Kevin Huo's Proposal

By Liana_DS

836 157 43

Berkorban untuk pekerjaan tidak pernah ada dalam kamus Zhang Ling. Jika sebuah merek, proyek, atau fotografer... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57

34

3 2 0
By Liana_DS

"Aku akan tetap pulang. Akan kupikirkan bagaimana kepulangan ini tetap aman untukku, Kak Yang, juga proyek Fenghuang."

Feng Xiang ternyata betulan akan memberontak, batin Ling, masih belum lupa hitung-hitungannya kalau Xiang jadi pulang ke Fuzhou. Debar jantung Ling meningkat; gejolak di Kevin Huo selama ini tak terlihat karena tiga orang di puncaknya selalu bergerak berdasarkan arahan Yang. Bagaimana jika mereka terpecah?

Di sisi lain, Yang bukan dewa yang keputusannya baik dan benar untuk semua orang. Ling tahu ini sebab Xiang melanjutkan kata-katanya dengan mata berbinar indah.

"Ikutlah denganku ketika pulang nanti, Zhang Ling. Aku ingin mengenalkanmu pada kampung halamanku, pada keluargaku, karena kamu dan mereka semua sama penting bagiku saat ini."

Seperti orang bodoh, Ling mengangguk begitu saja dengan wajah memerah.

Feng Xiang tak pernah segembira ini ketika bekerja sesuai mau Feng Yang, jadi apa salahnya membangkang?

***

Lujiazui adalah kawasan dengan produktivitas tertinggi di Shanghai, maka wajar ada beberapa coworking space dalam pusat bisnis itu. Pengunjungnya bukan cuma pekerja-pekerja yang sudah mapan, melainkan para perintis bisnis dan mahasiswa yang menginginkan suasana kerja lebih santai di luar kantor. Dalam salah satu coworking space yang kasual itu, pada jam makan siang, Yang muncul dalam balutan kemeja Tang putih dan kardigan yang diikatkan melewati bahu, dipadu celana bahan hitam. Ia bergaya lebih santai hari ini untuk menyesuaikan suasana lokasi pertemuan—yang dipilih kliennya semata karena dekat dengan lokasi jadwal sang klien berikutnya.

Yang tidak membawa seorang pun bersamanya, merasa cukup 'mempersenjatai' diri dengan laptop, tablet, dan beberapa sampel majalah fashion di mana wajah duta Fenghuang terpampang. Senjata terpenting tentunya adalah kemampuan persuasi dan presentasinya; Yang cukup percaya diri di sana, tergambar dari kemantapan langkahnya menghampiri seorang wanita dalam salah satu bilik coworking.

"Lama tidak berjumpa, Direktur He."

Bibir Yang mengulas senyum, bukan karena betulan senang bertemu wanita paruh baya yang mengenakan setelan halter berwarna nude di depannya. Itu senyum bisnis, tetapi Yang mengulasnya dengan cukup baik sehingga tampak tulus.

Direktur He dan asistennya—seorang perempuan muda—berpaling pada Yang. Ketika asistennya tergeragap dan tersipu-sipu saat bersitatap dengan Yang, Direktur He hanya mengangguk balik tanpa minat.

"Boleh saya duduk?"

Sengaja Yang bersikap seolah-olah dirinya pihak yang lebih rendah dalam pertemuan ini, sampai mau duduk saja minta izin dulu. Direktur He memang seniornya, sebaya William Huo yang mewariskan perusahaan padanya, tetapi Yang dan wanita itu sekarang setara di dunia fashion-kecantikan Cina.

"Duduklah," Direktur He menyandarkan punggungnya dan menyilangkan lengan, "dan jelaskan mengapa aku harus mempertahankan kerja sama ini ketika banyak sekali desas-desus buruk tentang proyekmu."

Yang menarik kursi dengan kalem, duduk, lalu mengeluarkan 'senjata-senjatanya': tablet dan majalah fashion. Ia mengoperasikan gawai untuk menampilkan data yang menggambarkan animo masyarakat terhadap koleksi Fenghuang dengan mata lebih banyak fokus ke rekan bisnisnya.

"Dari percakapan kita kemarin di telepon, Anda masih mengkhawatirkan rumor tentang perlakuan buruk Kevin Huo terhadap para model, yang mungkin menimbulkan sentimen negatif terhadap proyek ini. Namun, engagement di media sosial kami menunjukkan bahwa publik masih mendukung Fenghuang, terutama setelah Zhang Ling kembali beraktivitas." Yang menggeser salindia di tabletnya, menampilkan beberapa tangkapan layar. Ia melanjutkan presentasinya, membuktikan bagaimana bias datanya amat kecil menggunakan tangkapan-tangkapan layar di luar media sosial Kevin Huo. Ia juga menyajikan data dari marketing sebelum membariskan sederet majalah fashion yang memajang wajah pasangan duta Fenghuang di sampulnya. Ling dan Xiang tampak sebugar dan semempesona sebelumnya, padahal Ling diketahui baru cuti singkat karena masalah kesehatan yang tidak diperinci.

Terakhir, Yang menampilkan berbagai usahanya dalam menjaga kesehatan para modelnya, bekerja sama dengan agensi masing-masing model. Sejak cuma bekerja dengan model pria, Yang memang tidak main-main memperhatikan kesehatan fisik dan mental para modelnya, sesuai pesan William Huo bahwa para peragawan bukan gantungan baju berjalan; mereka manusia seutuhnya, harus dijaga kesejahteraannya supaya dapat menyuguhkan yang terbaik dari Kevin Huo. Mungkin dalam dunia haute couture Cina, hanya Kevin Huo yang bersedia mengakomodir berbagai bentuk tubuh model ke dalam desain mereka selama para model ini tetap sehat tanpa tersentuh gangguan makan.

Direktur He manggut-manggut, tahu betul Yang menjalankan pesan William Huo dengan baik karena diam-diam selalu mengamati Kevin Huo di bawah direksi Yang.

"Tuan Huo Yuping belum pernah berhasil mewujudkan kerja sama besar Kevin Huo dan Tanglian Cosmetics meskipun sangat memimpikannya. Saya masih ingin mewujudkan hal tersebut." Yang memungkasi sesimpatik mungkin. "Ini bukan kali pertama Kevin Huo diembus angin kencang saat akan meluncurkan inovasi, tetapi bukankah semakin tinggi pohon, semakin kuat pula angin yang menggoyangnya? Sebagaimana sebelum-sebelumnya, kali ini pun koleksi kami tetap berdiri paling tinggi di antara puluhan guochao lain, bahkan bersaing dengan merek internasional.

"Seluruh Cina sedang menatap kami, Direktur He. Jika Tanglian Cosmetics bersanding dengan kami, tidakkah itu menjadikannya pusat perhatian pula? Lagipula, dengan dunia kecantikan sekarang banyak berkiblat ke Barat, saya rasa cuma Tanglian yang mampu mempertahankan identitas negeri dalam produk-produknya, sama seperti Kevin Huo. Jadi, Tanglian dan Kevin Huo cukup sevisi, kan?"

"Sejak pertama kali Huo Yuping memperkenalkanmu padaku sebagai penerusnya, aku tidak bisa membacamu dengan baik, Feng Yang."

Yang masih tersenyum, tetapi matanya menatap penuh tanya Direktur He. Sementara itu, asisten Direktur He bergeser gelisah, cukup peka untuk mengenali kejengkelan di bawah sahutan dingin sang atasan.

"Aku melihat kerakusan dan rasa percaya diri yang mengusik dalam dirimu. Tidak akan ada hal baik yang datang dari pemimpin semacam itu," ucap Direktur He tanpa tedeng aling-aling. "Kenyataannya, entah bagaimana, Kevin Huo berkembang pesat sejak kau memimpin, bahkan berhasil meluncurkan koleksi wanita pertamanya. Bersama perkembangan itu, memang banyak rumor santer terdengar tentang Kevin Huo, yang selalu kucemaskan akan menjadi awal kejatuhan perusahaan, tetapi itu tak pernah terjadi.

"Ada alasan mengapa angin berembus kencang ke Kevin Huo yang sekarang, Feng Yang. Huo Yuping sahabatku; aku tahu ia betul-betul membangun keluarga baru dengan orang-orang yang bekerja dengannya. Meskipun aku tidak tahu persis bagaimana kau memimpin, kau jelas tidak bekerja sepertinya, maka berhati-hatilah. Jangan sampai duri-duri kecil yang pernah kaupatahkan berkumpul jadi belati dan menusukmu dari titik buta."

Yang tidak segera menjawab. Ia terkenang suatu masa setelah William Huo meninggal, lalu nama Xiang mulai naik sebagai duta Kevin Huo dan Tian didapuk menjadi desainer kepala di usia belia. Semuanya tampak baik hingga ia mendengar isakan Tian di apartemen mereka, juga suara menenangkan Xiang.

"'Tidak ada anak penjahit yang bisa memimpin. Kevin Huo akan hancur dalam genggaman Feng bersaudara.' Aku sudah bermalam-malam tidak tidur untuk mengerjakan semua desain itu, menggunakan semua ilmu yang kupunya agar memudahkan para penjahitku, tetapi mengapa mereka menolak mengerjakannya sesuai mauku hanya karena alasan seperti itu?!"

"Marahlah, A-Tian, lalu lupakan itu semua. Kita bukan seorang Huo, maka suara-suara itu akan terus berdengung. Kalau tidak mengabaikannya, kau bisa gila."

"Bagaimana denganmu sendiri, Kak Xiang? Kalau kau minta aku marah, mengapa kau cuma diam? Orang-orang itu juga mengejekmu!"

"Sayang sekali, A-Tian, energiku sudah habis di fashion show Tiananmen kemarin. Lagipula, aku memang anak penjahit yang kebetulan cukup jangkung untuk jalan di runway, jadi ya sudah."

"Kau lebih hebat dari itu, Kak, lebih hebat dari yang mereka kira!"

Tidak ada yang melemparkan ejekan serupa ke muka Yang, tentu saja, karena ia berada di puncak tertinggi Kevin Huo saat ini. Seperti Tian, amarahnya juga membumbung saat mengetahui perbuatan staf-staf Kevin Huo kepada saudara-saudaranya, tetapi ia lantas hanya membuang napas perlahan dan berbalik ke kamarnya sendiri. Dimulai keesokan harinya, Yang menunjukkan 'taring'-nya di kantor. Toleransi kesalahan nyaris nol, berkurangnya waktu istirahat, dikeluarkannya satu demi satu orang yang pekerjaannya tak memenuhi standar Yang—orang-orang yang dulunya dipertahankan William Huo sebagai 'keluarga'—membuat sebutan-sebutan buruk pada Feng bersaudara semakin samar seiring dengan meningkatnya kualitas produk. Namun, di saat bersamaan, Yang menambahkan beban serupa, bahkan lebih besar, ke punggungnya dan kedua adiknya.

Kesempurnaan adalah tujuan. Rasa takut adalah jalan. Menjadi lunak akan membuka ruang untuk kesalahan; itu hal yang diketahui semua pemimpin. Yang yakin Direktur He juga sepaham ketika melirik asisten yang ciut di sebelah bos Tanglian Cosmetics itu.

"Nona Xiao," panggil Yang lembut, membaca tanda pengenal si asisten. Begitu saja, asisten muda itu memekik pendek dan mendongak, tetapi tetap tidak berani menatap Yang.

"Y-Ya, Direktur Feng?"

"Tolong jangan tegang. Minumlah airnya." Yang sendiri meminum secangkir kopi hitam yang ia pesan. "Saya dan atasan Anda toh hanya berdiskusi santai. Mengapa Anda terus mencatat?"

"Ah, itu ... supaya tidak ada yang terlewat ...." cicit si asisten, melirik sebentar-sebentar kepada Direktur He yang malah meneliti tablet berisi catatan si asisten. Yang tidak melewatkan tatapan menilai Direktur He itu.

"Hm, memangnya apa yang mungkin terlewat dari pembicaraan ini? Anda toh sudah merekam pembicaraan kami di ponsel." Kedua mata Yang terarah ke ponsel yang ditelungkupkan antara gelas air si asisten dan lepek kopi Direktur He. "Santai saja. Saya kira kalau Anda dibawa ke pertemuan ini, Anda pasti sudah dianggap keluarga kepercayaan oleh Direktur He. Sedikit kesalahan saja tak akan jadi masalah, kan?

"Seperti apa yang Direktur He dan mendiang Tuan Huo Yuping percayai, harusnya tak ada hierarki dan aturan yang sedemikian mengekang dalam sebuah keluarga. Pembatasan-pembatasan seperti itu cuma akan menimbulkan rasa permusuhan, yang pada akhirnya akan menjadi duri bagi sang pemimpin. Bukan begitu, Direktur He?"

Direktur He menatap sengit Yang. Siapapun tahu di dunia ini, sebuah hierarki bersifat mutlak dan batasnya harus tegas. Namun, William Huo tidak memimpin dengan cara itu, berlawanan dengan Yang—dan Direktur He sendiri. Yang membalikkan pernyataan Direktur He menggunakan Nona Xiao sebagai cermin, menunjukkan bahwa tangan dingin di balik suksesnya sebuah perusahaan kadang dapat berarti tangan besi yang membuat gemetar staf-staf di tingkat terbawah.

Kau sama denganku, He Yingying. Bagi kita, tidak ada ruang untuk kecacatan, maka kita sama-sama menanamkan rasa takut itu kepada siapa pun di bawah sayap kita. Jangan mendikteku atau kau akan menyesal.

***

Setelah bermenit-menit perang mental dan kopi tandas, Tanglian Cosmetics yang semula hendak memutuskan kerja sama dengan Kevin Huo akhirnya menjilat ludah sendiri. Puas dengan hasil pertemuan, Yang duduk di bangku penumpang mobil, lalu menyandarkan kepala ke headrest dan membuang napas keras. Meskipun berjalan lancar, bukan berarti pertemuan dengan Direktur He tidak membuatnya gugup. Ia tahu perempuan itu akan mengkritiknya, tetapi jika Kevin Huo terkendali dengan caranya, apa salahnya meneruskan sistem yang sekarang?

Sampul majalah fashion menyembul dari tas Yang yang terbuka sedikit. Iseng, Yang mengeluarkan majalah itu dan membacanya lagi. Itu adalah isu GINGER bulan ini yang memuat wawancara terbaru Ling dan Xiang. Senyum Xiang tidak lagi memuat kelicikan, murni sebuah kebanggaan ketika melihat kedua dutanya berpose—ya, kebanggaan itu tumben-tumben juga muncul untuk Ling. Akhir-akhir ini, mendengar nama Ling saja sudah memuakkan Yang, tetapi melihat betapa sempurna sosoknya bersanding dengan Xiang, rasa muak itu hilang seketika.

Kalau kau diam dan menurut, Zhang Ling, kau bisa jadi secantik ini.

Penelusuran Yang berhenti di satu sudut tanya jawab GINGER dengan Xiang.

GI: Mempersiapkan proyek besar pastilah menguras tenaga. Apakah Anda pernah berpikir untuk menyerah? Jika ya, apa yang membuat Anda terus bertahan?

FX: Bukan sekali-dua kali, saya sangat sering berpikir untuk menyerah. Namun, ketika salah satu outfit dari koleksi Fenghuang tergantung di depan mata, saya pikir betapa sayang bila karya seni ini tidak ada yang memamerkannya. Saya juga akan selalu teringat kakak dan adik saya, sosok kreatif di balik pakaian-pakaian ini. Betapa keduanya selalu bersikap suportif ketika saya berada di titik terendah. Ya, kira-kira keluargalah motivasi terbesar saya saat ini.

Jemari Yang menjepit tepian halaman majalah sampai kusut. Xiang pemuda yang jujur, tetapi sejak William Huo melihat potensinya sebagai model, ia belajar berbohong: membohongi kamera, orang lain, dan diri sendiri. Tekanan dari Yang jelas berkontribusi melipatgandakan kebohongan yang manis ini dari mulut Xiang.

Aku ingin mendukungmu sebagai seorang kakak, tetapi sebagai pimpinan Kevin Huo, hal itu akan melengahkanku dan menjatuhkan kita semua. Tidak, A-Xiang; kita tidak boleh kembali ke kehidupan yang buruk di mana orang menginjak-injak kita.

Sedikit lagi; setelah fashion show Fenghuang Collection, aku—

Pikiran Yang disela getar ponsel. Panjang umur; Xiang meneleponnya, tetapi haruskah di jam kerja begini? Sesuatu sedang terjadi.

"Ayo, kita pulang ke Fuzhou."

Xiang pasti bergurau, batin Yang. Ia baru saja mempertahankan kelangsungan proyek Fenghuang dan mempertaruhkan persahabatan William Huo-Nyonya He di atas meja kopi, lalu Xiang dengan seenaknya mengajukan libur?

Bisa saja ini sebuah kegawatan. Jantung Yang berdegup khawatir, terpikir orang tuanya, ketika menanyakan alasan Xiang.

"Meminta restu. Proyek Fenghuang sudah hampir mencapai puncaknya. Doa Ayah dan Ibu akan melindungi kita sampai puncak itu." []

Continue Reading

You'll Also Like

444K 14.6K 6
[[ CERITA DIPRIVASI ]] Ramelia pikir, semuanya akan mudah dan indah saat buah hati hadir di tengah pernikahannya dengan Pram. Suami dan anak, adalah...
351 73 7
seorang puteri korban ledakan bom menemui teroris dalang peledakan untuk merekam film dokumenter di penjara tempat si teroris dikurung.
171K 11.8K 55
Naksir bapak kos sendiri boleh gak sih? boleh dong ya, kan lumayan kalau aku dijadikan istri plus dapet satu set usaha kosan dia
2.5K 287 22
Pada akhirnya, Kita akan terluka oleh banyak hal tak terduga. Tak semuanya tentang cinta. -Langit Maja-