maka Reksa memutuskan untuk berjalan keluar dari ruangan kerjanya, meraih kunci mobil dan tasnya sebelum memutuskan untuk menyusul Arkhan dengan kakinya sendiri menuju ke kediaman Jefran.

Untungnya dia masih menyimpan alamat rumah teman satu SMA nya itu, meski berada di pinggir Jakarta, tempatnya tidak sulit dan masih dapat di jangkau dengan berkendara selama kurang dari dua jam.

Ini masih jam dua siang dan jalanan masih belum ramai.

Sebelum itu Reksa menyempatkan diri untuk bertanya kepada karyawan agensi, setelah memastikan bahwa Jefran tidak berada di sana, dia semakin yakin bahwa alpha itu sedang bersama Arkhan sekarang.

Mereka harus bertemu, ada banyak hal yang harus Reksa bicarakan dengan Arkhan.

Dalam waktu kurang dari dua jam, mobil Reksa sudah sampai di depan kediaman Jefran. Dia menekan bel berulang kali sambil terus memanggil nama si pemilik rumah.

Jefran terkejut begitu membuka pintu dan melihat Reksa berdiri di depan gerbang rumahnya, wajahnya terlihat tidak nyaman namun tetap membawa Reksa masuk karena cuaca siang itu sedang mendung dan hujan hampir turun.

Dia jelas tidak ingin di tuduh menyiksa tamunya hanya karena tidak membukakan Reksa pintu dan membiarkannya kedinginan di depan rumahnya.

Kini Reksa sudah duduk di sofa ruang tamu, rumah Jefran tidak seluas rumah Arkhan tapi tetap terlihat nyaman karena hanya berisi dua kamar tidur serta satu ruang kerja di dalamnya. Dapurnya bahkan menyatu dengan meja makan kecil dan ruang tengah tempat menerima tamu.

Masih terasa luas jika hanya untuk di huni satu orang saja.

"Mau minum sesuatu?" Tanya Jefran basa-basi.

"Aku ingin bertemu dengan Arkhan" Jawab Reksa singkat.

"Iya saya akan memanggilnya, tapi apa kamu tidak ingin minum sesuatu? Kamu nyetir sendirian kan dari Jakarta?" Tanya Jefran lagi, nada bicaranya cukup tenang walau tadi sempat terkejut dengan kehadiran Reksa yang tiba-tiba.

"Air putih saja, dan tolong panggilkan Arkhan. Rut nya sudah selesai kan? Aku mau bicara sama dia"

Jefran mengangguk sebelum berjalan menuju dapur, mengambil segelas air putih untuk di berikan kepada Reksa lalu kembali melangkah menuju salah satu kamar di ujung ruangan.

Cukup lama Reksa di tinggal sendirian di ruang tamu, bahkan sampai hujan di luar turun dengan deras pun Jefran masih belum juga keluar dari kamarnya.

Bahkan air putih yang Jefran hidangakan sudah habis sejak tadi, samar-samar dia mendengar suara dari ujung ruangan, sepertinya Arkhan dan Jefran sedang berdebat di sana.

Kepala Reksa semakin terasa sakit di buatnya, jika memang Arkhan tidak ingin menemuinya hari ini maka di pastikan ada yang salah dari dirinya, ada sesuatu yang salah dari hubungan mereka dan Reksa ingin tau apa itu.

Dia hanya ingin Arkhan menjelaskan apa yang membuatnya menjauh darinya hingga selama ini, rut sama sekali bukan alasan yang bagus.

"He's inside that room, you can talk with him there" Ucap Jefran yang entah sejak kapan sudah berdiri di depannya. Reksa mengangguk lalu berjalan masuk ke dalam ruangan yang pintunya terbuka.

Air matanya bahkan hampir jatuh begitu melihat Arkhan yang duduk di pinggir ranjang, dia bahkan masih terlihat tampan meski hanya menggunakan pakaian set olahraga milik Jefran yang berwarna hijau terang.

Reksa berdiri di depan Arkhan menatap wajah adik angkatnya ---yang kini juga berstatus sebagai kekasihnya--- dengan tatapan penuh kerinduan.

Tapi Arkhan tidak bertindak sama, alpha itu terus menunduk berusaha menghindari tatapan Reksa sejak tadi.

"Arkhan" Panggil Reksa dengan suara bergetar "Can you explain what happened? Kamu terus menghindar dari aku selama seminggu ini kan?" Lanjutnya.

Arkhan mengangkat kepalanya, dan Reksa berani sumpah tatapan yang di berikan Arkhan saat ini adalah tatapan yang paling dingin yang pernah dia lihat.

"Aku rut terus, jadi yaudah males aja buat pulang ke rumah"

"Kenapa? Apa karena ada aku?"

"Yes if you say so"

Reksa yang sejak tadi berdiri kini ikut duduk tepat di samping Arkhan "Look at me" Ucapnya memohon agar Arkhan menatap wajahnya.

Arkhan menurut, dia menoleh untuk menatap wajah Reksa masih dengan raut yang tidak nyaman "Why?"

"Bukannya aku yang seharusnya tanya kamu? Kenapa? Aku ada salah apa? Tiga hari kita sama-sama kemarin, sikapku bikin kamu gak nyaman?" Tanya Reksa, air mata mulai mengalir di kedua pipinya tapi Arkhan terlihat tidak peduli sama sekali.

"Gak tau, aku mendadak bosen aja" Jawab Arkhan.

"Bosen, kenapa kamu gak bilang?Aku bisa kok pergi dari rumah, tapi kamu harus tetap pulang, Arkhan. Mamih nungguin kamu"

"Nanti aku pulang"

"Kapan?"

"Ya nanti. Lagian aku juga gak pergi ke tempat aneh, aku di rumah manajerku terus selama seminggu ini" Jelas Arkhan, kali ini dengan suara yang cukup keras, dan membuat Reksa terkejut karena Arkhan tidak pernah berbicara sekeras ini padanya.

Reksa mengusap wajahnya dengan kasar, menghapus air matanya yang menggenang walau tetap saja terasa percuma karena air mata itu masih belum berhenti mengalir di sana.

"Arkhan, you're not a kid. If you have problem, tell me. We can try to fix it together"

"Nothing's wrong, aku cuma butuh waktu buat sendiri Reksa"

"Okay... okay" Reksa mengatur napasnya yang mulai terisak, dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, berusaha menenangkan dirinya sendiri. "Kamu butuh waktu, okay kamu boleh terus tinggal di sini selama Jefran ngizinin. Tapi kalau kamu mau pulang dan masih ngerasa gak nyaman karena kehadiran aku di rumah, tell me. Aku bisa pergi dari sana, it's your house not mine"

"Udah kan? Ini hampir malam dan kamu gak mungkin stay di sini sama dua alpha sampai besok pagi" Arkhan mengusirnya, Arkhan tidak ingin Reksa berada di tempat yang sama dengannya.

Reksa mengangguk, dia berdiri dan akan berjalan keluar, tapi langkahnya mendadak berhenti ketika melihat pakaian yang seingatnya pernah di pakai Arkhan berada di pojok ruangan. Pakaian itu terlihat kotor oleh tanah dan beberapa bercak yang terlihat seperti darah.

"Isn't that yours?" Tanya Reksa sambil menunjuk ke arah pakaian Arkhan berada.

Arkhan menoleh, mengikuti arah yang Reksa tunjuk "Shit" Umpatnya pelan.

"Kamu berantem?" Tanya Reksa, dia kembali menatap Arkhan dan menyadari ada beberapa luka yang mulai samar di wajahnya. "Are you okay?" Tanyanya lagi, kedua tangannya bergerak menangkup wajah Arkhan lalu mengusap luka lebamnya pelan.

"I'm fine" Jawab Arkhan singkat sebelum menyingkirkan tangan Reksa dari wajahnya.

"No you're not" Ucap Reksa, melihat bagaimana luka tersebut masih belum menghilang setelah satu minggu, itu artinya luka Arkhan pernah jauh lebih parah daripada sebelumnya.

"Please stop acting like you are my older sister, you are not even my family"

Ucapan Arkhan berhasil membuat Reksa mundur beberapa langkah, kalimat yang di ucapkannya benar, Reksa bukanlah bagian dari keluarganya dan Reksa tidak perlu bersikap peduli dan mengambil peran sebagai kakak kandungnya, Reksa bukanlah siapa-siapa di keluarga Arkhan.

Tangan yang semula membelai lembut pipi Arkhan kini justru bergerak untuk melayangkan sebuah tamparan keras di wajah yang masih di penuhi luka. Reksa tidak peduli, dia tidak peduli tentang rasa perih yang akan Arkhan rasakan nanti. Karena luka yang Arkhan berikan hanya dalam satu kalimat terasa jauh lebih menyakitkan baginya.








































































































































Tobe Continue...........

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

6.8K 714 17
Sepasang suami istri yang kini sudah memiliki anak 4 remaja nya, beginilah kehidupan keluarga Shean. warning!! cerita ini hanya fiksi jadi jangan di...
711K 73.2K 31
Tentang ia yang hanya bayangan di keluarga nya, tentang ia yang harus di paksa kuat oleh keadaan, dan tentang ia yang harus bisa tegar di saat semua...
2.5M 257K 41
just Brothership, Not BL / Homo Alvian namanya, bocah 15 tahun yang tiba-tiba terbangun di tubuh bocah 10 tahun, si kecil dengan mulut pedas nya yang...
2M 185K 47
Note : belum di revisi ! Cerita di tulis saat tahun 2017, jadi tolong di maklumi karena jaman itu tulisan saya masih jamet. Terima kasih ___________...