My Silver Winged Demon

By TitanPTY

238K 11.9K 449

Hidup Sky berubah seutuhnya setelah dia kehilangan seluruh anggota keluarganya dalam sebuah kecelakaan. Tidak... More

The meeting
My Transferal and the Accident
Seal Released
My Escape
Encounter with...seriously, vampire?
My little mate
What am i supossed to do?
Eric Royce Delcour
Are we clear?
Invisible prison
Unspoken answer
Midnight Snack
Nightmare
One night with her
First Day
The Stinky School
Wolfie
The Guardian
The Agnis
Unexpected Meeting
The Twins
Stupid Sexy Laugh
Crash
Guilty and Bad dream?

I'll be here. Forever.

7.4K 487 63
By TitanPTY

Eric’s POV

Ketika aku mendengar berita itu,perasaan tidak enak sudah menggantung di sekitarku sejak tadi pagi.

Rentetan perasaan tidak enakku dimulai dari kedatangan Kaspar yang cukup mendadak. Di saat yang sama aku tahu kedatangan mendadak tidak pernah membawa berita bagus.Apalagi kalau bukan tentang Nicholas yang menjalin kerja sama dengan Zehel.

Sudah cukup dengan keberadaan mereka berdua yang mengancam Ams. Sekarang mereka malah bekerja sama untuk menjatuhkanku.

Dan berita yang paling buruknya, Kaspar mendengar kalau Zehel sudah tahu keberadaan Ams dengan pasti. Mereka punya mata – mata di sekitar daerah Ams berada. Yang berarti dia bisa menyerangnya kapan saja ketika kami lengah.

Aku terus memaki – maki tidak jelas. Kenapa dia baru mengatakannya tepat setelah aku mengizinkan Ams pergi BERDUA SAJA dengan Evie?

Keberuntungan masih sedikit berada disisi kami. Paling tidak saat itu aku bisa memberitahu si bocah serigala untuk membuntuti mereka. Yang terbukti merupakan keputusan baik.

Aku mendapatkan pesan singkat darinya setiap 10 menit tentang situasi Ams saat ini. Berhubung aku tidak bisa bertelepati tanpa kekuatanku, jadi layaknya manusia, hanya ini komunikasi yang bisa kulakukan.

Terlepas dari berita buruk yang dibawanya, Kaspar ingin bertemu si kembar dalam legenda. Memang di luar keluarga kerajaan demon dan angel, si kembar hanyalah legenda.

Pada awalnya, aku ingin keadaannya tetap seperti itu. Namun, si kembar sepertinya punya rencana lain dengan muncul tak lama kemudian di ruanganku dengan wajah imut khas bangun tidur mereka.

" Daaaaad." Rengekan mereka yang selalu kudengar setiap baru bangun tidur.

Aku hanya bisa menggeleng. Entah karena kesal mereka merusak rencanaku atau karena ekspresi terkejut Kaspar yang lucu saat mereka berdua masuk.

" Mereka...." Kaspar menggantungkan pertanyaannya, masih tampak shock.

Aku mengangguk, membantu si kembar naik ke pangkuanku. Selama 2 minggu ini aku sudah mulai terbiasa dengan sikap mereka yang seenaknya. Karena selama 115 tahun kehidupanku aku tidak pernah memegang anak kecil. Bahkan anak kakakku sekalipun.

Oh ya, aku memang pernah beberapa kali memegang Ams ketika dia masih kecil, sebelum dia benar - benar bisa mengingat seseorang. Nanti kalau ada waktu aku akan menceritakan pertama kali aku bertemu Ams. Tapi, selain Ams aku tidak pernah sudi dekat dengan anak kecil.

" Daaad, mana mom?" Tanya Nate dengan suara mengantuk.

" Mom sedang pergi dengan aunty Evie. Sebentar lagi pulang kok."

Respon mereka hanya gumaman tidak jelas sebelum bersandar pada dadaku dan mulai teridur kembali di pangkuanku.

" Kau cocok terlihat seperti itu." Aku mendengar Kaspar berkomentar, yang, tidak kuperdulikan sama sekalu.

Sudah cukup aku mendengar komentar seperti itu. Pertama dari Dane, lalu dia didukung Elliot. Bahkan Belle pun setuju dengan pendapat mereka. Aku tidak pernah mendengar pendapat Ams secara langsung, namun tampaknya pendapatnya tidak jauh berbeda dari mereka semua.

Aku bingung darimananya aku cocok menjadi seorang ayah. Aku tidak pernah memegang atau bahkan dekat dengan anak kecil sampai sekitar 14 tahun yang lalu. Aku lebih suka dekat dengan orang dewasa karena anak kecil lebih susah ditebak daripada orang dewasa.

" Kalau hanya untuk berkomentar seperti itu, silahkan keluar. Aku tidak butuh komentar seperti itu." Bentakku. Moodku memang hancur sejak pagi ini. Ditambah berita yang dibawakannya, itu sama sekali tidak membantu.

" Maaf. Jadi......apakah sihirnya sudah mulai berkerja?"

" Ya. Aku sudah mulai bisa merasakan sisi demonnya mulai bangkit. Tapi, masih butuh sekitar 3-4 bulan sampai transformasinya siap." Aku menggeleng.

Itu waktu yang cukup singkat tapi pada saat yang sama juga panjang. Kukira paling tidak aku masih punya 1-2 bulan sampai Zehel berani mendekat ke kota ini. Mengingat kota ini kekuasaan keluarga Alpha St. Clair. Alpha terkuat di dunia dan kesetiaan mereka pada keluarga kerajaan Demon dan Angel.

" Kau tidak bisa terlalu bergantung dan percaya pada anjing - anjing mutan itu. Kalau hanya melawan Zehel memang tidak masalah. Namun, kalau Nick sudah turun itu akan menjadi masalah bagimu dan kawanan mereka. Kau tahu sendiri bagi kawanan, racun vampire itu letal."

" Lalu apa? Kau mau aku membawanya ke Daíkos? Tubuhnya belum kuat untuk kontak langsung dengan sihir kaum demon. Dan, daerah netral tidak pernah bersahabat dengan keluarga kerajaan.

" Terakhir kali keluargaku ke sana, dia tewas. Disana dark matter terlalu sedikit. Aku tidak mau meresikokan hal itu padanya. Dimana dia sedang butuh dark matter dalam jumlah banyak.

" Lebih baik aku menunggu sampai Nick benar - benar turun ke dunia manusia sebelum membuat keputusan berikutnya. Yang dalam hal ini kau adalah kuncinya."

Itu keputusan yang kubuat bersama ayahku seminggu terakhir ini. Sesungguhnya ayahku terus mendesakku untuk segera membawanya ke dunia kami yang lebih aman. Dia sudah tidak sabar bertemu dengan mateku.

Setelah Lyra, adik perempuanku, pindah bersama matenya ke ujung dunia yang berbeda, beliau ingin kembali punya anak perempuan yang bisa dimanjakannya. Yang tentunya ide itu ditolak mentah - mentah oleh ibunda.

Karena tidak bisa merubah keputusan ibunda, akhirnya kesempatan beliau untuk memanjakan anak perempuan jatuh ke mateku. Keinginan beliau memanjakan mateku diperparah dengan Dane yang terus mengupdate beliau dengan foto - foto Ams dari balita.

Agak janggal memang. Mengingat raja demon yang harusnya jahat, beringas dan tanpa ampun, ternyata suka anak kecil dan tak berdaya ketika berhadapan dengan matenya.

" I heard it son. Kita tunggu saja sampai mate kecilmu itu akan membuatmu tak berkutik sama sekali." Suara berat ayahanda yang terlihat jengkel sekaligus geli tiba - tiba saja terdengar di kepalaku.

" We'll see." Balasku sambil menyeringai.

Beliau menggerutu tidak jelas sebelum meninggalkan pikiranku sendirian bersama pangeran vampire yang menatapku agak aneh.

" Baiklah. Aku mengerti. Akan segera kuinformasikan kalau Nick akan turun ke bumi." Dia bersuara setelah perhatianku sepenuhya kembali kepadanya.

Belum sempat aku membalas, tiba - tiba badan si kembar terasa panas dan mata mereka menyala berwarna jingga.

" Mooomm." Lenguhan mereka berdua terdengar begitu menyakitkan. Seketika aku tahu ada yang salah dengan Ams.

Dalam gerak cepat, aku segera menghubungi si bocah serigala. Yang hasilnya nihil. Sial!

Aku menurunkan si kembar dan mulai jalan bolak - balik sambil terus memaki pelan. Si kembar hanya terus meratapi apa yang tidak kutahu alasannya sementara Kaspar menatap kami aneh. Untungnya dia tidak berkomentar sama sekali. Kalau tidak amarahku sudah meledak tidak karuan.

Butuh sekitar 20 menit yang panjang sampai bocah serigala itu untuk mengangkat teleponku. Aku tidak sempat bernafas lega sama sekali sebelum dia mengabarkan berita buruk itu.

" Sky kecelakaan. Penyerangan Lyudyn. Kami di rumah sakit." Telpon langsung diputus.

Tiga kalimat singkat yang amat padat tersebut langsung membuatku membeku di tempatku.

Ke...kecelakaan?

Bagaimana bisa? Bukankah bocah itu menjaganya dari jarak cukup dekat? Bagaimana bajingan - bajingan itu bisa lolos dari pengamatan bocah itu? Apakah-

" Daaady! Ayo ke moom!" Pelukan si kembar di kakiku dan rengekan mereka berhasil menyentakkanku dari pikiran - pikiran prasangka tak jelas.

Aku hanya mengangguk sebelum menarik mereka berdua ke dalam pelukanku dan setengah berlari menuju garasi, terlalu kalut untuk berkata – kata. Beberapa pikiran tidak enak terus melintas di pikiranku. Pikiranku yang paling mengangguku adalah kenyataan bahwa mungkin saja saat ini aku akan kehilangannya.

Kenyataan itu menghantamku seperti seember air es di padang pasir.

Tidak. Aku tidak pernah siap kehilangannya. Ataupun yang lain.

Dulu aku berpikir dengan tetap menjaganya aman tanpa terlibat langsung dengannya, perasaanku tidak akan ikut bermain seperti situasi saat ini. Tapi, ternyata aku salah besar.

Aku tidak akan pernah bisa melawan insting alamiku yang selalu menginginkannya. Dan perasaanku akan terus bermain setiap kali berhubungan dengannya.

Kenyataan bahwa kami tinggal satu atap, lebih tepatnya hanya bersebrang kamar, tidak membantu sama sekali. Sedikit demi sedikit perasaanku kepadanya kian meruntuhkan benteng dingin tanpa perasaan yang kubangun bertahun - tahun silam. Semakin hari hasrat untuk memilikinya semakin besar.

Aku tidak tahu berapa lama lagi dinding yang kian menipis itu sanggup mengekang keinginanku untuk memilikinya. Dan yang jelas aku tidak akan berusaha lagi untuk menahan dinding itu runtuh. Aku akan membiarkan naluriku bekerja dengan sendirinya.

Suara klakson keras yang terdengar diluar pun tidak dapat menghentikanku. Aku menyetir layaknya orang kesetanan. Sudah tak terhitung berapa lampu merah yang kuterobos atau berapa teriakan dan makian yang kuterima dalam perjalanan singkat ini.

Bila biasanya akan memakan waktu satu jam untuk sampai ke kota, perjalanan kali ini hanya memerlukan 30 menit saja. Sebenarnya hanya membutuhkan kurang dari 5 detik kalau berteleportasi. Sialnya, kekuatanku tidak ada yang tersisa.

Terkutuklah ayahanda yang mengambil sementara kekuatanku. Sepertinya aku akan punya argumen panjang dengannya setelah memastikan Ams baik – baik saja.

Dengan satu drift panjang, aku berbelok cepat di perempatan tepat sebelum masuk gerbang rumah sakit. Damn! Parkirannya penuh. Satu – satunya yang kosong hanya satu tempat yang dirantai.

Masa bodohlah. Memangnya siapa yang berani melarangku?

Tanpa perduli suara periwitan satpam yang terdengar dari seberang lapangan, aku segera menggendong si kembar berlari ke arah IGD, yang untungnya berada tak jauh dari tempat mobilku terparkir.

Di lorong IGD aku melihat Blair yang terduduk dibangku ruang tunggu dengan perban yang melilit kepala dan lengan kirinya. Meskipun menurutku lukanya sudah sembuh di balik perban itu.

Begitu mendengar pintu terbuka, kepalanya langsung beralih ke arahku. Aku segera menghampirinya.

“ Bagaimana keadaannya?!” Tuntutku.

Aku bisa merasakan darahku surut dari wajahku saat pertanyaanku dijawab dengan pandangan nanar Blait. Selama perjalanan aku sedikit tenang karena si kembar tidak banyak mengeluarkan suara. Kukira hal itu pertanda baik, ternyata bukan.

“ Luka di kepalanya memang tidak parah, namun benturan keras di dadanya membuat retak lama di tulang rusuknya kembali bermasalah. Dokter belum tahu dengan pasti apakah tulang rusuknya merobek pleuranya lagi seperti sebelumnya atau tidak. Tapi, menurutnya kita masih beruntung karena penanganannya cepat."

“ Meskipun aku tidak bisa mengatakan hal yang sama tentang Evie. Entah apa yang akan terjadi pada mereka berdua kalau aku tidak ada pada saat itu.......” Blair menggeleng pelan, mengenyahkan pikiran buruk di kepalanya.

Urg, aku juga tidak mau memikirkan apa yang terjadi padanya kalau saja aku tidak menyuruh Blair, ya si bocah serigala itu, membuntutinya. Mungkin lebih buruk dari pada keadaannya saat ini.

Tak lama setelahnya, pintu IGD terbuka. Dua orang dokter berjalan keluar. Aku segera menghampiri mereka setelah menitipkan si kembar pada Blair. Surprisingly, they calm enough.

“ Bagaimana keadaannya?”

“ Anda keluarganya?”

“ Saya pasangannya.”

Dia menatap beberapa saat. Ayolah, dia sendiri werewolf. Paling tidak dia bisa merasakan aura demonku dan mengerti arti ‘pasangan’ yang kumaksud.

“ Uh, baiklah. Keadaannya sudah stabil. Anda sudah bisa menjenguknya. Tulangnya memang retak lagi, tapi tidak melukai pleuranya. Jadi, ketika bangun dia pasti akan mengeluh nyeri pada dadanya. Itu hal yang normal. Namun, bila nanti ada keluhan lain, segera hubungi suster. Saya permisi dulu.”

“ Terima kasih.”

Aku segera masuk ke bilik tempat tidurnya, dimana ada seorang suster yang sedang mengecek keadaannya. Aku menunggu sang suster selesai terlebih dahulu sebelum mendekatinya. Setelah sang suster selesai, aku duduk di kursi tepat di sebelahnya.

Dia masih tertidur pulas dengan wajah polosnya. Biarpun terbalut perban di kepala dan beberapa goresan di pipinya, dia tetap cantik.

Dalam sekali pandang, lukanya memang tidak terlalu banyak. Terlepas dari lilitan perban di kepala, tangan dan dadanya sisanya hanya luka – luka kecil yang akan segera pulih dalam beberapa hari.

Di satu sisi aku merasa lega, disisi lainnya rasa bersalah menghantuiku. Mate macam apa yang membiarkan matenya terluka saat dalam perlindungannya? Aku merasa jijik pada diriku yang tidak becus dalam menjaganya.

Padahal, dua bulan yang lalu aku sudah berjanji untuk menjaganya. Tapi, coba lihat sekarang. Dia terbaring lemah, terluka, dan rasa sakit yang sudah pasti menunggunya ketika dia terbangun.

“ Eric...” Suara kecil bak melodi yang hanya seperti bisikan keluar dari mulut manisnya.

Kepalaku tersentak menghadapnya.

“ Eric....jangan....per...gi...”

Tidak. Dia tidak terbangun. Matanya masih tertutup rapat. Namun, mulutnya sedikit terbuka. Butiran – butiran keringat yang menghiasi dahinya, wajahnya yang mengerut, dan tubuhnya yang tegang.

Secara insting, tanganku menjulur ke kepala dan mengelusnya pelan. Syukurlah sentuhanku punya pengaruh besar bagi tubuhnya. Tepat setelah tanganku menyentuh kepalanya, berangsur – angsur gelisahnya berkurang.

“ Ssssh. It’s okay. I’ll be here, cara. Forever.”

=============================================================================

Ya ya ya ya, tahu cerita ini udah lama BANGET ga update -,,-

Maaf, persiapan UN emang bikin sibuk banget...udah gitu kemaren pas cerita udah jadi setengah di hp, hpnya ilang kebawa banjir =_= jadi butuh waktu lagi deh buat ngulang nulisnya. Belum lagi pas ga ada ide atau moodnya jelek ga pengen nulis. Susah emang jadi penulis *curcol*

Nah, jadi mohon komentarnya untuk chapter kali ini, karena setengahnya dibuat dalam mood ga bagus... wehehehe pis!

Jangan lupa Vote oke~

Chapter berikutnya pasti diupload setelah UN berakhir ya! jadi sekitar 1 bulanan lagi =) Sabaaaar ya para readersku sayaaaaang ~ :****

mihihi

Cheers!

- Titan

Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 356K 95
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
197K 277 15
Kumpulan cerita dewasa part 2 Anak kecil dilarang baca
198K 491 19
21+++ Tentang Rere yang menjadi budak seks keluarga tirinya
1.2M 103K 51
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...