Cupcakes | Jisung

By 23byeolbamm

936 160 84

Park Ji-young, tidak pernah aku bayangkan nama itu akan berpengaruh besar pada garis hidupku. Dia yang kukagu... More

| Cast and Disclaimer |
OO | Cupcakes
O1 | Cupcakes
O2 | Cupcakes
O3 | Cupcakes
O4 | Cupcakes
O5 | Cupcakes
O7 | Cupcakes
O8 | Cupcakes
O9 | Cupcakes
1O | Cupcakes
11 | Cupcakes
12 | Cupcakes
13 | Cupcakes
14 | Cupcakes
15 | Cupcakes
16 | Cupcakes
17 | Cupcakes
18 | Cupcakes
19 | Cupcakes
2O | Cupcakes
21 | Cupcakes
22 | Cupcakes
23 | Cupcakes
24 | Cupcakes
25 | Cupcakes
26 | Cupcakes
27 | Cupcakes
28 | Cupcakes
29 | Cupcakes
3O | Cupcakes
31 | Cupcakes
32 | Cupcakes
33 | Cupcakes
34 | Cupcakes
35 | Cupcakes
36 | Cupcakes

O6 | Cupcakes

23 5 0
By 23byeolbamm

| happy reading |
| don't forget to give your best support |

###

Bagaimana mungkin Han Seungri menyukaiku? Aku yang banyak terlihat memalukan di depannya, bahkan ketika dia bertahan denganku, aku pikir itu tidak lebih dari permintaan Papa saat video call waktu itu. Tapi dia?

Tidak, aku pasti salah dengar.

Tapi melihat sikapnya yang sedikit berubah beberapa bulan belakangan, aku tidak bisa menyangkal. Dia memang lebih memperhatikan hal-hal kecil tentangku, dan jadi lebih banyak menghabiskan waktunya dengan berada di sekitarku.

Malam tadi, aku tidak mendengarkan lebih lanjut percakapan mereka, aku langsung masuk ke kamar dan memaksa diri untuk terlelap. Tidurku pun jadi tidak nyaman, bagaimana bisa aku hanya tidur 3 jam saja? Jam 4, aku sudah bangun lagi, kembali memikirkan kejadian semalam sendirian.

Pagi hari, aku berusaha bersikap biasa. Walau saat menatap Han Seungri, kata-kata itu kembali bergema dalam kepalaku. Aku berusaha mengenyahkannya dan fokus sarapan dengan tenang.

"Maaf," Tiba-tiba saja orang yang sejak tadi aku pikirkan bersuara. "Untuk yang terjadi kemarin."

Aku diam, apa dia tidak bisa menunggu saat sedang berdua saja? Di ruang makan masih ada orangtuanya!

"Apa yang terjadi semalam?" Kan, Papa Han akhirnya angkat suara. Aku menelan ludah takut.

"Tidak serius, hanya putramu itu sedikit membentak Tari sampai ketakutan."

"Han Seungri? Kau melakukan itu?"

"Maaf, aku kelepasan."

"Tidak ada pembelaan untuk kesalahan menyakiti perempuan, Papa tidak pernah mengajarkan kamu untuk menyakiti perempuan."

Han Seungri langsung dimarahi kedua orangtuanya hanya karena hal sepele, aku menggigit bibir gugup. Ingin melerai tapi aku tidak berani.

"Aku sudah minta maaf."

"Tari, kalau dia bersikap kasar lagi, katakan saja. Biar Papa marahi sampai dia sadar."

"I-iya..." Sumpah, didikan orangtuanya benar-benar tegas. Pantas dia tidak pernah mengajakku ke sini, mungkin dia takut aku tidak nyaman. "Aku sudah selesai," kataku akhirnya, mengusir hawa tegang yang sempat ada di ruangan ini.

"Kau mau jalan-jalan? Udara di sekitar sini sangat segar saat pagi."

"Aku bantu bereskan ini dulu, Ma."

"Tidak, tidak usah. Biar Mama saja. Kau pergilah dengan Han Seungri. Ya?"

Aduh, aku tidak enak jadinya, selama di sini aku tidak sekalipun diizinkan melakukan pekerjaan rumah. Kemarin koperku dibereskan Han Seungri, saat datang kamarku sudah rapi, bersih dan wangi, lalu tiap makan begini, aku selalu tidak boleh mencuci.

Orang-orang ini terlalu baik untukku.

Tapi aku mana bisa menolak, apalagi saat Han Seungri langsung menarik tanganku keluar dari rumah. Berjalan ringan menyusuri jalanan komplek. Mama Han benar, udaranya sejuk. Aku menghirup udara dalam-dalam.

"Kau sudah tahu perasaanku, kan?"

"Huh?" Wajahku menoleh dengan bingung, dia bicara apa?

"Kemarin aku melihat siluet di dekat pintu kamar, itu seperti dirimu. Tidak-" Dia cekatan meralat namun menjedanya sejenak dengan satu tarikan napas. "Itu memang dirimu, karena tidak ada siapapun selain kau di luar."

Sebentar...

"Jadi kau pasti sudah tahu tentang perasaanku. Kau mendengarkan percakapan kami."

Apa maksudnya aku tertangkap basah menguping?

Tolong jangan katakan jalan-jalan ini adalah rencana mereka untuk membahas tentang kemarin.

"Iya." Karena sudah tertangkap, aku mengangguk lemah. Nggak boleh malu, aku terus merapalkan itu dalam hati. Karena aku pun tidak sengaja.

"Jadi, bagaimana?"

"Bagaimana apanya?"

"Kau tahu aku menyukaimu, apa kau tidak terkejut? Reaksimu berbeda dengan prediksi kami."

Asal kau tahu, Han Seungri, aku sudah mengalaminya kemarin.

"Maaf," Aku sadar satu kata itu terlalu ambigu, jadi aku meneruskan sebelum Han Seungri menyela. "Maaf, aku tidak bisa."

Kulihat, Han Seungri menghela napas. Apa dia kecewa?

"Kita terlalu banyak perbedaan, aku tidak bisa."

"Perbedaan apa yang kau maksud?"

"Kau sudah dapat tawaran pekerjaan di sini, sementara aku... Papa menyuruhku langsung pulang setelah lulus, aku akan lanjut bekerja di Jakarta." Ini tidak bohong, alasanku benar-benar jujur seperti apa yang sudah Papa rencanakan saat awal aku kuliah di sini dulu. Di Seoul, aku hanya belajar, tidak lebih. Itu kesepakatan kami. "Aku sudah memikirkan ini semalam, dan memutuskan tidak akan ada yang berubah di antara kita."

"Jahat sekali."

"Lalu kau mau bagaimana? Kita berkencan dan putus saat lulus nanti? Waktunya tinggal 5 bulan lagi, Han Seungri."

"Kenapa harus putus?"

"Apa?" Aku memiringkan wajah. Dan setelah beberapa saat terdiam, kulihat dia akhirnya akan berbicara.

"Kita bisa terus melanjutkan hubungan itu setelah lulus. Kau mau pulang? Silakan, aku tidak akan meminta kau tetap tinggal di dekatku. Aku akan menemuimu ke Jakarta nanti, sebaliknya kau juga bisa sesekali ke sini. Jadi, kenapa harus putus?"

"Maksudmu, kita akan menjalani hubungan jarak jauh?" Dia mengangguk dengan sangat yakin. "Memangnya kau bisa?" tanyaku memastikan.

"Bisa. Kenapa tidak?"

"Situasinya bisa lebih parah dari yang kau katakan hari ini, Han Seungri. Kau terlalu menyepelekan semuanya."

Dia tidak membalas, tapi aku melihat garis bibirnya membentuk senyum miring. "Pada dasarnya, kau memang tidak mencintaiku. Jadi mau semenarik apapun tawaranku, itu tidak menarik di matamu."

"..."

"Aku benar, kan?"

Sulit mengakui ini, tapi dia memang benar. Jadi aku mengangguk saja. "Ya. Aku memang tidak mencintaimu. Maksudku, aku tidak lagi mencintaimu sekarang, karena aku tidak mau merusak persahabatan kita. Aku sudah susah payah mengenyahkan perasaan itu dan melihatmu hanya sebagai teman saja, lalu sekarang kau tiba-tiba berkata kau menyukaiku, kau tahu apa yang kurasakan?"

Dia tercekat, aku melihatnya dari mata. Kemudian, aku mundur selangkah. Saat menelan ludah, aku juga menelan rasa sesak yang menghimpit dadaku. Aku harus kuat untuk membuatnya sadar.

"Kenapa tidak dari dulu, huh? Kalau saja perasaanmu datang saat aku menyukaimu, kita bisa berkencan. Aku tidak akan mempedulikan apapun. Tapi sekarang situasinya sudah berbeda-"

"Dulu atau sekarang, bagiku tidak ada bedanya."

"Ada!" Aku menyela cepat. "Kenangan yang kita lewati 3 tahun kemarin, apa itu tidak berarti apa-apa untukmu?"

"..."

"Itu sangat berarti untukku, aku tidak mau mempertaruhkannya untuk hubungan yang belum pasti. Aku tidak mau membenci kenangan manis itu jika kita putus suatu hari nanti." Walau sudah menahan diri, aku tetap saja menangis. Aku mendekat lagi, menatap matanya dengan mataku yang mungkin sudah memerah. "Aku minta maaf, tapi jika aku kehilanganmu, aku tidak punya siapa-siapa lagi."

Itu kalimat terakhirku, karena setelahnya aku berlari meninggalkannya. Aku ingin pulang.

***

"Kau sudah pulang? Cepat sekali." Sebelum masuk tadi, aku sudah menghapus jejak air mataku dan menenangkan diri sejenak, karena aku yakin Mama Han pasti akan menyambutku. Aku membalasnya dengan seulas senyum tipis.

"Aku lelah, jadi aku pulang sendiri."

Aku lega karena Mama Han tidak menanyaiku lagi, setelah berpamitan aku bergegas masuk ke kamar. Membereskan bajuku, aku ingin pulang ke asrama.

Tepat saat aku menutup resleting koper, pintu kamarku dibuka pelan. Aku hanya menoleh sebentar, lalu saat dia yang masuk, aku kembali pada kegiatanku.

"Kau mau pulang sekarang?"

"Hm."

"Tunggu sampai sore, bukankah itu kesepakatan kita kemarin?"

"Aku tidak bisa, Hye-rin sakit, tidak ada yang merawatnya di sana." Hye-rin yang kumaksud adalah teman sekamarku di asrama, maaf ya, aku menggunakanmu untuk lepas dari keluarga Han Seungri.

Di belakangku, aku mendengar dia mendengus. "Tunggu aku sebentar, aku juga akan pulang."

"Kau tetaplah di sini sampai sore, Mama akan kesepian."

"Lalu kau mau pulang pakai apa?"

"Bus."

"Tidak. Aku pulang bersamamu."

"Han Seungri, kasihan ibumu-"

"Mama tidak akan keberatan." Kalimatnya mutlak, aku sudah tidak menemukan celah lagi untuk pulang tanpanya.

Aku tidak bisa membayangkan akan seperti apa suasana perjalanan kami nanti.

Dan ternyata, Mama Han memihak Han Seungri. Beliau juga tak banyak bicara saat kami akhirnya pulang tanpa pamit pada Papa Han yang masih bekerja. Ini perjalanan singkat, hanya satu jam untuk sampai di kampus. Aku beberapa kali mengingatkan diri untuk bersikap biasa selama satu jam itu. Dan selama aku duduk di sampingnya, aku memilih pura-pura tidur daripada menemaninya yang sedang menyetir.

"Sudah sampai."

Mataku terbuka secara perlahan, melanjutkan kebohongan yang kubuat dengan bersikap seperti orang yang baru bangun tidur. "Hm?"

"Sudah sampai," ulangnya. Aku rasa dia tidak menaruh kecurigaan sama sekali padaku.

Kami keluar bersamaan, tapi saat aku selesai menutup pintu, kulihat dia sudah membuka garasi, mengeluarkan koper kami. Astaga, geraknya cepat sekali.

"Aku saja," pintaku saat laki-laki itu hendak menarik dua koper di masing-masing tangannya. Mengejutkan, dia menurut tanpa banyak bicara. Namun saat aku hendak melangkah pergi, tangan kiriku dicekal.

"Sebentar."

Aku menoleh dengan satu alis terangkat. "Ada apa?"

Namun dia tak juga kunjung bicara bahkan setelah aku menunggu hampir satu menit lamanya. Dia seperti kebingungan jika aku melihat dari bibirnya yang bergerak samar-samar.

Han Seungri, tolong jangan mengungkit apa yang terjadi di rumahmu tadi.

"Kau... tidak akan menjauhiku, kan?"

"Menjauh?" Aku berbalik menghadapnya. "Kenapa aku harus?"

"Karena... apa yang sudah terjadi."

Dia khawatir, ternyata. Ya aku juga sama, aku tidak ingin kehilangannya. Lantas setelah menarik napas panjang, aku mengulas senyum ketika mata kami saling bertemu.

"Tidak akan."

"Serius?"

Aku mengangguk dua kali. "Aku bisa melupakan dan bersikap tidak pernah terjadi apa-apa antara kita, dan kita akan kembali seperti sebelumnya."

Sesungguhnya aku sudah memikirkan itu selama perjalanan tadi, dan aku memutuskan begitu. Mungkin sampai aku kembali ke Jakarta dan menemukan seseorang yang baru di sana.

Han Seungri, aku minta maaf jika aku telah menyakiti perasaanmu. Tapi aku sungguh tidak ingin mengubah kenangan manis yang kita lewati kemarin menjadi buruk yang bisa kubenci suatu hari nanti.

###

| 23byeolbamm |

Continue Reading

You'll Also Like

1K 227 27
... Namun, kepura-puraan mereka pada akhirnya menimbulkan kisah romansa unik yang penuh tantangan dan tarik ulur satu sama lain dan membawa keduanya...
16.1K 2.4K 35
Guratan takdir membuat Lembayung mengalami keterpurukan. Dikucilkan masyarakat, diasingkan keluarga, serta hilang kepercayaan pada orang-orang. Di sa...
1.9M 8.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
6.5M 334K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...