The meeting

30K 777 16
                                    

Bulir - bulir salju turun saat malam baru saja tiba. Salju pertama dalam tahun ini. Hal yang kuinginkan saat ini keluar dari kamarku dan main lempar bola salju dengan Connor.

" Sky, kau belum tidur?" Kepala ibuku muncul diantara pintu kamarku. Dia tersenyum saat mendapati diriku masih duduk di dekat jendela.

" Aku mau main salju mom."

" Besok pagi, oke? Ini sudah terlalu malam." Aku hanya bisa menanggapinya dengan menggembungkan pipi disertai bibirku yang menekuk ke bawah. " Jangan cemberut sayang. Nanti putri mom ga cantik lagi." Bujuknya sambil mencubit pipiku.

" Mom!" Protesku sambil menghindari tangannya yang sudah siap menggelitiku.

Dia hanya tertawa renyah menanggapi protesku. " Kau belum mau tidur kan Sky? Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu."

" Siapa? Apa dia akan memberikanku coklat?"

" Orang yang ditakdirkan menjadi pelindungmu. Aku tidak yakin dia membawa coklat kali ini sayang. Mungkin saat dia kembali datang dia akan membawakannya untukmu."

Aku tidak mengerti apa yang mom bicarakan. Yang aku tahu orang yang akan bertemuku tidak membawa coklat. Dan aku tidak terlalu senang dengan karenanya. Sebelum aku bisa menjawab, mom sudah setengah menggendongku keluar dari kamar. Aku sedikit memberontak di dalam pelukannya. Aku tahu itu percuma. Namun, kita tidak boleh menyerah sebelum berjuang bukan? Connor selalu bilang begitu padaku!

Aku bisa melihat rambut pirang Connor dari tangga teratas sedang berbicara entah-dengan-siapa aku tidak peduli. Seharian ini aku tidak bertemu dengannya dan itu cukup membuatku amat sangat merindukan kakakku yang satu itu.

" Connor!" Seruku sambil melepaskan diri dari pelukan ibuku dan berlari memeluk Connor dari belakang hingga hampir membuatnya terjatuh.

" Sky!" Sapanya sambil menarikku ke dalam gendonganku. Jangan tanya padaku kenapa dia bisa dengan kuatnya mengangkatku padahal dia baru 10 tahun dan aku sendiri sudah 5 tahun.

Aku menaruk kepalaku di lehernya dan saat itu aku melihat siapa orang tadi sedang berbicara dengannya. Jelas aku tidak kenal orang ini dan aku selalu diajarkan untuk tidak menatap mata orang pada saat pertemuan pertama. Tapi, saat ini aku tidak bisa menahan diriku untuk menatap mata berwarna silver yang menatap langsung ke bolaku yang berwarna kebalikan dengannya ; emas.

Aku tidak bisa membaca apa yang terlintas di matanya. Namun,aku punya suatu keyakinan tersendiri kalau pemuda di hadapanku tidak akan pernah melukaiku. " Halo Amber. Senang sekali akhirnya bisa bertemu denganmu." Pemuda itu tersenyum saat menyapaku.

Alih - alih aku ingin menyapa balik, malah Connor memutar tubuhnya sedemikian rupa sehingga aku membelakangi pemuda di hadapanku. " Sky! Jangan panggil dia Amber."

" Aku bisa memanggilnya sesukaku, Connor. Lagipula Amber kan bagian dari namanya." Aku kembali menatap ke mata silvernya saat aku berhasil memutar tubuhku untuk menatapnya. " Mau bersamaku, Amber?" Tanya pemuda itu sambil mengulurkan tangannya.

Aku tidak ragu - ragu mengulurkan tanganku ke arahnya karena aku tahu aku aman bersamanya. Seaman saat bersama Connor atau kedua orang tuaku. Rasa nyaman dan hangat langsung melingkupi tubuhku ketika aku menyentuh kulit pucatnya.

" Badan kakak hangat." Gumamku sambil mendekatkan diriku padanya.

Dia menggumamkan sesuatu di atas kepalaku saat dia mengecup pucuk kepalaku. Dia mengambil tangan kecilku dan meletakkannya tepat di dadanya. Menggunakan tanganku, dia menarik kausnya hingga menampilkan sebuah tattoo yang sangat tidak asing bagiku.

" Apa kau pernah melihat tattoo ini, Amber?" Tanyanya lembut yang langsung kujawab dengan sebuah anggukan mantap.

" Apa kau mau mengecupnya untukku?" Dia kembali bertanya dengan suaranya yang lembut. Kali ini aku tidak menjawabnya, tapi langsung kulakukan apa yang dimintanya. Aku mendengar orang tuaku terkesiap saat melihat apa yang kulakukan. Jangan tanya padaku! Aku seperti tersihir menuruti apa yang dimintanya. Sebenarnya, tanpa dimintapun aku ingin mengecup tattoo itu karena wanginya seperti permen!

Segera setelah bibirku bertemu dengan tattoo di dadanya, aku merasakan suatu aliran yang masuk ke tubuhku. Sebelum aku bisa menikmati aliran yang membuat tubuhku semakin hangat itu, ayah berteriak kepada ibuku agar menarikku ke dalam pelukan ibuku.

" Bawa Sky ke dalam May! Dan apa yang sudah kau lakukan pada putriku!" Gelegar ayahku. Aku langsung memeluk ibuku erat - erat. Aku selalu takut kalau ayahku sudah berteriak seperti itu.

Ibuku setengah berlari membawaku naik kembali ke lantai dua. Namun, aku bisa mendengar percakapan pemuda itu dengan ayahku sebelum aku dibawa masuk ke dalam kamarku.

" Maaf. Aku tidak bisa menahan diri. Aku memberinya seperempat kekuatanku yang bisa dia gunakan saat situasi darurat." Dan aku tidak mendengar apapun lagi.

Ibuku langsung menurunkanku ke tempat tidur dan langsung mengisyaratkan kalau aku harus segera tidur. Aku cemberut, tapi tetap memenuhi perintahnya. Dia menarik selimutku hingga sebatas dadaku lalu mengecup keningku sekali sebelum dia keluar dari kamarku dengan sebuah ucapan 'selamat tidur, dan mimpi indah' yang diucapkannya terburu - buru.

Aku bergerak gelisah di tempat tidurku. Hingga akhirnya aku menyerah untuk berusaha tidur dan berakhir dengan akhirnya aku kembali duduk di tepi jendela merangkap pintuku. Aku menatap bulan yang kini sudah sepenuhnya muncul. Dan kau tahu apa yang aku lihat selain bulan? Aku melihat seorang malaikat dengan sayap berwarna abu - abu dan mata yang senada dengan sayapnya terbang menjauh dariku. Hei, bukankah sayap malaikat berwarna putih?

My Silver Winged DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang