Probably

De slay-v

5K 484 55

We are best friends since childhood. Fight? Definitely. Familiar? Yes! But could you love me? Probably ;) Mais

Prologue
P-1
P-2
P-3
P-4
P-5

Bonus Chapter

563 47 10
De slay-v

Aku selalu mendengar cerita tentang sepasang sahabat sejak kecil yang disaat mereka beranjak dewasa, keduanya akan saling jatuh cinta.

Oke bahasaku begitu menjijikkan. Ewh. Walaupun semua yang kukatakan diatas memang terjadi padaku, padahal aku tidak pernah menduganya, bahkan mengharapkannya pun tidak. Well, setidaknya sebelum aku menyadari perasaanku ini kepada Greyson.

"Jadi dia yang namanya Sara?"

Aku menoleh saat mendengar seseorang menyebut namaku. Tatapanku hanya tertuju ke satu orang--Jessie. Masih ingat? Dia gadis disekolahku yang maniak make up dan suka mencari keributan. Termasuk denganku. Big mistake, dude. Jangan pernah mencari keributan denganku karena kau akan menyesali perbuatanmu itu beberapa saat kemudian.

Mereka secara terang-terangan membicarakanku dengan sinis--padahal aku jelas-jelas ada didepan mereka. Bahkan jarak kami tidak sampai 1 meter!

"Maaf, bukan namanya membicarakan kejelekan seseorang dari belakang jika kalian melakukannya didepanku, for your fucking information," tegurku. Begitu halus namun sarkastik. This is me. Don't judge.

Jessie tertawa meremehkan, begitu pun teman-temannya yang selalu kuanggap peliharaan Jessie. "Lihat. Sebelumnya dia invisible namun hanya karena menjadi kekasih murid baru dia langsung sok seprrti sekarang. Apakah aku harus memberinya pelajaran?" sinisnya ketus.

"Ya, hajar dia, Jessie."

"Buat dia menyesal."

Dan mereka kira aku takut? Pft. No, darling. No.

"Maaf, waktuku akan terbuang sia-sia jika bersama dengan kalian. So ... Bye," ucapku ramah. Saat aku berjalan melewati mereka, Jessie malah menahanku dengan cara mendorongku hingga tersudut ke loker.

Dia menatapiku sinis. "Jangan belagu, Sara. Semula kau hanya seseorang yang tak terlihat disekolah ini. Jangan kira kau bisa seenaknya padaku hanya karena berpacaran dengan murid tampan itu," bisik Jessie tajam, sekaligus menusuk.

"Kalian tidak tahu kalau aku sangat suka menjadi "yang tak terlihat". Setidaknya aku tidak perlu berurusan dengan orang-orang macam kalian."

"Sialan kau!"

"Wow, apa yang terjadi disini?"

Aku menoleh saat mendengar suara Greyson. Dia berdiri tak hauh dariku dan Jessie. Greyson melirik Jessie dengan ekspresi tak senang. "Siapa kau?" tanya Greyson dingin.

Jessie memutar bola matanya malas. Ia melepaskan lengannya yang menahan leherku, lalu memutuskan berjalan bersama para "peliharaan"-nya tanpa berkomentar sedikit pun. Kemudian, Greyson mendekatiku. Ia mengajakku berjalan pulang ke rumah.

Sudah tiga bulan semenjak kami berpacaran, dan Greyson sudah tinggal dirumah keluarganya. Jaraknya tidak jauh dari rumahku. Hanya terpisah lima bangunan, dan aku sudah sampai dirumahnya. Makanya kami selalu berangkat dan pulang sekolah bersama. Kecuali kemarin--dia, Danny dan beberapa teman sekelasku (yang lelaki) nekat kabur memanjat pagar sekolah saat akan diadakan Ujian Bahasa Perancis. Kalau saja aku tidak memakai rok saat itu aku akan mengikuti jejak mereka (aku bersungguh-sungguh).

"Jadi ..." Greyson menggamit tanganku dan menggerakkannya ke depan ke belakang selama kami berjalan. "Apa yang dia lakukan padamu?"

"Hanya menganggapku berubah karena berpacaran denganmu. Sudahlah abaikan saja, dia memang idiot," kataku kalem. Aku menoleh saat merasakan genggaman Greyson ditanganku mengerat. "Tenang saja, aku bisa mengatasi mereka."

"Tapi tetap saja aku cemas, Bodoh," sindir Greyson dengan senyum mengejek. Tapi tidak bisa kusangkal bahwa senyumannya memang manis.

"Well," aku menjinjit padanya untuk mencium pipinya. Aku tahu dia akan malu sekaligus menyukai ini-- saat aku mencium pipinya. "Terima kasih telah mencemaskanku, Idiot."

Greyson tersenyum miring. Ia mencium punggung tanganku kemudian kembali berjalan. "Kau tahu, kita tidak bisa menggunakan kata "bodoh" dan "idiot" sebagai panggilan sayang."

"Itu unik."

"Itu kasar, My Lady. Jujur saja. Aku tidak suka memanggilmu bodoh padahal kau cerdik dan aku tidak suka kau memanggilku idiot disaat aku jelas-jelas normal dan tampan."

Mendengar ucapannya, aku tertawa. Aku memang tidak bisa berbohong kalau dia tampan. Apalagi dia memang normal. "Baiklah. Terserah padamu," aku melepas genggaman tangan Greyson saat kami tiba didepan rumahku. "Bye."

"Hm, aku masih mau bersama denganmu," rengek Greyson sambil kembali menggamit tanganku. "Apa dirumah ada Ibumu?"

Aku memandangi suasana rumahku yang sepi. Oh, aku teringat sesuatu. "Ibuku menemani Ayahku dinas ke Washington dan baru akan pulang besok."

"Great! Mari masuk," Greyson menyeretku memasuki rumahku sendiri. Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya.

"Aku ingin mengganti bajuku dulu," ucapku sembari berjalan menuju kamarku.

"Boleh aku ikut?"

"Ya dan aku akan menghajarmu setelah itu."

"Oke, tidak jadi. Aku akan menunggu disini."

***

Hari menjelang malam. Mom tahu Greyson ada dirumahku dan dia mengizinkannya menemaniku di rumah (menginap). Dia terdengar biasa saja. Mungkin karena sejak kecil, Ia memang sering menginap dirumahku dan kami tidur sekasur.

Itu dulu. Usia kami masih enam tahun itu pun aku nyaris tidak bisa tidur karena dia selalu menjahiliku.

Kini kami sedang menonton film. Film Safe Haven, tepatnya. Aku menyukai film ini, dan aku merasa tidak bosan walaupun sudah menontonnya berulang kali.

"Well," Greyson mendesah malas. Ia menoleh padaku yang masih fokus kepada film, "apa kau suka film ini karena ada adegan dewasa?"

"Apa?!" aku memukuli Greyson dengan bantal. Sontak dia tertawa. "Cerita ini bagus. Dia tetap mencintai perempuan itu walaupun merupakan seorang buronan polisi. Walaupun bukan buronan sebenarnya."

"Hm ... terserah."

Suasana semakin hening ketika adegan itu muncul. Aku menelan ludah. Sama sekali enggan menoleh kepada Greyson. Sial. Seharusnya aku menonton The Heat saja tadi. Kenapa aku harus menonton film ini saat bersamanya?!

"Aku akan mengganti filmnya kalau kau tidak menyukainya." bisikku dengan suara agak bergetar.

"Aku hanya tidak menyangka kau menyukai film dengan adegan--"

"GREYSON!"

Greyson terbahak. Ia melirik televisi yang masih menayangkan adegan tersebut. Sialan. Rasanya aku mau melempar TV itu dengan tongkat baseball tapi aku tidak mau Mom memarahiku keesokan harinya.

"Oke, aku hanya bercanda."

Aku menoleh. Greyson tersenyum lebar kepadaku saat menyadari jarak wajah kami begitu dekat. "Aku senang sekali menjahilimu karena wajahmu akan memerah saat marah. Dan aku menyukai ekspresi itu."

"Yang benar saja," aku memutar bola mataku malas. Kubenarkan posisi dudukku, dan ini malah membuat jarak wajah kami semakin dekat. Aku gugup sekali karena Greyson bahkan memandangi bibirku. Sial apa yang dia fikirkan? "Ada banyak cara lain selain membuatku marah."

"Yang benar?" Greyson mengangkat sebelah alisnya. "Apa seperti ini?"

Aku tahu kini wajahku merona malu saat tangan Greyson mengusap leherku, lalu pipiku. Sadar bahwa tebakannya benar, Ia tersenyum penuh kemenangan.

"Kenapa diam saja?"

Aku menahan nafasku saat Greyson berujar begitu lembut dan rendah. Ia memajukan posisi duduknya dan kini hidung kami bersentuhan. Ia tersenyum. "Aku mencintaimu."

Aku menatap matanya. Dia bukan tipe lelaki yang selalu bertingkah manis kepada pacarnya, sungguh. Dia jarang mengatakan hal itu padaku. Tapi dia menunjukkannya padaku melalui perilakunya. Dia selalu berusaha melindungiku dan menjagaku.

Jadi, mendengarnya mengatakan dua kata itu sanggup membuatku senang sekaligus malu.

"Kenapa tidak menjawabnya?" bisik Greyson lembut.

"Ti-tidak tahu," aku menunduk. "Aku malu, tahu."

Greyson nyengir. Ia tampak puas karena melihatku kalap begini. "Kuanggap itu sebagai ya."

Aku dapat merasakan jantungku semakin berdebar saat Ia menempelkan bibirnya padaku. Dengan perlahan dan lembut, Greyson mencium bibirku. Mengkulumnya dan melumatnya bergiliran. Dengan sedikit malu, aku membalas ciumannya sambil menahan dadanya karena Ia mendorongku hingga terbaring di atas sofa.

Selama beberapa menit, kami sama sekali tidak berhenti. Nafas Greyson terdengar berat seperti sesak nafas. Dugaanku dia akan melepas ciumannya pun salah. Dia terus melakukannya. Lama kelamaan pun aku membiarkannya, dan tanganku bergerak mengusap rambutnya sambil membalas ciumannya.

Aku melenguh kaget saat tangannya mengusap punggungku dari balik kausku. Saat tangannya menyentuh pengait bra-ku dan bergerak seakan melepasnya, aku langsung mendorongnya menjauhiku.

Kami saling bertatapan sambil mengatur nafas masing-masing. "Tidak boleh," tegasku. "Aku benar-benar akan menghajarmu jika kau melakukan itu."

Greyson tersenyum lebar. Aku kaget saat Ia menggelitiki pinggangku, dan spontan aku menjerit sekaligus meronta. Sialan dia tahu aku sama sekali tidak tahan jika digelitiki seperti ini!

"Greyson! Lepaskan aku! GAHH!"

"Tidak akan! Hahahah!"

"Lepaskan aku kalau tidak aku tidak mau menciummu lagi!"

"Fine!"

Aku tertawa puas saat Greyson duduk kembali disebelahku. Kubenarkan posisi bajuku yang berantakan karena tingkahnya. "Aku mau tidur. Dagh."

"Lalu aku tidur dimana?" rengek Greyson sambil mengikutiku berjalan ke kamar.

"Kamar tamu."

"Kau kejam sekali. Pacar macam apa kau? Lagi pula aku tidak akan berbuat aneh seperti di film tadi."

"Kau baru saja melakukannya tadi padaku."

"Tapi aku tahu kau menyukainya."

Tepat sekali. "Ayo cepat kalau kau mau tidur bersamaku. Aku sudah mengantuk." seruku berusaha cuek.
"Hahaha! Kuanggap itu sebagai ya."

Aku hanya bersungut kesal. Saat dikamarku, Ia langsung melompat ke atas kasurku yang berukura sedang lalu memeluk boneka-ku. Dengan setengah malu, aku berbaring disebelahnya namun dengan jarak yang agak jauh.

"Kau ini jauh sekali. Aku tidak akan macam-macam. Tenang saja!" sungut Greyson sebal. Bahkan kini Ia menarikku hingga tidur tepat disebelahnya.

Aku hanya diam. Apalagi saat tangannya mengusap rambutku lalu mencium pipiku. "Good night. Aku mencintaimu."

Tak hayal, aku tersenyum. Kucium pipinya lalu tidur dengan posisi miring menghadap ke dadanya. "Aku juga."

***

Palingan segini aja sih wkwk. Aku buat ini soalnya kemarin ada yang minta. Ya udah aku buatin ♥

P.s: ada Sara di multimedia. Dia diperankan Abigail Breslin :)

Bye bye @sekarvavirya

Continue lendo

Você também vai gostar

1M 84K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
459K 46.2K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
30.4M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
1M 62.9K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...