SCANDAL CONTRACT

Por ThIsGiRlAw

6.9K 154 20

[COMPLETED] Sepuluh tahun yang lalu, Gwenn mengira hubungannya dengan Akiro benar-benar sudah selesai. --- Se... Más

-PROLOG-
1. Dendam Masa Lampau
2. Akiro's Life
3. Gwenn's Life
4. Finding Soulmate
5. Finding Soulmate pt.2
6. How Are You?
7. Flashback
8. Taruhan
9. Taruhan pt.2
10. Musuh kehidupan glamor
11. Hari yang berat
12. Tarik Ulur
13. Hutang Dendam
14. Panggilan Misterius
15. Eric
16. Bisikan Dibelakang
17. Celah Pertama
18. Drama di Pesta
19. Obrolan Panas
20. Prinsip Hidup Gwenn
21. Konsekuensi Yang Harus Ditanggung
22. Nomor Teleponmu?
23. Penjilat handal
24. Pesona Tak Terduga
25. Trending
26. Akun Anonim
27. Scandal Contract
28. Mrs.Fratt
29. Perbuatan Si Iblis
30. Konferensi Pers
31. Berkencan
32. Berkencan pt.2
33. Kemenangan
34. Pemimpin Baru
35. Dingin kemudian Panas
36. Janji
37. Penolakan
38. Calon Mertua
39. Pertanyaan Intens
40. Double Date?
41. Sensasi Aneh
42. Sabrinna Spencer
43. Sejarah Masa Lalu
44.Paket Misterius
45. Video Singkat
46. Kesempatan Penembusan Dosa
47. Berapa Peluru yang kau Punya?
48. Puncak Acara
49. Peluru Terakhir
50. Titik Balik
51. Rumah Sakit
53. Plester untuk hari yang kacau
54. Kembali Padaku
Epilog

52. Perang Dimulai

48 1 0
Por ThIsGiRlAw

Gwenn akhirnya memberanikan diri untuk kembali ke apartemennya setelah beberapa hari menginap di rumah sakit dan menghindari ayahnya. Keadaan Akiro sudah lebih baik, beruntung pemulihannya berlangsung dengan cepat sehingga pria itu bisa keluar dari rumah sakit lebih awal demi menghadiri rapat pentingnya di luar negeri.

Benar-benar kehidupan yang sibuk.

Keraguan terus menghantui Gwenn saat ia membuka pintu apartemennya sebelum melangkah masuk ke dalam dengan hati-hati. Baru saja hendak melepas sepatunya, sebuah suara yang sangat Gwenn kenali itu mengudara dan secara tepat menancap jelas pada indra pendengaran Gwenn.

"Masih ingat pulang?"

Itu adalah suara milik Jacob, ayahnya.

Kepala Gwenn secara otomatis berbalik dengan cepat, mengantarkan pandangannya untuk terarah kepada Jacob.

Sembari menampilkan senyum sok tidak bersalahnya, Gwenn segera menjawab dengan nada girangnya, "Walaupun aku selalu disibukkan dengan Vee, ini tetap menjadi rumah pertamaku dad."

"Benarkah? Aku bahkan hampir melupakan bentuk wajahmu," ujar Jacob, walaupun nada bicaranya terdengar tenang dan tak menyiratkan nada emosi apapun, tetapi nyatanya setiap kata yang keluar dari mulutnya ditujukan untuk menyindir Gwenn yang lebih sering memilih untuk berlembur di Vee.

Perlahan tapi pasti, Gwenn memberanikan diri untuk duduk di sofa sebelum melirik sekilas ke arah Jacob yang sedang sibuk dengan buku bacaannya. Keheningan terus mengudara diantara mereka berdua hingga Gwenn yang akhirnya tidak tahan dengan kecanggungan itu akhirnya membasahi tenggorokannya sekali dan berujar, "Maaf..."

Namun kalimat Gwenn berakhir terhenti karena dipotong oleh Jacob.

"Kerja bagus," ujar Jacob diikuti seulas senyum bangga yang terbit diwajahnya saat ia menutup buku dalam genggamannya itu.

Mulut Gwenn berakhir terbuka sembari otaknya berpikir keras untuk mencerna kalimat yang mengarah kepada sebuah pujian itu. Gwenn pikir Jacob akan marah kepadanya mengingat betapa kacaunya media setelah kejadian di pesta Richard itu, terlebih lagi nama Jacob dibawa-bawa. Walaupun dalam hal yang positif, tetapi Gwenn tahu kalau ayahnya itu sudah malas berurusan dengan Richard.

"Perusahaan itu akhirnya hancur dan orang seperti Richard tidak akan bisa kembali pada posisi dimana dirinya berada seperti dulu, bahkan tidak dengan bantuan Sabrinna sekalipun. Setidaknya rasa bersalahku sebagai seorang pemimpin yang tidak becus sehingga orang seperti Richard bisa lolos..."

"Dad..." peringat Gwenn karena tidak menyukai sikap Jacob yang selalu menyalahkan dirinya sebagai penyebab utama kehancuran perusahaannya dulu.

"Akhirnya setelah sekian lama, perasaan bersalahku bisa sedikit terkikis," lanjut Jacob jujur.

Walaupun sejatinya, harapan Jacob mengenai semua tindakan curang Richard sudah terbongkar ke publik, Gwenn tahu, jauh di lubuk hati Jacob pasti terpatri sedikit kekecewaan terhadap bagaimana kondisi perusahaannya sekarang. Kini perusahaan itu sedang berada di ambang kehancurannya, banyak karyawan yang keluar setelah melakukan aksi demonstrasi mereka, tidak ada seorang pemimpin hingga kabar perceraian Sabrinna dengan Richard. Kabarnya Richard telah pindah ke daerah terpencil untuk memulai hidupnya disana yang jauh dari pusat kota yang penuh akan jeratan lensa kamera wartawan.

Gwenn menggeleng, "Tidak, siapa bilang perusahaan itu akan hancur," ujar Gwenn dengan nada percaya dirinya sembari menatap serius ke arah Jacob.

Jacob menoleh untuk menatap Gwenn dengan raut bingungnya, "Apa maksudmu?"

"Aku tidak akan membiarkan perusahaan itu hancur begitu saja, setidaknya saat aku masih mampu untuk merebutnya kembali."

Jacob hanya terdiam begitu Gwenn menyelesaikan kalimatnya. Dilihat dari raut serius Gwenn dan bagaimana matanya yang berkilat semangat serta terkesan sangat bersungguh-sungguh dengan pernyataannya barusan, sebuah pertanyaan melintas dalam benak Jacob.

Apa yang sebenarnya sedang Gwenn rencanakan?

—-

Awalnya, tidak pernah sekalipun terpikirkan oleh Gwenn bahwa ia akan mengunjungi tempat ini suatu saat. Gwenn berdiri tepat di depan sebuah gedung bertingkat, tidak hanya megah dalam hal desain tampilan luarnya, gedung itu benar-benar terlihat besar dan menakjubkan.

Gwenn menarik napas sekali sebelum akhirnya melangkah dengan pelan dan percaya diri, melewati pintu masuk raksasa di depan kantor membuat beberapa karyawan yang sedang ebekerja disana akhirnya mengalihkan perhatiannya kepada Gwenn.

Gwenn hanya membalas tersenyum dan dengan reaksinya itu semua orang histeris bahkan ada yang berteriak sambil melambai ke arahnya berbisik juga. Di area lantai satu hanay terdapat meja resepsionis dan sebuah kafe di ujung area, beserta area luas yang dijadikan sebagai papan reklame untuk produk-produk terbaru emreka termasuk iklan terkait kapal baru yang akan Akiro luncurkan konsep barunya belakangan ini.

Tiba-tiba  ada yang menghampiri gwenn, seorang wanita. Dia membungkuk sekali kepada gwenn sebelum tersenyum dengan ramah.

"Ada yang bisa saya bantu Mrs. Victoria?"

Gwenn berbalik dan menemukan seorang wanita dengan kemeja putih dibalut jas kantor hitamnya.

"Aku ingin menemui Mr. Akiro," ujar Gwenn, sebelum wanita itu hendak menjawab, Gwenn lebih dulu menyela kalimatnya seakan tersadar akan suatu hal.

"Apakah aku harus membuat janji terlebih dahulu? Kalau begitu aku akan membuat janji dan kembali lain hari," uajr Gwenn namun wanita itu menggeleng.

"Tidak perlu, saya akan mengantarkan anda Mrs.Victoria."

Gwen hanya menangguk, dengan sedikit kebingungan dan rasa gugup yang pelan pelan menggerogoti seluru rasa percaya dirinya, Gwenn akhirnya mengikuti wanita itu untuk masuk ke dalam lift.

Beberapa saat kemudian, pintu lift terbuka mengantarkan Gwenn pada sebuah area luas dimana tidak seramai di bawah, nyaris tidak ada orang kecuali sebuah meja yang terletaak di depan sebuah pintu raksasa lainnya. Seolah pintu itu sangat jauh dan tidak terjangkau, Gwenn merasa antisipasinya meningkat lagi.

Wanita itu tampak berbbicara pada sebuah meja yang terdapat jarak beberapa langkahd ari pintu raksasa itu kemudian wanita itu tersenyum ramah kepada Gwen sebelum mempersilahkan Gwenn masuk ke dalamnya.

Jelasin desain ruangannya yang sangat mewah, ini benar benar jauh dari pandangan gwenn tentang akiro lagi. Pria itu terasa seperti seorang pria yang susah untuk dijangkau dan didekati.Perusahaan akiro jauh lebih besar dan megah dari perusahaan Jacob dulu. Mendadak gwenn merasa asing, gwenn tahu ini adalah diri pria itu yang sebenarnya tetapi ternyata masih sulit baginya untuk menyesuaikan diri dengan keadaan seperti ini.

Di ujung sana, ia daapt melihat akiro yang sedang berkutat pada berkas-berkasnya. Watak pria itu sekarang terlihat sangat serius, bahkan tidak menyadari suara pintu terbuka beserta langkah kakinya. Di dukung betapa dinginnya ruangan itu, akiro terasa sangat dingin dan berbeda dari Akiro yang kemarin Gwenn kenal. Sesekali alisnya mengerut sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya kea rah layar komputer dan refleks mengangkat pandangannya ketika menyadari baying seseorang yang berdiri tepat di depannya.

Akiro mengalihkan pandangannya dari pekerjaannya saat menemukan gwenn, ia tersenyum kecil, segera bangkit dari kursinya untuk menghampiri Gwenn, "Apa ini? Kau mengunjungi kantorku untuk sebuah kejutan?"

Gwenn masih berdiri mematung di temoatnya sebelum sekertaris Akiro meninggalkan emreka berdua dan menutup pintu ruang kerja Akiro.

Lamunan gwenn buyar dan berakhir pada akiro ketika pria itu melambaikan tangannya di depan wajah Gwenn.

Gwenn mengerjap beberapa kali sebelum menampilkan senyum kecilnya sebagai sebuah sapaan, "Kantormu besar sekali," komentar Gwenn."

Akiro hanya tersenyum membalas, ia tampak tersenyum terus raut serius pria itu beberapa waktu lalu secara mengejutkan hilang begitu saja.

"Ayo mendekat, aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu."

Gwenn mendekat ke kursi kerja akiro dan duduk tepat di seberang pria itu.

Akiro membula laci meja kerjanya kemudian mengeluarkan selembar foto, itu adalah foto yang diambil wartawan dan sempat menjadi skandal besar dalam media. Itu adalah saat dimana akiro dan gwenn bersamana di taman, dari angle foto itu mereka berdua terlihat sangat dekat, siapapun yang meilhat foto itu pasti akan berspekulasi bahwa mereka meriupakan seorang kekasih padahal nyatanya bukan.

Gwenn menatap bebrapa detik foto itu sebelum berakhir pada Akiro, "Kenapa kau menunjukkan foto itu?" tanya Gwenn bingung.

Akiro tampak member jeda sejenak sebelum berujar dalam sekali tarikan napas, dengan nada percaya dirinya pria itu berujar,"Aku ingin menghentikan kontrak skandal yang pernah kutawarkan kepadamu."

Gwenn terdiam mencerna perkataanya, akiro terdengar serius dalam ucapannya dan tatapan gwenn berubah kosong saat akiro kembali melanjutkan kalimatnya.

"Hubungan palsu kita harus berakhir Gwenn."

Tanpa sadar Gwenn memainkan jari-jarinya secara gugup.

"Sebenarnya ada hal yang harus kubicarakan kepadamu sejak kemarin." Kalimat yang gwenn tahan sedari tadi akhirnya terucap. Ia sudah memikirkannya secara matang-matang m baik saat jeda terjadi diantara mereka berdua setelah pesta yang digelar Richard selesai, Gwenn sudah emmikrikan hal ini secara serius dan akan menanggung konsekuensinya apapun karena ia merupakan keputusanya sedari awal, sebelum semua kekaauan di luar kontrolnya ini terjadi.

Setidaknya Gwenn harus mengatakan hal ini sebelum hubungannya dengan Akiro beranjak lebih jauh, apapun keputusan dan reaksi yang akan Akiro berikan kepadanya, Gwenn akan emnerimanya termasuk menjauhinya dan memutuskan hubungan dengannya.

"Katakan," tidak bisa menahan wajahnya untuk tidak berubah tegang dan oenasaran, Akiro merasakan ada yang tidak bres dengan raut Gwenn.

Gwenn akhirnya memberanikan diri untuk menegakkan kepalanya, membuat pandangan mereka bertemu, "Tujuan kita berbeda Akiro."

Seolah menyesatkan Akiro dalam labirin pemikirannya sendiri, kalimat yang baru saja Gwenn utarakan itu membuatnya refleks membuat kedua alisnya tertaut.

"Aku tidak mengerti."

Gwenn tampak menarik jeda sejenak sebelum kembali melanjutkan kalimatnya, "Aku tidak akan menyalahkan tindakanmu yang ingin menghancurkan perusahaan Richard untuk membalaskan dendam ibumu dan keluargaku. Aku sangat berterima kasih untuk hal itu," ujar Gwenn sebelum menggantungkan kalimatnya sembari menatap lurus kedua Akiro yang sibuk mencerna kalimat Gwenn.

"Tetapi aku tidak bisa membiarkan perusahaan itu lenyap begitu saja."

Kini giliran Akiro yang terdiam untuk beberapa saat, senyum hangatnya yang terpaku erat pada wajahnya saat menyambut Gwenn tadi perlahan luntur, menyisahkan raut dingin dan tatapan kosongnya.

"Kenapa?" dengan nada lemahnya Akiro bertanya.

Rasanya Akiro baru saja berbaikan dengan Gwenn saat di rumah sakit. Hubungan mereka terlihat baik-baik saja, bahkan bisa dibilang memiliki kemajuan yang pesat setelah semua kesibukan mereka dalam menangani masalah Richard. Tetapi, kini Gwenn datang dengan pernyataan yang tidak pernah Akiro duga sebelumnya. Melainkan menebak isi pikiran dari Gwenn, Akiro hanya bisa berakhir pada satu kesimpulan saat itu. Jika Gwenn benar-benar serius dengan ucapannya barusan, maka mereka tidak akan bisa berada di jalur yang sama atau dengan kata lain Gwenn akan menjadi seorang musuh baginya.

"Karena kita tidak berada di jalur yang sama Akiro, tujuan akhir kita berbeda."

Salah satu diantara mereka harus kalah agar tujuan itu bisa tercapai.

Seguir leyendo

También te gustarán

1.6M 87.8K 73
Di Negara maju dan Negara Demokrasi siapa saja bisa menjadi orang nomer satu. Apalagi ketika diri mereka memiliki kecerdasan, kekayaan dan kekuasaan...
731K 42.4K 41
Dilarang keras menjiplak!
1.5M 120K 152
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
2.9M 101K 32
CERITA TELAH SELESAI BELUM ADA REVISI SAMA SEKALI SEMENJAK 2016 🙏🏼 COPYRIGHT © NOVEMBER 2016 by AESTINAES