"baru juga hubungan kami membaik"batin Elmira.
Edgar hanya diam tanpa berniat menjalankan mobil, mobil masih terparkir di sekitar Mall.
Edgar tak ingin mendengar penjelasan apapun di saat dirinya di kuasai amarah.
Tapi yang terpenting baginya ia sudah mengucapkan kata peringatan pada Mario sebelum membawa istrinya pergi.
Jika berlama lama di sana ia takut amarahnya akan meledak, wajahnya sudah menggelap saat tangan Mario menahan pinggang ramping istrinya.
Rasanya ia ingin membunuh Mario saat itu juga jika tak mendengar suara lembut istrinya yang menyadarkannya terlebih dulu dari pikiran itu.
Edgar tak ingin Elmira-nya melihat sisi lain dalam dirinya yang haus darah darah peganggu.
Sedagkan di posisi Elmira "Mebujuknya saat ini memang bukan waktu yang tepat tetapi jika di diamkan pasti Edgar Akan salah paham" Elmira mulai mengerti perasaan sensitif suaminya.
Sebelum dirinya berucap Edgar mengalihkan pandangannya pada Elmira hingga tatapan mereka saling bertemu.
Elmira bisa melihat jelas ketakutan dan juga kekhawatiran di mata gelap suaminya meskipun tertutup wajah dinginnya.
Elmira mengulurkan tangan pada sisi wajah suaminya mengusap pipinya pelan dan Edgar membiarkan hal itu tatapan matanya tak ingin lepas dari mata coklat istrinya.
"Masih marah?"ucap Elmira.
"ya"jawab Edgar memang benarkan dirinya masih marah.
Elmira mengganguk mengerti sebenarnya ia menahan senyuman geli untuk suaminya, lansung pada intinya dan tak berbelit belit.
Elmira lansung mengecup kedua pipi suaminya.
Cup
Cup
"Masih marah?" tanya nya lagi.
Edgar menarik garis bibirnya apa Elmira-nya tengah membujuknya saat ini.
"Ya" jawab Edgar.
Elmira mengecup kembali kali ini di hidung dan kening suaminya.
Cup
Cup
"Udah marahnya?"
Edgar diam tak menjawab tatapan matanya terlihat ingin lebih dari Elmira-nya, perasaanya mulai membaik.
Elmira berpura pura tak tau keinginan suaminya" diamnya suamiku berarti sudah ya"berniat menjauhkan wajahnya dari wajah suaminya.
Edgar tak senang dengan pernyataan sepihak istrinya ia menahan wajah istrinya lalu bertindak mencium apa yang dirinya mau sedari tadi.
Dan Elmira membiarkan hal yang di lakukan Edgar padanya toh jika dia meminta berhentipun Edgar takkan mendengarkannya.
Lima menit berlalu baru Edgar melepaskannya.
Elmira menghirup udara di sekitarnya dan Edgar memeluknya kembali.
Ia teringat.
saat Edgar menarik dirinya masuk dalam pelukan hangat suaminya di hadapan Mario.
Hingga ia tak tau jelas ekpresi yang di keluarkan suaminya tapi yang jelas ia bisa merasakan ketegagan dan juga perasaan tertekan di waktu yang bersamaan.
Karena Edgar menyembunyikan wajahnya dalam pelukan hangatnya itu.
"Aku tak suka orang lain menyentuhmu El "bisik Edgar.
"Hanya aku yang boleh"semakin memeluk erat istrinya.
Elmira hanya mengusap punggung suaminya.
"Dia hanya menolongku sayang" tanpa menyebut nama Mario agar suaminya tak marah.
"Tetap aku tak suka dia menyentuhmu"
"Jika dia tak menyentuhku aku akan jatuh dan terluka kamu mau aku terluka?"
Edgar menyembunyikan wajahnya di bahu Elmira ia paham maksud perkataan istrinya tapi tetap saja ia tidak suka.
Tangan yang meluk istrinya perlahan mengusap pinggang ramping Elmira-nya berharap sentuhan dari Mario hilang sedangkan Elmira merasa geli.
"Hahaha geli Ed hentikan"
Edgar menghentikan gerakan tangannya mendengar tawa istrinya membuat suasana hatinya tenang.
_
Arland menatap datar seseorang perempuan di hadapannya.
"Sudah saya duga melihat gerak gerikmu mencurigakan sedari dulu"
Sedangkan wanita itu mengulas senyum"dan aku pun tau kau terlihat waspada padaku"
"Terlihat ya"Arland menyesap rokok di tangannya.
"Oh iya nyonya Maxsime aku tak menyangka wajah polosmu akhirnya terbuka juga"Kekehnya dengan aura menekan tak jauh berbeda dengan Edgar.
Arland menemui Lilyana atas perintah dari Edgar, sebelumnya ia terlebih dahulu memberitahu.
"Kau mengajak-ku bekerjasama untuk menghancurkan Elmira"
"Kenapa? iri melihat Elmira begitu di cintai oleh Edgar ya" setiap perkataanya mengejek.
"Dan Mariomu?"
"Dia takkan pernah mencintaimu dan hanya Elmira yang selalu menjadi pemenangnya bukan" Arland begitu puas melihat wajah pucat Lilyana.
Bagaimana Arland mengetahui semua tentang dirinya, Lilyana menahan amarah menatap Arland.
"Otak kecilmu tak bisa berfikir jauh"
Liliyana menatap Arland penuh amarah.
Arland menikmati wajah nenek lampir di hadapannya yang berujud malaikat "Biar aku jelaskan"
"Kau pikir aku akan termakan ancamanmu sedangkan kartu As milikmu sendiri berada di genggamanku"
"Edgar mengetahui perasaan Mario pada Elmira masih sama hingga saat ini kau pikir kami diam saja"
"Tidak sama sekali"
"Dan kau tau apa lebih menarik dari semua ini?"
Liliana hanya bungkam seribu bahasa semua rencana yang ia susun gagal bahkan sebelum memulai.
Dirinya sungguh penasaran apa yang ingin dikatakan Arland padanya, mengesampingkan ego.
"Mario...... suami-mu tak tau sifat dirimu lalu bagaimana jika ia mengetahuinya"
"Tutup mulutmu!"teriak Lilyana.
Arland menghendikkan bahunya acuh" baiklah kurasa cukup sampai disini perbincangan kita nyonya Maxsime"
Sebelum beranjak pergi Arland menoleh" ku peringatkan jangan pernah berfikir untuk menyakiti Elmira atau kau akan membangun sisi iblis dalam diri Edgar"
Arland tak ingin Lilyana membuka suara baginya membuang waktu percuma.
_
Elmira asik dengan ponselnya ia melihat lihat akun miliknya kata sandi tak jauh dari tanggal lahir Mario dan sekarang ia menggantinya dengan tanggal lahir Edgar suaminya.
"Ed ku mohon berhenti mengecup pipiku" Elmira mendengus kesal sedari tadi ia tak bisa beranjak dari pangkuan suaminya.
Edgar membawa Elmira pulang kembali ke Mansion kekacauan yang terjadi karena ulahnya sudah di atasi oleh Arland.
"Aku suka sayang"
Elmira tak lagi menanggapi terlanjur sebal ia benar benar tak ingin di ganggu.
Tapi Edgar malah menggangunya dengan terus menerus melayangkan kecupan di pipinya.
"Sayang apa tak ada hal yang kamu lakukan saat ini selain mengganguku?"tanya Elmira.
Edgar mengendus leher istrinya wanginya membuatnya candu.
Suaminya ini malah semakin menjadi.
"Ada"ucapnya singkat.
Elmira tersenyum senang akhirnya ia bisa lepas dari suaminya.
"Sayang kita buat baby lagi" kata selanjutnya membuat senyum Elmira luntur.
_
Lilyana membuka pintu dengan kasar tak menyadari seseorang tengah menatapnya di kursi.
"Dari mana saja kamu?"
Membuat langkahnya terhenti seketika mendengar suara suaminya.
Lilyana terdiam kaku saat Mario menghampirinya.
Ada yang aneh mata suaminya terlihat memerah dengan bulu mata yang terlihat basah.
"Kamu kenapa sayang?"Lilyana menyentuh wajah suaminya namun Mario menghindar.
"Jawab pertanyaanku kamu dari mana lilyana?"
"Apa kamu mencariku dan menangis?"bukannya menjawab Lilyana malah berbalik bertanya.
°°°°°°°
Spam nexnya ✓
Gimana Chapter ini?🥰
Day up cepet karena udah menuhin target, malah lebih makasih untuk kalian.
Biasanya Day up dua hari sekali.
Mau up cepet votenya 1,30k
Votenya ❤️
See you next time 🖐️