Bukan Sang Pewaris

By luisanazaffya

48.3K 7K 339

Leon tak perlu mengerahkan kekuatannya untuk menarik tubuh Aleta ke pangkuannya. Selain karena tubuh gadis it... More

1. Bukan Sang Pewaris
2. Calon Tunangan
3. Pertunangan Tak Terduga
4. Gadis Cacat
5. Cinta Yang Tersembunyi
6. Malam Pertama
8 Cinta Anna
11. Kekuarga Ezardy
12. Saudara Sepupu?
14. Kau Tidur Dengannya?
15. Dansa Bersama
16. Paman dan Keponakan
18. Kecemburuan Yang Berapi-Api
19. Kelicikan Berlian
20. Dalang Di Balik Kecelakaan
Ebook Bukan Sang Pewaris
21 Ketegangan Di Meja Makan
22. Pelampiasan Emosi
23. Ancaman Bastian
24. Keputus Asaan Bastian
25. Antara Leon Dan Bastian
26. Kebimbangan Aleta
27. Ke Mana Pun Akan Pergi
28. Kehidupan Baru Dimulai
29
30. Di Ujung Tanduk
31. Kembali
32. Anak Leon
33.
34. Tak Berkutik
35. Makan Malam Kejutan
36. Surat Kesepakatan Perceraian
37. Merelakan
38 Berlian Mamora
39. Amarah Leon
40. Perubahan Leon
41. Menghapus Kenangan Masa Lalu
42. Menunggu Sedikit Lebih Lama
43. Pernikahan Bastian
44. Baby Lucien
45. Leon Atau Bastian?
46. Jamuan Makan Malam
47. Adik Kakak
48. Kecemburuan Leon
49. Tidak Baik-Baik Saja

17. Masa Lalu Kisah Cinta Segitiga

776 157 11
By luisanazaffya

Part 17 Masa Lalu Kisah Cinta Segitiga

Aleta hendak turun dari tempat tidur ketika teringat kursi rodanya yang sengaja ditinggalkan Leon di bagasi mobil. Satu-satunya pakaiannya yang terlihat ada di lantai tengah ruangan, entah bagaimana bisa terlempar ke sana.

Ia menarik tubuhnya terduduk, mempertahankan selimut tetap menutupi dada sembari tak melepaskan pandangan dari pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat. Dengan kesunyian yang terlalu mencekam.

Aleta hanya menunggu, dengan benaknya yang tak berhenti bertanya-tanya akan apa yang dilakukan pria itu di dalam sana. Suara gemericik air sudah berhenti sejak sekitar setengah jam yang lalu. Tengah malam pun sudah lewat.

Ceklekk …

Suara pintu yang didorong terbuka mengalihkan lamunan Aleta. Pandangan mereka saling bertemu saat langkah Leon sempat tersendak.

Pandangan Aleta bergerak turun, melihat perban yang sudah membebat telapak tangan kanan Leon. Rambut pria itu masih basah, meneteskan sisa-sisa air ke pundak dan dada telanjang pria itu. Handuk melingkari pinggang pria itu, yang kemudian ditanggalkan ketika Leon bergabung ke tempat tidur. Menyelinap ke balik selimut.

“Tidurlah. Kita pulang saat pagi,” ucap Leon, berbaring memunggungi posisi Aleta.

Aleta tak mengatakan apa pun, ikut berbaring dengan posisi saling membelakangi. Ia berusaha memejamkan mata, memancing rasa kantung untuk datang.

*** 

“Kenapa mobil Leon tidak ada? Bukankah Monica bilang mereka sudah pulang?” Yoanna menatap sang suami yang baru saja mematikan mobil. Tak menemukan mobil sang putra di carport ataupun di halaman paviliun.

Lionel melompat turun, menghampiri sang istri yang masih sibuk mencari keberadaan mobil sang putra. “Dia sudah dewasa, Yoanna. Biarkan dia pergi ke mana pun mereka suka.”

“Apakah mereka bermalam di apartemen?”

“Mungkin.” Lionel merangkul Yoanna dan membawa sang istri masuk ke dalam rumah. Melintasi ruang tamu dan langsung masuk ke dalam kamar tidur utama. “Kau terlihat kesal,” gumamnya. Melepaskan dasi kupu-kupu dan jasnya sembari menghampiri sang istri yang duduk di kursi rias. Mulai melepaskan perhiasan di rambut, telinga, leher dan kedua tangannya.

“Maida. Dan juga Anna. Kenapa anak itu begitu keras kepala? Leon saudara seayahnya,” gerutu Yoanna dengan kekesalan yang semakin bertumpuk. “Untuk saja Leon sudah pulang. Tak perlu mendengarkan racauan Anna yang semakin melantur.”

“Kau tak mencemaskan Maida menyadari kejanggalan ini.”

Yoanna terdiam sejenak. Menatap pantulan wajah sang suami yang berdiri di belakang dengan kedua tangan memegang pundaknya. Lalu ia berputar, menghadapi wajah Lionel secara langsung. “Aku tak peduli. Yang kupedulikan hanya Leon.”

Lionel tak langsung menjawab, tatapannya lebih dalam menilai raut Yoanna. “Lalu bagaimana denganmu? Apakah kau masih menginginkan Jacob?”

Yoanna mendengus tipis. “Pertanyaan apa itu, Lionel? Kita sudah menikah 32 tahun. Apa yang harus tersisa pada pria yang sudah mencampakkanku? Yang mengatur pernikahanku dengan temannya sendiri, padahal dia tahu aku sedang mengandung anaknya. Dan dia melakukan semua itu atas nama tanggung jawab? Karena tak berani melepaskan pertunangannya dengan kakakku sendiri.”

Tangan Lionel bergerak merangkum wajah cantik sang istri. Menatap langsung kedua mata Yoanna yang tampak bercahaya, meski di usianya yang sudah mencapai setengah abad. Ya, kisah segitiga yang memberi luka terlalu dalam pada istrinya tersebut akan sikap ketidaktegasan Jacob pada kakak beradik tersebut.

“Kami bahkan sudah berkencan sebelum pertunangan itu diatur. Dan Maida, menggunakan wasiat kedua orang tua kami dengan cara yang licik untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Satu-satunya alasanku masih bertahan di sekitar mereka hanya karena Leon. Dia berhak mendapatkan posisinya.”

“Aku tahu. Tapi tidakkah kau berpikir sebaliknya. Setelah Bastian tak memenuhi semua ambisinya, tentu saja Jacob akan memilih Leon. Apakah tidak apa-apa jika dia memanfaatkan Leon?”

Yoanna terdiam. Mulai tampak ragu. Dengan Leon dan Bastian yang tumbuh bersama sebagai seorang sepupu. Jacob memang selalu dibuat kagum dengan kepintaran dan ketangkasan Leon yang selalu lebih unggul dibandingkan Bastian. Semakin Leon tumbuh, keinginan Jacob terhadap Leon semakin meningkat. Meski pria itu tak berani menunjukkan di hadapan siapa pun.

‘Kau hamil dengannya?’ Jacob tampak geram begitu menerobos masuk ke dalam apartemen yang sudah Yoanna dan Lionel tinggal selama delapan tahu tersebut. Menatap perut wanita itu yang masih rata, tetapi kabar tersebut ia dengar dari Maida. Yang akhirnya ikut-ikutan melakukan program kehamilan untuk ketiga kalinya, sementara wanita itu baru saja melahirkan baby Anna beberapa bulan yang lalu.

‘Lionel suamiku, Jacob. Kenapa aku tidak boleh mengandung anaknya?’ Tatapan Yoanna berubah dingin dan sengit ketika melanjutkan. ‘Kau ingin aku mengandung anakmu lagi?’

Wajah Jacob seketika memias. Tak ada sepatah kata pun yang keluar. ‘Kupikir pernikahan kalian hanyalah sandiwara …”

‘Ya. Pada awalnya. Tapi … memangnya berapa lama lagi kami akan terus bersandiwara untuk menutup kepengecutanmu? Seumur hidup kami? Kami berhak mendapatkan kehidupan kami, Jacob. Hidup kami terlalu berharga untuk dikorbankan demi seseorang sepertimu.’

‘Kalau begitu berikan Leon padaku.’

Mata Yoanna membelalak tak percaya, melompat berdiri dari duduknya dan mendorong dada pria tinggi tersebut penuh amarah. ‘Apa?’

‘Sejak awal dia milikku.’

‘Kau mencampakkan kami. Ingat?’

‘Kau tahu aku tak punya pilihan, Yoanna. Pernikahanku dan Maida adalah perjodohan ibu dan kedua orang tuamu. Bukan keinginanku.’

‘Dan sekarang kalian sudah memiliki sepasang putra dan putri dengannya. Apakah mereka juga bukan keinginanmu?’ sengit Yoanna. Ya, karena kehidupan Jacob dan Maida yang berjalan dengan sempurna, sementara ia harus hidup dalam penderitaanlah yang mendorongnya untuk berhenti meratapi nasib. Memulai semuanya dengan pria yang berstatus sebagai suaminya tersebut.

Jacob tak menjawab.

‘Pergilah, Jacob. Jangan ganggu kehidupan kami.’

Mata Jacob menggelap, mendorong tubuh Yoanna ke dinding dan melumat bibir wanita itu dengan penuh pemaksaan.

*** 

Aleta terkejut dengan suara benda jatuh yang tertangkap telinganya. Matanya terbuka dengan sempurna dan mengingat di mana dirinya terbangun. Apartemen Leon. Kepalanya bergerak ke samping, dinding kaca yang menampilkan pemandangan atas kota mulai disinari cahaya hangat matahari. Ia bergerak duduk dan baru menyadari tubuhnya yang masih telanjang ketika Leon mengambil tempat di sisi ranjang. Dengan secangkir teh hangat dan dua potong sandwich di piring kecil.

“Hanya ini yang ada di kulkasku. Makanlah.” Leon meletakkan piring tersebut di pangkuan Aleta sementara cangkir tehnya di nakas.

Aleta menatap sandwich tersebut, menggunakan tangannya yang kanan untuk mengambil potongan pertama. Sambil sesekali mengamati dengan hati-hati raut wajah Leon. Tampak datar dan terkendali seperti biasa, sudah tidak ada ada emosi yang menyeruak dan begitu pekat seperti tadi malam.

Menyadari Leon yang juga mengamati dirinya, Aleta lekas menggigit sandwich di tangannya dan mulai mengunyah. Menatap ke arah mana pun karena pria itu yang kunjung pergi setelah memberinya makanan.

“Apa pun yang kau pikirkan tadi malam, kau bisa melupakannya.”

Aleta mengangguk singkat. Toh itu juga bukan ranahnya untuk menjejakkan kaki, apalagi ikut campur kehidupan Leon.

“Tapi … jika kau berada di antara kami.” Suara Leon lebih lirih dan diulur. “Aku dan Bastian. Siapa yang akan kau pilih?”

Aleta nyaris tersedak dengan sandwich yang mulai memasuki kerongkongannya. Bastian dan Leon? Keduanya jelas bukan pilihan. “Aku bahkan tak berhak memiliki pendapat untuk pernikahanku sendiri. Lalu apa yang membuatku berhak memilih di antara kalian berdua.” Aleta memastikan suaranya setenang mungkin. Tanpa emosi meski tentu saja keduanya membuatnya bimbang. Sekarang.

Leon menyeringai. Tangannya bergerak terangkat, menyeka sisa saus di bibir bagian bawah Aleta dengan ujung ibu jarinya. “Ya. Kau istriku, sekarang. Jadi kau hanya perlu diam dan tak melakukan apa pun.”

Napas Aleta tertahan dengan kata-kata Leon yang entah kenapa terdengar seperti penuh arti. Begitu pun dengan sorot pria itu.

Wajah Leon bergerak mendekat, menyapukan satu lumatan di bibir Aleta sebelum beranjak dan berkata, “Habiskan. Setelah ini kita pulang.”

*** 

Continue Reading

You'll Also Like

6.5M 336K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
30.4K 4.8K 43
Eiza, menemukan hasil tes DNA janin dalam kandungannya bukan milik sang suami. Terpukul dan meragukan kesucian cintanya pada sang suami, membuatnya m...
26.8K 3.9K 28
*** Spin-Off Edelweiss untuk Anna *** Leandro terpaksa menjadikan Edelweiss-adik tirinya-sebagai kekasih pura-puranya. Semakin lama, hubungan palsu m...