Jodoh Pasti Bertemu

By SyabrinaMaulidaPutri

88.9K 4.2K 281

Ketika dua hati dipertemukan dalam kondisi bahaya. Syaskia Adyamecca Putri (syaskia, kia) "Kenapa harus aku... More

Prolog
01
02
03
03.2
04
05
05.2
06
06.2
07
08
09
10
11
Bukan Update !
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Bukan Update (2)
22
23
24
25
26
27
28
29
cast visual
30
informasi dan promosi
31
32
33
34
Bukan Update (3)
35
Bukan Update (4)
36
37
38
Koar-Koarr sebentar yukk..
39
40
41

42

463 16 1
By SyabrinaMaulidaPutri

Hai temen-temen JPB update lagi nih🥰
Jangan lupa meninggalkan jejak ya😘

🍃🍃🍃


Keesokan harinya rumah sakit sedang ramai dikarenakan ada kecelakaan tunggal sebuah rombongan bus di tol dekat rumah sakit.

Hiruk pikuk dan suara riuh para perawat yang panik berusaha untuk melayani pasien secepat mungkin agar pasien mendapatkan penanganan yang baik.

Sosok kekar tubuh laki-laki yang sedang duduk dan memejam kan matanya, tangannya tak pernah lepas dari genggaman gadis yang tengah terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit.

“Nak Satria.. bangun nak sarapan dulu dari kemarin sejak Nak Satria sadar belum makan” Bujuk Ummi Kia kepada Satria yang terduduk lemah dan membuka matanya perlahan.

Sejak Satria sadar dirinya belum makan, semua orang sudah mencoba membujuknya namun ditolak mentah-mentah. Mama Satria pun sudah membujuknya, tetap saja Satria menolak. Satria menghembuskan nafasnya pelan, lalu menatap Ummi Kia.

“Maaf Ummi, Satria bisa menahan lapar sampai berapa lama pun tapi tidak dengan melihat Kia seperti ini, Ummi” Keluh Satria dengan nada lemah.

“Ummi mengerti perasaanmu Nak, tapi setidaknya kamu harus makan bagaimanapun kondisi mu juga baru pulih Nak” Bujuk Ummi Kia mencoba memberi pengertian kepada Satria.

“Satria akan makan kalau Kia juga makan Ummi” Jawab Satria membuat semua orang yang ada di ruangan itu terdiam.

“Baik Nak, nanti kalo Nak Satria tinggal diambil saja ya Nak dimeja Ummi sudah siapkan ya Nak” Ucap Ummi Kia yang akhirnya menyerah membujuk Satria.

“Terima kasih Ummi” Ucap Satria dengan datar dan lemah.

Zidan keluar ruangan untuk mencari angin dan terduduk di taman rumah sakit sendirian. Isi kepala nya penuh memikirkan nasib sahabatnya itu, dia merasa tidak berguna saat ini ketika melihat kondisi sahabatnya saat ini.

Nana baru selesai menangani para pasien kecelakaan, dirinya tak sengaja melihat Zidan yang duduk terdiam di kursi taman rumah sakit. Nana melangkah mendekat kemudian mencoba memanggil nama Zidan.

Namun, tak ada jawaban dari Zidan hingga Nana berada di depan Zidan pun tetap diam tak bergeming. Tatapannya kosong, Nana merasa kasihan melihat yang seperti ini.

“Zidann…” Panggil Nana dengan pelan dan memegang tangan Zidan.

Zidan terkejut melihat Nana yang tiba-tiba berada disampingnya kemudian Zidan tersenyum melihat Nana seperti mencoba menutupi rasa sedihnya didepan Nana.

“Kamu kok bisa ada disini sihh sayangku, bukannya pasien lagi banyak ya” Ucap Zidan menunjukkan senyum merekah.
“Aku udah disini dari tadi, kamu aku panggil-panggil tapi ga jawab” Jelas Nana.

“Ohh maaf sayangku ya” Bujuk Zidan kepada Nana karena merasa bersalah.

“Gapapa kok, kamu lagi kepikiran Satria ya?” Tanya Nana dengan pelan dan sedikit ragu.

Zidan menghembuskan nafasnya dengan pelan dan menundukkan kepalanya.

“Aku tahu kamu khawatir dan kamu juga ga tega ngeliat Satria yang sekarang kayak gini. Tapi kamu harus semangat dan tegar biar Satria lebih semangat, aku juga tahu gimana rasanya jadi seorang sahabat yang merasa gagal menjaga sahabatnya sampe sahabatnya ga sadarkan diri di ranjang rumah sakit, tapi aku sadar kalo aku terus terpuruk terus menerus pasti bikin sahabat aku sedih jadi lebih baik aku semangat dan terus mendoakan yang terbaik buat sahabat aku” Keluh Nana dengan tatapan ke depan.
Zidan mendengarkan setiap ucapan yang terlontar dari mulut Nana, hatinya terenyuh mendengar semua ucapan Nana.

Senyum simpul terlukis di bibir Zidan kemudian dirinya menggapai tangan Nana dengan pelan dan mengusap secara perlahan. Nana menatap Zidan dengan senyum merekah.

“Kalo kita ga kuat buat mereka setidaknya kita tidak membuat sahabat kita sedih, cukup ribuan doa yang akan terbang disetiap sujudku nanti Allah akan kirimkan keajaiban yang luar biasa untuk kita yang selalu sabar dan kuat” Ucap Nana dengan senyumnya dan matanya berkaca-kaca.
Zidan merengkuh tubuh mungil Nana, mengelus lengan Nana untuk memberikan kekuatan.

Nana pun mengelus tangan Zidan, keduanya sama-sama saling memberikan semangat dan kekuatan masing-masing.

“Maka bersabarlah engkau (Muhammad), sungguh, janji Allah itu benar dan sekali-kali jangan sampai orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan engkau.” (QS. Ar-Rum Ayat 60).

*****

Di kantor polisi tempat Satria dinas didatangi oleh Pak Hendra papa Tania, beliau menjenguk anaknya dan sekaligus berdiskusi untuk membebaskan anak perempuan kesayangannya itu.

Suasana tegang terjadi di dalam kantor karena setelah melihat kondisi anak perempuannya Pak Hendra menjadi sangat terpukul dan merasa iba.

Haikal dan Aldi sejak dari tadi debat dengan Pak Hendra karena keduanya hanya mengikuti perintah dan juga prosedur yang sudah berlaku. Saat Aldi meninggikan suara nya para bodyguard yang dibawa Pak Hendra maju dan memasang badan.

Akhirnya Aldi pun tersulut emosi mengingat kondisi sang komandan dan calon istri nya yang sedang dirawat dirumah sakit akibat ulah dari Tania.

“Jangan hanya karna bapak membawa bodyguard seperti ini dan saya merasa takut, ini tempat kami bukan tempat bapak dan orang-orang bodoh ini” Teriak Aldi mengingatkan kepada Pak Hendra dan menekankan kata “bodoh” matanya melirik bodyguard Pak Hendra.

“Udah udah Al, semuanya ga akan selesai kalo pake emosi gini” Ucap Haikal berusaha menenangkan dan merangkul Aldi.

“Bukan gue duluan Kal, dia duluan udah tahu kesalahan yang diperbuat anaknya aja fatal sampe 2 korban masih mau bela yang salah pake acara bayar segala” Ucap Aldi marah kepada Haikal.

“Gue ngerti maksud lo Al tapi ga usah gini, kalem bro calm down, inget kata komandan” Nasehat Haikal kepada Aldi lalu Aldi dapat ditenangkan.

“Gue dari tadi udah nahan emosi gue karna gue menghormati yang lebih tua, tapi mereka-mereka ini yang bodoh” Ucap Aldi sambil menunjuk telunjuknya kepada bodyguard Pak Hendra yang sok jago sejak dari tadi.

“Lo berani? Jangan bacot doang ayok by one sama gue” Tantang salah satu bodyguard dari Pak Hendra.

“Ayokkk gue berani lu pikir gue takut sama badan gede lu, Hah?” Tantang Aldi dan langsung dicegat oleh Haikal dan anggota lainnya.

“Bawa dia masuk ke ruangannya” Perintah Haikal kepada anggota yang lainnya.
Aldi dibawa ke ruangannya oleh para anggota polisi lainnya.

Haikal sebenarnya merasa emosi karena Pak Hendra malah diam saja terhadap sikap anak buahnya itu seolah-olah dia mempersilahkan terjadi keributan di kantor nya.

“Pak Hendra sebaiknya kita masuk ke dalam ruang koordinasi untuk melakukan mediasi bersama kepala kami, kepala kami akan sampai di kantor 10 menit lagi.

“Hehh.. Okee” Jawab Pak Hendra dengan angkuh didepan Haikal.

Haikal menuju keluar kantor dan merogoh saku nya untuk menghubungi Zidan dan memberitahukan kejadian ini kepada Zidan.

Harusnya dia melaporkan kejadian ini kepada Satria sebagai komandan dalam tim nya. Tapi mengingat kondisi Satria yang tidak memungkinkan akhirnya Haikal memilih untuk menghubungi Zidan.

“Halo dan, kantor lagi ga beres. Pak Hendra papa nya Tania dateng kesini mau negosiasi bebasin Tania bahkan mereka rela bayar berapapun untuk bebasin Tania. Barusan Aldi hampir ribut sama anak buahnya Pak Hendra karna memang pada angkuh semua” Jelas Haikal kepada Zidan.

flashback on….

Zidan merengkuh tubuh mungil Nana, mengelus lengan Nana untuk memberikan kekuatan. Nana pun mengelus tangan Zidan, keduanya sama-sama saling memberikan semangat dan kekuatan masing-masing.

TriiiingggTriinggg

“Bentar ya sayang angkat telpon dulu dari Haikal” Ucap Zidan sambil menunjukkan panggilan masuk di handphone nya kepada Nana dan dijawab anggukan oleh Nana.

Setelah mendengar semua cerita dan penjelasan Haikal, Zidan menutup handphone dengan rasa amarah.

Kemudian dia mengajak Nana untuk ke ruangan Kia dengan langkah yang cepat sampai Nana merasa lelah mengikuti langkah Zidan.

flashback off…..


*****

Zidan masuk ke ruangan Kia diikuti Nana di belakangnya, semua mata langsung tertuju padanya kecuali Satria yang sedang menundukkan kepala nya sambil menggenggam erat tangan Kia.

“Tante, Ummi, Ayah, Zidan mau pamit dulu harus ke kantor karna ada urusan mendadak” Pamit Zidan kepada semuanya.

“Memangnya ada apa Zidan kamu sampe segitu nya?” Tanya Mama Satria melihat wajah Zidan yang sangat amat marah dan sedikit panik.

“Tantee…” Ucap Zidan nada lemah sambil menatap lekat mata Mama Satria.

“Apa Zidan kamu kenapa?” Tanya lagi Mama Satria kepada Zidan.

“Pak Hendra datang ke kantor mau negosiasi membebaskan Tania dan anak buahnya hampir ribut dengan Aldi salah satu anggota tim kami tante” Jelas Zidan takut-takut di depan semuanya dan reaksi orang terkejut dengan penjelasan Zidan kecuali Satria yang tetap menundukkan kepala nya.

Sebenarnya Satria mendengarkan semua percakapan mereka sejak dari awal sambil menundukkan kepala nya dengan mata terpejam.

Setelah mendengar ucapan Zidan, Satria tersulut emosi dan semakin mengeratkan tangannya pada Kia. Semua tak bergeming setelah mendengarkan penjelasan Zidan termasuk Nana yang ada di belakang Zidan.

Tiba-tiba saja ditengah keheningan yang terjadi Satria berdiri dari tempat duduknya dan bergegas keluar ruangan Kia dengan wajah marah dan mengepalkan tangannya erat.

Sontak semua orang panik dan memanggil namanya namun tak dihiraukan oleh Satria sedikitpun. Zidan berlari mengejar Satria yang menuju keluar rumah sakit.

“Halo, bawa semua anak buah dan pengacara lalu antarkan saya ke kantor polisi tempat Satria dinas sekarang juga” Ucap Mama Satria kepada orang seberang telpon lalu mematikannya.

Mama Satria pamit kepada keluarga Kia untuk mengurus kasus ini dan meminta doa agar diberi kelancaran serta keadilan untuk Kia. Ummi Kia menganggukkan kepala nya dengan wajah berharap agar masalah ini cepat terselesaikan.



*****
Zidan merasa takut melihat Satria yang terlihat sangat marah terlihat ketika dirinya melihat wajah Satria yang terus menatap kedepan jalanan dengan kepalan tangan yang begitu kuat seolah-olah dia tidak akan melepaskan mangsanya.

Kurang lebih 15 menit Satria dan Zidan sampai di kantornya, Satria bergegas turun dan melangkah menuju ruang koordinasi.

Setelah sampai di dalam ruang koordinasi semua mata terkejut melihat kedatangan Satria dengan perban yang menempel di tangannya, tentunya Pak Hendra merasa sedikit ciut ketika melihat Satria datang.

“Kamu salah membangunkan singa yang sedang tidur Hendra Herlambang dan jangan lupakan siapapun yang menyentuh perempuanku dia akan sengsara” Ucap dalam hati Satria sambil menatap marah wajah Pak Hendra.

Pak Hendra yang ditatap merasa terintimidasi dengan tatapan tajam Satria pada dirinya, dirinya tak pernah melihat seorang Satria semarah ini di depan orang banyak.

Satria duduk mendengarkan diskusi yang dilakukan kepala kepolisian dan juga Pak Hendra, hingga pada saatnya Satria diizinkan untuk mengemukakan suaranya yang membuat Pak Hendra marah namun tetap diam.

“Saya tidak akan memaafkan siapapun yang menyentuh calon istri saya dan saya akan membawa jalur ini ke hukum dan beberapa bukti-bukti teror yang dilakukan oleh baji**** itu kepada mama saya serta percobaan pembunuhan terhadap saya” Ucap Satria dengan tegas dengan menekankan kata “calon istri” dan “bajingan” sambil melirik mata Pak Hendra dengan rasa amarah.

Pak Hendra merasa kurang nyaman saat ditatap seperti itu oleh Satria, dirinya juga merasa marah karena sang anak perempuannya disebut baji**** oleh Satria. Anak buah nya yang mendengar hal tersebut juga marah dan akan melawan Satria namun ucapan Satria membuat mereka semua diam.

“Jangan membuat keributan disini semua sisi terdapat CCTV dan kalian akan dikenai sanksi berlapis akan kasus ini” Ucap Satria lalu tiba-tiba pintu terbuka dan memperlihatkan Mama Satria beserta anak buahnya yang membuat semuanya terkejut termasuk Satria.

“Saya sebagai korban teror juga tetap akan membawa jalur ini ke ranah hukum dan saya sudah melaporkan kejadian ini kepada Kapolri Pusat dan mereka bersedia mengawal kasus ini hingga selesai” Ucap Mama Satria dengan tegas membuat Pak Hendra semakin ciut.

“Jangan pernah main-main dengan saya Hendra” Ucap Mama Satria sambil menatap marah Pak Hendra yang sejak tadi terdiam.
Diskusi yang dilakukan telah selesai dan kesimpulannya kasus ini akan dibawa ke ranah hukum dan akan dikawal ketat oleh pusat dan pihak berwajib setempat.

Ditengah diskusi tadi, Nana terus menelpon Zidan namun tidak diangkat oleh Zidan dan di abaikan saja. Akhirnya Nana mengirim pesan kepada Zidan. Zidan terbelalak membaca pesan yang dikirim oleh Nana dan berlari mencari keberadaan Satria.

“Satriaaaaaa” Teriak Zidan dengan kencang dari kejauhan 10 meter yang melihat Satria duduk di halaman kantor.

Zidan berlari dengan menggenggam handphone nya dengan erat untuk ditunjukkan kepada Satria. Dia tidak peduli keadaan kantor yang gerimis dan banyak genangan air yang dilewati nya begitu saja.

“Satriaa, Kia udah sadar” Ucap Zidan memberitahu Satria yang langsung membuat Satria terkejut dan berkaca-kaca.
Zidan menunjukkan pesan yang dikirimkan oleh Nana.

Calon Ibu Anak-Anakku
Zidann, Kia udah sadar

flashback on….

Setelah sholat maghrib lalu sarapan Nana menggenggam tangan sahabatnya itu dengan erat tak lupa ucapan serta harapan yang selalu keluar dari mulutnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 19:00 suara adzan isya’ berkumandang dengan merdu. Nana mendengarkan dengan kepala menunduk.

Tak berselang lama setelah adzan isya’ berkumandang tiba-tiba Nana merasa kepala nya ada yang menyentuh dan mengelus secara perlahan.

Setelah sadar Nana langsung mengangkat kepala nya dengan cepat. Setelah melihat tangan siapa yang mengelusnya air mata Nana jatuh dengan deras mulutnya tak berhenti mengucap syukur.

“Kiaaaa” Ucap Nana dengan lantang dan menangis kencang lalu memeluk sahabatnya itu.

Orang yang sebut namanya itu pun tersenyum tipis melihat sahabatnya yang selalu setia disampingnya dan membalas pelukan sang sahabatnya.

Setelah itu Nana langsung menghubungi orang tua Kia yang sedang berada di Musholla rumah sakit tak lupa juga Mama Satria. Setelah itu mereka berdua mengobrol dengan senang dan Nana baru mengingat kalo dirinya belum mengabari Zidan dan Satria.

“Ishhh.. Zidan kemana sih dihubungi ga diangkat-angkat, chat pun ga dibales” Keluh Nana sambil mengomel di depan Kia, Kia hanya tersenyum.

Akhirnya Nana menyerah menghubungi Zidan tapi Nana tetap memberitahu Zidan melalui chat.

Pak Polisiku♥️
Zidann, Kia udah sadar


Setelah mengirimkan pesan Nana menutup handphone nya lalu melanjutkan obrolannya dengan Kia. Nana juga menceritakan bagaimana kondisi Satria saat ini, Kia merasa sedih namun tersenyum simpul.

flashback off….

_____________________________________________

Stay enjoy temen-temen jangan lupa komen & vote ya😘

-smptr🌻

Continue Reading

You'll Also Like

884K 13.7K 13
Syifana Fadilah putri,sosok wanita yang memiliki sifat keras kepala,ceroboh dan susah di atur.Di pertemukan dengan seorang Gus, namanya Reyhan Athail...
61.7K 2.9K 29
"Wanita itu suci, bagaikan sajadah. Karna, diatas wanita lah lelaki akan beribadah." Fatimah mengerutkan keningnya. "Maksudnya? Perempuan dijadikan s...
1.2M 87.2K 60
Seperti kata pepatah, berharap kepada manusia adalah patah hati paling disengaja. Hal itu pulalah yang dirasakan oleh Aisfa, mantan badgirl yang sed...
Hakim By ul

Spiritual

1.3M 77.8K 51
[Revisi] Kalian percaya cinta pada pandangan pertama? Hakim tidak, awalnya tidak. Bahkan saat hatinya berdesir melihat gadis berisik yang duduk satu...