Cupcakes | Jisung

By 23byeolbamm

936 160 84

Park Ji-young, tidak pernah aku bayangkan nama itu akan berpengaruh besar pada garis hidupku. Dia yang kukagu... More

| Cast and Disclaimer |
OO | Cupcakes
O1 | Cupcakes
O2 | Cupcakes
O3 | Cupcakes
O4 | Cupcakes
O5 | Cupcakes
O6 | Cupcakes
O8 | Cupcakes
O9 | Cupcakes
1O | Cupcakes
11 | Cupcakes
12 | Cupcakes
13 | Cupcakes
14 | Cupcakes
15 | Cupcakes
16 | Cupcakes
17 | Cupcakes
18 | Cupcakes
19 | Cupcakes
2O | Cupcakes
21 | Cupcakes
22 | Cupcakes
23 | Cupcakes
24 | Cupcakes
25 | Cupcakes
26 | Cupcakes
27 | Cupcakes
28 | Cupcakes
29 | Cupcakes
3O | Cupcakes
31 | Cupcakes
32 | Cupcakes
33 | Cupcakes
34 | Cupcakes
35 | Cupcakes
36 | Cupcakes

O7 | Cupcakes

22 5 0
By 23byeolbamm

| happy reading |
| don't forget to give your best support |

###


Bulan Juli, bulan kelahiran Han Seungri. Sejak tanggal 1, aku sudah memikirkan kejutan apa yang harus kuberikan padanya, padahal ulang tahunnya juga tanggal 16. Aku bingung, karena tahun ini bisa jadi tahun terakhir kami bersama, aku ingin memberikan kenangan yang indah, yang bisa ia kenang sampai kapanpun.

Yang jadi masalah, aku tidak tahu harus memberi apa. Aku tidak tahu apa yang dia butuhkan, atau yang dia inginkan.

Satu bulan berlalu sejak hari itu, kami benar-benar kembali seperti biasa. Menjadi teman seperti sebelumnya. Awalnya canggung dan aneh, tapi aku berusaha bersikap biasa, Han Seungri pun tidak lagi membahas itu.

Namun, dia sedikit menjauh, dia jadi lebih sibuk. Kami jadi jarang belajar bersama, aku saja tidak tahu skripsinya sudah sampai mana. Ini yang membuatku bingung, karena dia tidak bilang apa-apa.

Bertanya pada teman-temannya? Tidak. Itu adalah ide buruk karena aku pernah melakukannya dulu, dan mereka dengan menyebalkannya malah memberitahukan rencanaku pada Han Seungri. Kejutan yang aku buat gagal total, walau dia tetap mengapresiasinya.

Satu-satunya cara adalah mencari tahu sendiri. Dan satu-satunya cara yang terpikirkan olehku adalah ini.

"Omong-omong, kau tahu apa yang disukai laki-laki?"

Di sampingku, Park Ji-young menoleh dengan tatapan bingung. "Maksudmu?"

Kalimatku ambigu, ya?

Dan ya, aku bersamanya malam ini. Sudah dua jam, kami kembali bertemu di titik di mana kami pertama bertemu dulu. Kali ini karena kami membuat janji bersama, tidak lagi unsur ketidaksengajaan.

Aku tidak tahu kenapa dia tiba-tiba mengirimkan pesan sedang di sini, lalu mengajakku kemari, tapi agaknya dia sedang bosan. Atau mungkin muak dengan pekerjaannya? Karena dia bilang dia kabur dari manager.

"Apa kau sedang berkencan dengan seseorang?"

Dia bertanya dan itu membuatku mengerjap, terkejut karena aku tanpa sadar sudah melamun, sekaligus karena perkataannya.

"Tidak, aku tidak mengencani siapapun."

"Lalu untuk apa pertanyaanmu tadi?"

"Teman dekatku minggu depan ulang tahun."

"Temanmu laki-laki?"

"Apa tidak boleh? Bukankah kita juga... teman sekarang?"

Dia terdiam sejenak, kulihat selanjutnya dia terkekeh kecil. Entah apa yang lucu. "Benar juga."

"Jadi?"

"Mau ke mal?"

"Hah?"

***

Aku sempat lupa dia seorang aktor! Bodohnya aku langsung setuju padahal bukan tak mungkin dia memiliki penguntit yang mengawasinya. Tapi untungnya selama kami menjelajahi beberapa toko, tidak ada yang mengganggu kami berdua.

Pertama, mungkin karena Park Ji-young masih dalam 'masa libur'. Kedua, karena wajah kami sama-sama tertutup. Dia membelikanku masker dan topi di awal masuk ke mal tadi.

Aku berakhir membelikan dia notebook—seperti saran Park Ji-young. Katanya karena tidak ada clue sama sekali, jadi biar Han Seungri sendiri yang menulis apapun yang dia inginkan dalam buku bersampul kalimat 'wherever you go, go with all your heart' itu. Kalimatnya sangat cocok dengan situasi kami, dan itu pilihan Park Ji-young sendiri.

Tapi aku tidak mungkin hanya memberinya satu buku saja, saat memasuki toko aksesoris, aku membeli satu kalung couple dengan hiasan planet. Setahuku dulu Han Seungri menyukai benda-benda astronomi, aku tidak tahu apa sekarang dia masih menyukainya atau tidak- aku harap sih masih agar hadiahku lebih bermakna.

Kami berdua tak berjalan-jalan lebih lama setelah mendapatkan barang yang dicari, selebriti besar sepertinya tidak seharusnya keluar tanpa manager atau bodyguard, jadi aku segera mengajaknya pulang. Dengan mobilnya, dia mengantarku ke kampus.

"Asramamu nomor berapa?"

"202." Lalu dia hanya diam. Melihatnya tak memberikan reaksi, aku memiringkan kepala, menatapnya dengan selidik. "Ada apa?"

Namun, dia hanya menggeleng. Astaga, kenapa malah canggung gini, sih?

"Em... terima kasih untuk hari ini. Maaf jika aku mengganggu waktu istirahatmu." Aku akhirnya membuka percakapan basa-basi untuk menutup pertemuan langka ini. Ya kapan lagi bisa menghabiskan waktu berjam-jam dengan idola sendiri??

Dia hanya mengangguk singkat, dan menatapku cukup dalam. Aku tidak tahu artinya apa, dan tidak mau tahu juga karena pasti akan canggung. Aku hanya membalas tatapannya sebentar lalu sibuk melepas sabuk pengaman.

"Aku... pergi," pamitku akhirnya. Namun sebelum aku membuka pintu, satu tangannya menahan lengan kiriku. Aku menoleh lagi, menaikkan alisku bingung. "Ada apa?"

"Sebentar."

Aku kembali pada posisi semula, menunggunya yang sedang mengambil paperbag berlogo Miniso dari kursi belakang ke pangkuan. Eh?

"Ini, simpanlah."

Bukannya menerima, aku malah membeku dan tak bisa berpikir apa-apa. Apa maksudnya dia memberiku hadiah juga? Atau apa?

"Ini apa?" tanyaku dengan bodohnya. Padahal sudah jelas yang ada di telapak tanganku adalah keychain bentuk bintang laut.

"Gantungan kunci. Aku tak sengaja melihatnya tadi, karena lucu aku membelinya. Aku pikir itu cocok dengan karaktermu."

"Karakterku?"

"Iya. Lucu, sama seperti gantungan kunci itu."

Seorang penggemar, diberi kesempatan mengobrol dengan idola saja senangnya sudah bikin salah tingkah, lalu bagaimana denganku yang baru saja mendapat gombalan?! Aku nyaris pingsan demi Tuhan! Wajahku... tidak tahu lagi sudah semerah apa. Aku malu!

"Ini..." Aku merutuk karena cara bicaraku tak selancar biasanya. "Kenapa hanya setengah?"

Bintang laut itu membawa hati di tangannya, namun hanya setengah, itu artinya ini barang couple. Tapi, ke mana pasangannya?

"Ini." Dia menjawabku sambil menunjukkan benda itu sudah terpasang di bagian dalam jaketnya. Aku tercengang. "Simpan yang satunya untukku, hm?"

Apa itu artinya ini barang couple pertama kami?

***

Selama berjalan menuju kamar, aku tidak bisa melunturkan senyum yang terukir di wajahku. Sambil terus menatap keychain yang menggantung di jari telunjukku, keychain paling indah dari semua keychain yang aku miliki selama ini.

"Dari mana saja kau ini? Kenapa tak sekalipun menjawab teleponku?"

"Aishit—astaga!" Niat mengomelku hilang saat melihat siapa yang ada di depanku. Han Seungri, duduk di atas tangga, dengan kedua tangan yang menjadi tumpuan di belakang tubuhnya. Mirip seperti preman.

Lupakan soal itu, aku panik karena masih membawa kotak kado! Bagaimana jika dia sadar?

"Jawab aku. Dan kenapa kau menyembunyikan kedua tanganmu di belakang begitu?"

"Aku..." Pandanganku mengabsen apapun yang ada di sekitar, berharap mendapat ide namun semuanya sia-sia saat laki-laki itu berjalan menghampiriku. Aku praktis mundur untuk menghindarinya. "Kenapa...?"

"Kau yang kenapa, Tari. Ada apa di tanganmu?"

"Tidak ada!" Karena aku sudah hopeless, aku segera menyembunyikan kotaknya ke dalam bajuku. Tidak apa aneh, yang jelas dia tidak akan berani menyentuh bajuku. "Aku lelah, apa aku bisa istirahat?" Kali ini suaraku lebih lembut, bahkan aku memasang senyum untuk membujuknya. Lihat saja sekarang dia menghela napas dan mundur dua langkah.

"Kau dari mana?"

"Jalan-jalan."

"Sendirian?"

"Tidak. Dengan temanku."

Bagusnya dia tidak bertanya lebih lanjut, padahal aku sudah menyiapkan skenario palsu. Ya sudahlah, lagipula berbohong tidak baik. Aku bergegas naik ke tangga tanpa melihatnya lagi, aku harus menghindar darinya sampai ulang tahunnya empat hari lagi.

Pintu kamar tidak dikunci, begitu masuk, aku langsung menemukan dua temanku sibuk di depan laptop masing-masing. Omong-omong aku tinggal di kamar yang menyediakan tiga ranjang, satu bunk bed dan satu ranjang tunggal. Aku di ranjang tunggal sesuai kesepakatan di awal.

Mereka hanya menoleh sebentar saat melihat kehadiranku. Jangan berpikir aneh-aneh, hubungan kami baik, mungkin sekarang mereka sedang pusing jadi tidak menyambutku seperti biasanya. Makanya setelah meletakkan barang yang kubawa, aku segera menghampiri Shin Hye-rin, orang yang baru saja terlihat mengacak rambutnya frustrasi.

"Ada apa?"

Kepalanya langsung tergolek dengan lemah setelah menarik napas panjang. "Kapan semua penderitaan ini akan berakhir..."

Aku terkekeh melihatnya. Prihatin namun malah terlihat lucu. "Istirahat saja, waktunya masih lama juga, kan."

"Kau habis dari mana?" Seseorang yang lain—Lee Na-hee—bertanya setelah diam beberapa saat.

"Aku? Beli hadiah, untuk Han Seungri," balasku kemudian, menunjuk kotak kado di atas meja belajarku.

"Ah, iya, sebentar lagi ulang tahunnya ya?"

"Mm-hm."

"Tadi dia juga ke sini."

Aku yang baru saja duduk di pinggir ranjang segera menoleh pada Shin Hye-rin. "Kapan?" Tak kusangka aku dan Lee Na-hee bertanya serupa dengan waktu yang bersamaan.

"Kau sedang mandi tadi," jawabnya pada Lee Na-hee, lalu bergulir padaku. "Dia memintamu membuka pesannya."

Lantas saja aku meraih ponselku yang sedang dicharger, selama bersama Park Ji-young tadi aku memang tidak sekalipun mengecek ponsel. Dan begitu aku membuka aplikasi KakaoTalk, beberapa pesan muncul bergantian memenuhi laci notifikasiku. 70% dari Han Seungri yang protes karena aku tidak menjawab satu pun panggilannya, lalu ada 3 pesan dari Miss Choi, juga satu dari Park Ji-young.

Pesan dari idola sebenarnya lebih menarik, tapi aku memutuskan membuka beberapa chat dari Han Seungri lebih dulu.

|Kau di mana?
|Jawab teleponku, Tari
|Ya!
|Aku membutuhkanmu sekarang
|Tidak jadi, masalahnya sudah selesai
|Sebenarnya kau sedang apa?
|Sesibuk itukah dirimu sampai tak sempat melihat ponsel?
|Kau tidak di asrama, kau di mana?
|Aku menunggumu di tangga, cepatlah pulang
|Kau tidak lupa, kan?

Yang terakhir adalah pesan terbaru, dikirim beberapa menit lalu, berbeda dengan beberapa chat sebelumnya yang dikirim hampir satu jam yang lalu. Aku segera membalasnya.

Lupa apa?|

|Ulang tahunku
|Sebentar lagi ulang tahunku

Oh, kau mau apa?|

|Apapun
|Selama itu darimu, aku akan menganggapnya sebagai hadiah paling berharga

Oh my God... balasannya sukses membuatku panas dingin. Aku terperangah selama beberapa saat sampai tak sadar ada pesan baru dari laki-laki itu.

|Kotak yang tadi, aku masih penasaran

Itu hadiah dariku, kau bisa memilikinya 4 hari lagi|

|Serius?

Yaaaa|

|Apa?

Kau cari tahu saja sendiri|

|Oh ayolah
|Kau membuat kantukku hilang

Berhentilah mengoceh, Han Seungri|
Pergi tidur sekarang|

Aku buru-buru menutup roomchat kami sebelum dia membalas lagi, namun sebelum aku benar-benar mengembalikan tampilan pada beranda yang memuat foto Park Ji-young, aku baru melihat ada chat tertimbun dari papaku di Jakarta.

|Tari, kamu baik-baik aja di sana?
|Papa kangen.

"Aku juga kangen Papa." Aku membatin, lalu mengetikkan balasan bahwa skripsiku sudah disetujui Miss Choi. Aku tinggal menunggu jadwal sidang dan wisuda. Sebentar lagi aku akan pulang.

Baru saat aku selesai menekan tombol kirim, dari layar atas ponsel kulihat Han Seungri membalas lagi. Namun, kali ini aku hanya membacanya saja.

|Aku menantikan hadiah darimu
|Selamat malam

###

| 23byeolbamm |

Continue Reading

You'll Also Like

16.2K 2.4K 35
Guratan takdir membuat Lembayung mengalami keterpurukan. Dikucilkan masyarakat, diasingkan keluarga, serta hilang kepercayaan pada orang-orang. Di sa...
1M 147K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
187K 19.7K 59
"tapi aku tak tau apa-apa tentang ini semua tuan" "kau pikir aku peduli ? tidak" Ini bukan mau nya hidup dalam kungkungan lelaki berwajah malaikat ta...
1.9M 91.1K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...