Meant 2 Be

By Monatulwardah

35 4 2

"Kamu adalah sosok sempurna yang Tuhan takdirkan untukku." More

Arina Dwi Angelistya
Hari Buruk Arin

Kode-kode Rahasia

16 1 0
By Monatulwardah

Apa benar yang orang-orang katakan tentang cinta itu buta? Tapi mengapa rasa sakitnya terasa begitu nyata. - Arin_dwi.

Kini Arin berada di kamarnya, ia sedang mendengar lagu milik Nadhif yang berjudul Penjaga Hati sambil mengerjakan tugas sekolah yang akan dikumpulkan besok pagi. Saat tangan Arin ingin mulai menulis, layar handphone-nya menunjukkan notifikasi video call dari Ghea-sahabatnya.

"Ada apa, Ghe?" tanya Arin setengah malas.

Bukannya menjawab, Ghea malah menangis di hadapannya. "Dih, kenapa lo!?" tanya Arin lagi.

"Gue putus sama Deri, Rin!" jawab Ghea sambil tersedu.

"Oh...gitu," jawab Arin cuek sambil mengerjakan tugasnya kembali karena tadi sempat terjeda.

"Kok lo gak ada empati sedikitpun sih ke gue, Rin!?" jawab Ghea geram. "Gue tuh lagi sedih tau gak sih!"

Arin menatap layar handphone-nya, "Huft...Lo tau gak, Ghe? Gue juga lagi dipusingin sama tugas, lo jangan berisik!"

"Jadi, lo lebih pilih kerjain tugas lo dan biarin sahabat lo ini sedih gitu, Rin? Jahat lo sumpah, gue kira selama ini kita sahabat!" ucap Ghea dramatis.

Arin memutarkan bola matanya malas. "Ya terus, mau lo apa, Ghea?" tanya Arin.

Ghea menghapus jejak air mata di pipinya, "Kita ke cafe, pokoknya lo harus temenin gue ngegalau! Gue jemput lo sekarang!" ucap Ghea.

Ghea memutuskan sambungan video call mereka, padahal Arin belum sempat menyetujui ajakannya.

***

Sekarang Ghea dan Arin sudah sampai di sebuah cafe, mereka memilih pojok cafe yang berhadapan dengan jalanan ibu kota yang sedang menampakkan kemacetan. Sesekali, Arin menyesap latte-nya untuk menenangkan pikirannya dari tugas-tugas yang hampir selesai ia kerjakan.

"Gue harus gimana, Rin? Gue masih keberatan ditinggal Deri gini."

Arin terkejut mendengar nada bicara sahabatnya itu. Biasanya Ghea selalu mengomel, tetapi kali ini rasanya Ghea benar-benar sakit hati karena Deri.

"Gue juga gak bisa apa-apa, Ghe," jawab Arin.

"Lo pasti udah ilfeel denger cerita gue, ya?"

"Nggak gitu, Ghe. Masalahnya setiap saran yang gue omongin gak pernah mempan buat lo!" sindir Arin.

"Gue sayang banget sama Deri, Rin. Lo tau, kan!±? Gue udah mati-matian ngejar dia, makanya selama ini gue jadi cewek bego apapun kesalahan dia selalu gue maafin. Gue lakuin semua itu, gue gamau kehilangan dia. Tapi kenapa dia seenaknya tiba-tiba minta putus gini sih!?" omel Ghea.

Arin terkejut mendengar pengakuan Ghea. Selama ini ia selalu menasihatinya jika hubungan Ghea dan Deri bermasalah, tetapi Ghea selalu mengabaikan omongan Arin, tetapi kali ini Ghea mau mengakui kebodohannya.

"Lo cantik, pasti banyak yang mau sama lo selain dia. Gue rasa, Ghe, semuanya yang lo kasih ke Deri itu udah lebih dari cukup. Lo jangan mau dibegoin sama cinta lo ke dia lagi. Tenang aja, idola lo-kak Seno baru putus juga tuh sama ceweknya, bisa lah lo pepet sedikit," ucap Arin.

"Beneran!?" tanya Ghea antusias. "Oke, liat aja besok," Ghea menghapus air mata yang membasahi pipinya.

Arin mengangguk mengiyakan, ia tidak ingin melihat Ghea bersedih lama-lama. Ia yakin, kali ini Ghea akan selamanya putus dengan Deri, kekasih yang selama ini Ghea banggakan di depan siapapun itu.

Ghea sudah lama mencintai Seno-ketua OSIS SMA Tunas Bangsa. Namun, saat itu Seno memiliki kekasih, yakni teman kelasnya sendiri. Saat itu Ghea merasa sakit hati, karena Seno pernah begitu perhatian kepadanya, tetapi Seno memilih cewek lain untuk dipacari. Ghea yang malang.

***


Pagi ini Arin menyusuri koridor sekolah, ia sengaja berangkat pagi-pagi karena hari ini jadwal piketnya. Arin berangkat sendirian mengendarai motor matic peninggalan papanya. Saat memasuki kelas, Arin terkejut melihat Seno sudah berada di dalam kelasnya.

Entah apa yang sedang Seno lakukan di sana, sudah jelas jika kelas itu bukan kelasnya. Remaja itu sedang duduk santai di atas meja sambil memandangi papan tulis di depannya. Mulutnya tengah sibuk mengunyah permen karet. Sikap Seno memanglah sama sekali tidak mencerminkan kepribadian seorang Ketua Osis.

"Kak Seno!? Ngapain di sini, kak?" tanya Arin menengok kanan-kiri.

"Syut...." Jari telunjuk Seno menempel di tengah bibir Arin, ia mengisyaratkan agar Arin tidak berisik.

Arin memundurkan kepalanya, berusaha agar jari Seno tidak mengenai bibirnya. "Kakak mau apa?" bisik Arin.

"Gue mau ketemu lo," jawab Seno menggoda.

"Dih...dasar playboy. Kalo mau cari mangsa, mending jangan gue deh, gue gak mempan dirayu-rayu gitu, kak!" omel Arin.

Jawaban Arin membuat Seno terkejut. Dari sekian banyaknya cewek yang ia dekati, hanya Arin yang menolaknya dengan mentah-mentah seperti ini.

Tidak lama dari itu, Ghea datang. Yap, benar. Arin dan Ghea satu kelas. Mereka kelas 11 IPA 1, sementara Seno sendiri kelas 12 IPA 3.

"Kak Seno!" Ghea heboh sendiri melihat idola di depannya. Ghea sempat ilfeel dengan Seno, tetapi karena ucapan Arin kemarin, ia sudah menghilangkan rasa kesalnya dengan Sang Ketos.

"Hey! Apa kabar, Ghe!?" tanya Seno. Setelah itu, mereka mengobrol panjang.

Padahal mereka sering ketemu, tetapi obrolan kali ini terdengar seperti orang yang baru bertemu setelah sekian lama.

Arin menepuk jidatnya. Ia mengabaikan obrolan Seno dengan Ghea. Ia mulai membersihkan sudut kelas. Sesekali Seno mencuri pandang ke arahnya, padahal Ghea sedang bercerita panjang tentang hubungannya dengan Deri kepadanya.

Kring...kring...kring....

Bel sekolah berbunyi, Arin dan teman-temannya sudah selesai membersihkan kelas sedari tadi. Seno pun pamit pergi keoada Arin untuk pergi ke kelasnya. Aneh? Iya, padahal ia mengobrol dengan Ghea-sahabat sekaligus teman sebangkunya.

Ghea tersenyum menggoda kepada Arin. "Cie...ada yang disukain most wanted nih."

"Apaan sih, norak lo!"

"Lo gak liat dari tadi dia natap ke lo mulu? Ngobrol doang sama gue, ngeliatinnya lu mulu dari tadi," goda Ghea.

"Nggak ah, kek yang apa aja. Lagian player kek dia gitu not my type," elak Arin sedikit salah tingkah.

"Gaya lo! Gitu-gitu juga ganteng, kan? Ya cuman minusnya itu aja sih, suka main cewek. Tapi, Rin, kata lo kan 'someone will changes when he find the right person' gitu, kan?"

"I-iya sih, tapi...ah udah lah jangan bahas itu."

***

"Ma! Arin pulang," ucap Arin membuka pintu rumahnya.

Sepi dan sunyi. Itulah suasana rumahnya saat ini. Arin mencari keberadaan mamanya sampai ke dapur sambil memanggil mamanya, tapi tidak ada sahutan sama sekali dari sang mama.

Akhirnya Arin pergi ke kamarnya, ia membuka sebuah bingkisan berbentuk persegi di atas meja belajarnya. Ia membukanya dengan perlahan. Bingkisan itu berisi foto kecil Arin bersama teman kecilnya yang bernama Sean.

Foto mereka diambil ketika satu hari sebelum Sean pindah ke Semarang. Awalnya mereka bertetangga, tetapi karena masalah pekerjaan ayah Sean, dengan terpaksa keluarga Sean pindah ke Semarang. Sampai saat ini, Arin belum mengetahui kabar tentang teman kecilnya itu.

Tidak lama dari itu, Arin mendengar suara sepatu memasuki rumahnya. Tidak salah lagi, itu pasti mamanya.

Arin segara merapihkan kembali foto itu, kemudian ia bangkit dari sana untuk menemui mamanya.

"Udah pulang dari tadi, Rin?"

Arin mengangguk sambil menyalimi punggung tangan mamanya. "Mama abis dari mana?"

"Dari rumah tante Gita. Oh iya, ganti baju sana, terus bersih-bersih. Nanti kita pergi ke  Showroom buat beli mobil kamu."

Jika anak seumurannya senang akan dibelikan mobil, tidak dengan Arin. Mamanya berjanji di minggu kemarin, jika omset dari toko Roti miliknya naik, ia akan membelikan Arin mobil.

Wanda— mama Arin. Bukan tanpa alasan ia ingin membelikan anaknya mobil. Cuaca di Jakarta akhir-akhir ini panas dan sebentar lagi akan memasuki musim penghujan, ia tidak mau melihat Arin kepanasan dan kehujanan pulang-pergi ke sekolah dengan motor matic kesayangannya.

"Mending uangnya ditabung aja, Ma, nanti juga kan Arin butuh biaya banyak buat kuliah," tolak Arin.

"Mobil juga dibutuhin, sayang. Buat biaya ke depan udah mama siapin, tenang aja. Mama gak mau lagi liat kamu kepanasan, kehujanan di jalan juga," ujar Wanda.

Arin terpaksa mengiyakan ucapan sang mama. Bagaimanapun juga ia tau, mamanya ingin yang terbaik untuknya.

Arin pergi ke showroom dengan mengendarai mobil mamanya. Arin hanya terdiam, melihat hal itu, mamanya membuka pembicaraan menanyainya bagaimana Arin hari ini di sekolah.

Arin hanya menjawab seadanya, ia bercerita tentang semua yang terjadi di sekolah. Termasuk saat di jam terakhir ia tertidur pulas karena penjelasan pak Wardi selalu membuat matanya menjadi ngantuk seketika. Tidak hanya Arin, beberapa temannya juga diam-diam ikut tertidur karena merasa didongengi. Cerita Arin membuat mamanya tertawa sambil menasehatinya agar tidak mengulanginya lagi.



Silahkan vote dan komentar
See u next part, guissz!!!
Thank u:))

Continue Reading

You'll Also Like

16.3M 545K 35
Down-on-her-luck Aubrey gets the job offer of a lifetime, with one catch: her ex-husband is her new boss. *** Aubrey...
259K 11.6K 44
When Americans turn 20, they become immortal- if they can afford it. Ilana is ready for her birthday so that she can become immortal and enjoy a wor...
4M 195K 101
โœ… "We always long for the forbidden things." ๐๐ฒ๐ฌ๐ญ๐จ๐ฉ๐ข๐š๐ง ๐ง๐จ๐ฏ๐ž๐ฅ โ†ฏ โš”๏ธŽ ส™แดแดแด‹ แดษดแด‡ แด€ษดแด… แด›แดกแด แด„แดแดส™ษชษดแด‡แด… โš”๏ธŽ ...
55.1M 1.8M 66
Henley agrees to pretend to date millionaire Bennett Calloway for a fee, falling in love as she wonders - how is he involved in her brother's false c...