My 2 little Stars (END)

Von Eiironeii

56.3K 3.6K 3.7K

season 2 dari buku I'm not Enigma. kisah Ann dan Alva masih belum berakhir. setelah kemunculan 2 malaikat kec... Mehr

Introduction
0. prolog
1. bad word
2. double attitudes
3. don't touch my sons
4. fireworks and kisses
5. jealous
6. hang out
7. fragile
8. sweet smell
9. blood spots
10. emosion
11. how they all changed
12. I hurt him
13. youre the one who gave this
14. different
15. something I don't have
16. family atmosphere
17. you're only mine, and me too
18. punishment
19. fake excuses
20. moon or name
21. mission accomplished
22. return
23. suspicion
24. what's wrong with you ?
25. not in line
26. till' he dies
27. childhood grudge
28. we don't like it
29. failures in the past
30. mango tree tragedy
31. reoccur
33. two striped
34. better to die than...
35. I only rejected you once
36. can I ask something ?
37. reason
38. who forbids it
39. lost: he goes
40. lost: I'm not angry
41. lost: just tell me
42. lost: I want to go home
43. lost: I'm sorry, Ann... 🌧️
44. lost: the sin of an Enigma
45. lost: deja-vu
46. lost: bad memories
47. lost: deleted history
48. lost: deleted history 2
49. lost: Enigma's executioner
50. lost: vicious circle
51. lost: feud
52. lost: he contacted
53. lost: is this about mark ?
54. lost: Alpha's disgrace
55. lost: why's your hand injured?
56. lost: I want to go home, like...
57. lost: prison
58. lost: I'm scared
59. lost: last memory
60. lost: fake history
61. lost: help me
62. lost: revealed
ending and fact!

32. you're selfish

571 50 99
Von Eiironeii

waktu sudah menunjukkan jam 5 sore, dimansion yang sama Ann hanya duduk diam dilantai ruang tengah bersama sikembar, sang Bunda dan Xici, mereka bermain bersama dua bayi kecil yang baru terbangun setelah tidur siang.

tapi berbeda dengan Ann yang tampak diam menatap kosong pada mainan kecil milik sikembar, ia melamun sambil membolak-balikkan mainan cube kecil sampai Xici menyenggol lengannya.

"kakak ipar, kok melamun sih ?"

Ann menggeleng pelan, "nggak papa, aku kedapur dulu ya, ohiya jajanmu masih ada kah ?, kalau ada aku mau minta."

"oh, ada kok, masih banyak di lemari seperti biasanya ya, eh kakak ipar nitip bawain permen juga ya." ucap Xici dengan senyuman kecil, Ann mengangguk sebelum akhirnya pergi kedapur.

tak lama Xici menoleh pada sang Bunda, "kakak ipar lagi berantem sama kak Alva ya ?, kok tumben diem mulu, kak Alva juga belum pulang dari tadi."

sang Bunda yang mendengar kebingungan Xici langsung tertawa kecil, "duhhh... Xici belum tau ya."

"eh, ada apa Bunda ?" tanya Xici penasaran ketika melihat senyuman itu, sepertinya ada kabar gembira sampai membuat sang Bunda tertawa senang.

"nanti sikembar punya adek lagi loh."

"ehh !, yang bener Bunda !?" tanya Xici dengan wajah terkejut, sang Bunda mengangguk kecil sambil mengangkat jari telunjuknya tanda diam, sontak Xici ikut menutup mulutnya.

"jangan bilang-bilang dulu ya, nanti biar Alva sendiri yang ngasih tau."

"siap Bunda, wahh Akhtar sama Ashter udah mau jadi kakak aja nih, Xici nggak sabar banget nanti mau liat dede bayi lagi, ohiya nanti kira-kira dede nya mirip siapa ya ?, Xici pengen banget ada yang mirip sama kakak ipar, pasti lucu deh..."

Xici terus berbicara tentang adik sikembar, kabar yang belum pasti itu cukup membuatnya sangat senang sampai terus membicarakannya, bahkan sang Bunda juga antusias dalam membahas hal ini.

namun disisi lain, Ann yang sedang ada didapur menunduk lesu didepan lemari jajanan milik Xici, ia lari kedapur bukan karena ingin memakan cemilan, tapi ia merasa tidak nyaman jika terus berdiam diri saat didekat sang Bunda dan Xici.

Ann duduk dengan perasaan malas di meja makan, ia mengambil handphonenya dan membuka room chat, nama Alva berada dipaling bawah karena ia jarang menghubungi pria itu, lagipula untuk apa menghubungi saat makhluk itu selalu didekatnya.

helaan nafas terdengar, Ann mengetik beberapa kalimat dengan malas pada Alva.

Ann: [10 menit nggak sampe rumah, nggak usah pulang sekalian.]

cahaya handphone itu langsung mati saat dimatikan, Ann mendengus pelan sambil meletakkan handphone itu malas, tapi tak lama layar handphone itu hidup lagi saat menerima pesan baru, dan itu dari Alva.

Alva: [oke.]

kening Ann berkedut kesal, hanya membalas 'oke' tanpa tambahan kalimat lagi, ia malah makin tidak senang membaca itu meskipun sudah hafal sikap pria ini, sampai ada pesan lagi yang muncul.

Alva: [tunggu dikamar.]

Ann bingung membaca itu, kenapa ia harus menunggu dikamar ?, apa pria ini hendak melakukan hal cabul lagi ?, tidak akan, tentu Ann tidak mau menurut begitu saja.

Ann: [ogah, nggak usah pulang !]

mengetik...

Alva: [tunggu di teras, sekarang.]

perasaan kesal tentu semakin memuncak, bisa-bisanya pria ini memerintah seenaknya seperti ini, tentu Ann tidak mau menurut dan memilih mengabaikan pesan itu, ia bersidekap kesal saat menatap handphonenya.

tapi Ann cukup penasaran kenapa tiba-tiba Alva memintanya menunggu di teras, padahal biasanya pria itu akan datang dan pergi sendiri tanpa meminta sesuatu.

merasa ada yang tidak beres Ann langsung bangkit dan segera menuju ke pintu utama, ia melewati ruang tengah dimana Xici dan sang Bunda berada, tentu mereka bertanya-tanya kenapa ia lari keluar.

tanpa memperdulikan apapun, Ann keluar begitu saja dari mansion dan berjalan ke teras sampai ke aspal kecil ditengah taman luas, cukup lama ia berdiri disana sampai mobil Alva terlihat.

raut wajah Ann berubah cerah saat melihat pria itu kembali, sampai saat mobil itu berhenti didepannya dan Alva keluar dengan wajah lesu, tanpa banyak bicara pria itu berjalan mendekat dan langsung memeluknya.

"kenapa ?" tanya Ann bingung, ia melonggarkan dekapan pria itu dan menatap wajahnya yang tampak pucat, bohong jika Ann tak khawatir, ia langsung menyentuh wajah dan kening pria itu.

"sakit ?"

Alva menggeleng, "nggak papa, temenin aku tidur sebentar ya, aku capek."

tanpa menunggu jawaban Alva langsung mengangkat Ann ketangannya dan berjalan menuju mansion, setelah menyerahkan kunci pada maid ia langsung pergi kelantai atas tanpa memperdulikan Xici dan sang Bunda disana.

"kak Alva lagi marah ya ?" gumam Xici cemberut.

"nggak kok, paling cuman kangen sama Ann aja." hibur sang Bunda sambil mengusap surai gelap Xici, gadis kecil itu diam sejenak sebelum mengangguk pelan.

tak berselang lama pintu utama terbuka lagi dan terlihat sosok Alza yang juga menggendong Nao ditangannya, tak seperti biasanya Alza diam tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"eh Bunda, Xici, selamat sore, kami udah pulang hehe." ucap Nao dengan senyuman kecil, tapi perhatian sang Bunda tentu terfokus pada Alza yang tak berbicara atau tersenyum.

"iya sayang, di kantor lagi banyak kerjaan ya ?, mau makan dulu sayang ?"

"nanti aja Bunda, ini mau istirahat dulu." balas Nao tersenyum kecil, tapi Alza hanya diam tak menoleh sedikitpun bahkan langsung pergi kelantai atas begitu saja.

tentu Xici dan sang Bunda kebingungan melihat Alza tampak lebih diam, sama persis seperti Alva biasanya.

"kak Alva sama kak Alza beneran kayak kembar kalau diem begitu." celetuk Xici cemberut, sedangkan sang Bunda hanya tertawa kecil.

---

sementara itu dikamar, Alva sudah tengkurap sambil memeluk erat tubuh mungil Ann yang bersandar pada headboard, pria itu seperti baru saja menguras tenaganya dan hanya menyisakan baterai lemah saat ini.

"habis dari mana ?" tanya Ann, tapi Alva tak menjawab dan hanya diam mengeratkan pelukannya.

"kalau aku tanya dijawab, habis dari mana ?" tanya Ann lagi.

tapi Alva masih diam dan justru mengeratkan pelukannya, tak lama ia mengubah posisi menjadi tiduran menyamping tanpa melepas pelukannya.

"habis berantem ?, ada yang ganggu ?" tanya Ann lagi sekarang ikut rebahan memeluk balik bayi besar ini.

"berantem sama siapa tadi ?, jangan bilang kamu nyenggol preman yang ganggu aku waktu itu."

"nggak bukan."potong Alva cepat.

"terus kenapa ?, jangan bohong ya, aku tau pasti ada apa-apa diluar, ngaku !"

Alva diam sejenak, "p-pemicu rut nya..."

"pemicu rut ?, oh yang dibilang sama Setan waktu-"

seketika Ann terdiam ketika merasakan hawa yang berbeda, hawa dominan menguar dari tubuh Alva dan langsung memenuhi ruangan itu, Ann sedikit terkejut merasakan perubahan yang sangat tiba-tiba ini.

"h-hei, kamu kena pemicunya ?, kok bisa ?"

Ann sedikit panik melihat Alva yang terlihat berusaha keras memendam rut nya, ia sadar alasan kenapa tadi Alva memintanya menunggu di teras, ternyata ini semua untuk menekan pheromonnya agar tak keluar ditempat terbuka.

tapi yang menjadi pertanyaan, kenapa tiba-tiba Alva terkena pemicu rut itu ?, apa yang terjadi saat diluar ?, pria itu meringis pelan dengan kening yang mengerut samar, nafasnya mulai berat dengan wajah yang terlihat sangat pucat.

"Ann, aku... aku nggak tau, aku cuman keluar tapi ada jarum, aku nggak ngapa-ngapain... aku-"

"hei, sini lihat aku, lihat aku." pinta Ann sambil menyentuh wajah Alva dengan kedua tangannya, "udah jangan ditahan, lepasin aja nanti baru ngomong, aku mana faham kalau kamu ngigo begini."

"tapi Ann, ini cuman rut palsu, ini cuman- umhh"

ucapan Alva terhenti saat bibirnya dibungkam dengan ciuman ringan, Ann menutup bibir pria ini tak membiarkannya berbicara lagi.

Alva terdiam menyadari keteguhan Ann yang tetap menciumnya meski tak dibalas, ia memejamkan mata beberapa saat sebelum membalas ciuman ringan itu.

netra semerah darahnya menyala seketika bersamaan dengan hawa dominan yang semakin pekat, tanpa memperdulikan apapun lagi, Alva menyerah pada rut 'palsu' itu.

---

"haaa~ minum dikit nggak ngaruh, sini 1 botol lagi." pinta Senta pada salah satu bartender disebuah bar, ia tersenyum kecil sambil terus menatap bartender itu dan sudah jelas itu adalah Renji.

"emm, tapi ini anda sudah minum 3 botol, saya takut anda mabuk."

"dihh suka-suka aku lah, lu disini cuman bartender ya, nggak usah ngatur-ngatur, kalau ada yang mau minum ya tinggal kasih aja napa, yang bayar juga aku sendiri, sini !" ketus Senta dengan wajah kesal.

Renji menghela nafas pasrah, mau tak mau ia mengambil 1 botol lagi sesuai permintaan pria itu, Senta langsung tersenyum senang melihat botol itu dibukakan dan diletakkan didepannya.

"saya mohon ini yang terakhir demi kesehatan anda."

Senta cemberut mendengar itu, "hmph, emang lu siapa pake nakarin minumku segala, aku bosen tau, gabut... mana kepalaku sakit lagi, gara-gara Alva tuh pake nendang pohon segala."

Renji terdiam mendengar itu, kepala sakit ?, dan Alva menendang pohon ?

"a-anda tertimpa pohon ?, maksud anda tuan Alva merobohkan pohon ?"

"anjir mana ada pohon gede sekali tendang langsung roboh, aku yang jatuh lah, mana tinggi lagi pohonnya, hmph... si Alva nggak mau tanggung jawab lagi, awas aja ntar ku sleding palanya kalo ketemu."

Renji menggeleng pelan sambil menyerahkan botol alkohol itu, sepertinya ia tau pohon yang dimaksud, ia sedikit terkejut mendengar Alva menendang pohon hingga menjatuhkan pria ini.

sepertinya Senta sudah membuat kelakuan baru, bisa dipastikan Alva menendang pohon karena terpancing emosi, sebab ia tau Alva tak pernah se-gabut itu.

"anda datang sendirian ?"

"iya, kenapa ?"

"tidak apa-apa." balas Renji menunduk pelan, tapi Senta tau bocah ini mengkhawatirkan keadaannya.

"aku mana pernah mabuk, paling yaaa... kalo mabuk ngew3 bentar juga kelar." ucap Senta dengan senyuman kecil dan tatapan yang berbeda.

sontak Renji terkejut mendengar itu, tentu ia faham maksud pembicaraan ini, "umm, tapi saya masih harus bekerja sampai pagi."

"hahah, tenang aja... aku nggak akan mabok, masa iya baru segini udah mabok, lu kira aku selemah itu apa, kalo lagi gabut juga dulu aku suka minum, yaa sambil main sama pelacur murahan lah ya,

tuhh lu liat kan yang di tiang sama yang dipojok, aku pernah nyewa mereka beberapa kali waktu gabut, mereka terlalu murahan sampai mau dibayar kecil demi bisa main sama 'master R',

yaa aku nggak masalah asal ngew3 sepuasnya, toh nggak ada ruginya juga, dan mereka rela begitu demi reputasi doang hahah, kenapa nggak sekalian jual diri terus di mark aja biar sekalian jadi budak, toh sama aja cuman dateng kalo ngew3 doang."

Senta terus berkicau bercerita ini dan itu tentang pengalamannya dalam dunia kotor, Renji hanya diam mendengar setiap cerita pria ini, ia tau maksud Senta membicarakan hal ini hanya ingin menghapus keraguannya tentang mabuk.

tapi disisi lain Renji juga merasa tidak nyaman ketika mendengar itu semua terlebih soal pelacur, apakah pengalaman membuat pria ini mampu berbicara dengan sangat ringan, dan ini seperti Senta sedang membanggakan pengalaman itu sendiri.

ada denyut samar yang terasa nyari didadanya, meski Renji tau ia tak memiliki hubungan apapun dengan pria ini diluar mark, tapi entah kenapa ia merasa sedikit sakit, terlebih kalimat terakhirnya...

kenapa nggak sekalian jual diri terus di mark aja biar sekalian jadi budak, toh sama aja cuman dateng kalo ngew3 doang.

jadi... sekarang ia sama seperti budak s*ks, begitu ?

"oyy, kenapa bengong ?" tegur Senta tiba-tiba, sontak Renji tersadar dan langsung gelagapan sendiri.

"eh m-maafkan saya, saya hanya tidak enak badan."

Senta diam sejenak, "hmm kayaknya itu gara-gara perubahanmu deh, biasanya kalau second gender berubah gitu aja, tapi badanmu perlu waktu buat berubah, harusnya lu udah punya rahim kan sekarang,

jangan kerja yang berat-berat dulu, cukup duduk diem disini aja udah bagus." jelas Senta sambil menatap perut bagian bawah Renji, tak lama ia merogoh sakunya lalu mengeluarkan sebuah benda kecil, testpack.

"aku baru keinget, coba deh kapan-kapan lu cek, takutnya malah jadi, ntar kalo positif tinggal lu gugurin aja, lu harus cek sendiri soalnya aku nggak bisa nebak, biasanya kalo cuma beta atau omega, sikap mereka bakal berubah kalo dapet benih Enigma karena kalah dominan,

tapi kalau Alpha yang berubah kayaknya agak susah diliat, soalnya lu pernah punya dominasi besar sebagai Alpha jadi kemungkinan sikapmu berubah itu kecil." sambung Senta lagi.

Renji terdiam, ia mengangguk kaku, tangannya gemetar saat mengambil testpack kecil itu, ia sangat terkejut mendengar ucapan Senta yang memintanya menggugurkan dengan semudah itu jika tiba-tiba positif.

diluar resiko mark, apakah pria ini tidak memiliki pasangan karena tidak menginginkan tanda positif itu ?, apakah sebenarnya Senta membenci anak kecil ?

"ahh dahlah, aku mau nyewa room private, aku mau tidur bentar kamu yang urus ya, kalau udah selesai ntar dateng ke room ku, jangan kelamaan jangan telat ya."

Renji mengangguk kaku menatap punggung Enigma itu, meski ia tau mark yang ada dilehernya murni hanya kecelakaan tanpa ada perasaan, tapi apa yang membuat dadanya terasa sesak sekarang ?

---

hari sudah menunjukkan pukul 10 malam, dikamar yang sama Ann duduk bersandar pada headboard, tatapannya tertuju pada sosok Alva yang sudah terlelap dalam tidurnya.

Ann mengusap surai gelap pria itu, wajah damainya benar-benar terasa berbeda dari biasanya, tak pernah ia melihat wajah yang terasa memiliki banyak beban itu, ditambah rut 'palsu' yang muncul karena pemicu rut.

Ann masih bertanya-tanya apa yang sudah terjadi diluar ?, bukannya Alva hanya keluar untuk membelikannya salad buah saja, dan hanya ada satu tempat yang selalu dikunjungi, supermarket.

namun ia tak tau apa yang terjadi saat di supermarket, apakah ada yang menyerangnya ?, tanpa basa-basi Ann membuka handphone dan mencari tahu berita terkini, tapi tak ada berita apapun, apakah Alva sempat pergi ketempat lain ?

raut wajah Ann langsung berubah seketika, tak pernah sekalipun ia mendengar Alva bercerita tentang apa yang menjadi beban pikirannya, bahkan saat terjadi hal ini, ia ragu Alva akan mengutarakan dengan jujur apa sudah yang terjadi saat diluar.

dalam benaknya ada rasa takut jika suatu saat Alva akan pergi lagi dan terlibat hal berbahaya seperti terakhir kali saat pria ini pamit untuk pergi sebentar tapi nyatanya Alva malah tak kembali sampai diduga meninggal, jelas ia tak mau terjadi hal yang sama.

meski hubungan mereka sudah sangat jelas dalam keluarga besar ini, tapi tetap ada hal lain yang membuat Ann meragukan arti kehadirannya, apakah sebegitu sulitnya membagi sesuatu untuk dihadapi bersama ?

Ann menghela nafas pelan saat menatap Alva, ia masih mengusap surai pekat dan wajah penuh keringat itu dengan tatapan sendu.

Ann menatap sosok pria itu sambil menggumam pelan, "aku tau kamu nggak mau aku dalam bahaya kan ?, tapi kamu malah terjun bebas sendirian,

kamu... egois ya, suka banget bikin orang lain khawatir, Alva."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
to be continued...

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

6.3K 450 6
menjadi korban salah target dari seorang psikopat berdarah dingin bukanlah hal yang menyenangkan, terlebih ketika Raka yang menjadi korban itu dibiar...
218K 21.4K 51
Namaku Yuki, ceritaku ini mungkin akan fokus pada teman masa kecilku Haru. Masa-masaku dengannya, sampai saat dimana mimpi buruk mulai menghantuiku. ...
49.2K 4.7K 21
Bagaimana jadinya jika seorang pembalap liar menikah dengan pria bipolar ? START : 5 February 2023 FINISHED : 16 February 2023 🏅Highrank #2 in avoc...
312K 25.4K 28
••Alethea Andhira Gadis cantik yang memiliki kehidupan sederhana. Sosoknya yang cantik tidak membuatnya memiliki banyak teman karena status sosialnya...