After Sunset

De lexjulia

6.1K 3 0

Sequel cerita dari "Namaku Maira" yang aku tulis di noveltoon. Cerita kali ini adalah tentang sudut pandang d... Mai multe

1 [Frame]
2 [Sunflower]
3 [Wind]
4 [Summer]
5 [Shrivel]
6 [Summer End]
7 [Chance]
8 [Deleted]
9 [Black Rose]
10 [Is It]
11 [Her]
12 [Red Lips]
13 [Begin]
14 [First]
15 [Second]
16 [Third]
17 [Mine]
18 [Forgotten]
19 [Sweet of her]
21 [Just Began]
22 [After Birthday]
23 [The Night]
24 [Promises]
25 [Dina]
26 [Her Smile]
27 [Happiest Day]
28 [Zahra]
29 [Tea Time]
30 [Signature]
31 [Silly Student]
32 [Telenovela]
33 [Graduated]
34 [Declined]
35 [Kids]
36 [Celebration]
37 [Growth]
38 [End Of Moment]
39 [Fallen Tree]
40 [Before Everything]
41 [Candlelight]
42 [Fairless]
43 [Betrayal]

20 [Care]

103 0 0
De lexjulia

Hubungan manis, sekaligus di warnai dengan sentuhan panas, sudah dimas jalani dengan maira selama hampir lima bulan.

Banyak yang mengatakan bahwa masa manis berpacaran hanya akan berjalan selama tiga bulan. Setelahnya akan mulai membosankan, tapi itu tidak berlaku untuk hubungan yang dimas miliki dengan maira.

Setelah tiga bulan, masa pacaran dimas dengan maira malah semakin naik level.
Bukan hanya untuk hati dimas yang semakin yakin, kalau dimas akan membawa maira kelak menjadi istrinya, tapi juga untuk willy.

"Jangan pernah nyerah sama aku ya", ujar dimas satu bulan yang lalu pada maira di plengkung gading, sambil mengecup kening maira.

"Iya", jawab maira saat itu.

Pertengkaran pertama yang dimas mulai dengan maira, berakhir dengan willy yang menumpahkan isinya. Willy bahagia, dan dimas semakin mencintai maira setiap harinya.
Pertengkaran kecil, perdebatan, tidak membuat hubungan mereka pudar, malah menjadi semakin kuat.

Dimas juga memberikan duplikat kunci kamarnya untuk maira, supaya maira bisa bebas kapan saja, keluar masuk kamar dimas, meski dimas sibuk di studio.

Rabu pukul delapan pagi, dimas yang baru saja pulang ke kos, setelah menginap semalam di kampus untuk persiapan tugas akhirnya, tidak bisa membuka pintu kamarnya. Ada kunci yang menggantung di handle pintu dalam kamar, dimas lalu mengetuk pintunya, dan maira yang membukanya dengan wajah pucat.

"Kamu kenapa sayang", tanya dimas dengan rasa khawatir.

Maira kembali ke dalam selimut, dan mengabaikan pertanyaan dimas. Dimas kemudian menutup pintu kamarnya, dan membuka tirai jendela supaya cahaya matahari bisa masuk ke dalam kamarnya.

"Silauu", teriak maira dengan lirih.

Mendengar suara lirih maira yang terdengar seperti kesakitan, dimas langsung kembali menutup tirai jendelanya.
Kamar kembali gelap gulita, dan secara pelan dimas berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci tangannya. Setelahnya dimas menyusul maira masuk ke dalam selimut.

"Kamu kenapa, kok tangan sama kaki kamu dingin banget", tanya dimas dengan lembut.

"Period", jawab maira dengan lemah.

"Apanya yang sakit", tanya dimas lagi.

"Semuanya", jawab maira.

"Mau di beliin obat nggak, atau mau di beliin apa buat ngurangin rasa sakitnya", tanya dimas lagi.

Maira tidak menjawab dimas, dan memilih untuk meraih tangan dimas dan meletakkannya di bagian perut bawah milik maira. Kelegaan terdengar dari nafas maira begitu maira meletakkan tangan dimas.

"Tolong sepuluh menit lagi beliin bubur kacang ijo, tadi aku udah ke sana, tapi kata masnya belum mateng, sama beliin kiranti yang rasa original ya", pinta maira dengan matanya yang tertutup.

"Iya", jawab dimas, kemudian dimas mengecup rambut maira.

"Dimas belum mandi ya pagi ini", tanya maira lagi.

"Belum, semalam nginep di studio, ini juga baru pulang, bau ya", ujar dimas pada maira.

"Iya, bau matahari sama bau sangit", jawab maira.

"Yaudah aku mandi dulu", ujar dimas sambil mulai beranjak dari tempat tidurnya.

"Jangan pergi", rengek maira.

"Yaudah iya", ujar dimas dengan sabar, dan kembali memeluk maira.

Saat mengelus rambut maira, dimas bisa merasakan rambut maira basah karena keringat, meski ac di kamarnya sudah sangat dingin.

Begitu sepuluh menit terlewati, dimas mencium pipi maira, lalu berbisik ditelinga maira "I love you", sebelum dimas beranjak untuk keluar membelikan pesanan maira.

"Jangan lama-lama ya", pinta maira yang masih berjuang menahan rasa sakitnya.

"Iya sayang", jawab dimas dengan lembut.

Begitu sampai di luar kamarnya, dimas langsung bergegas membeli bubur kacang hijau terlebih dahulu, kemudian pergi ke minimarket yang tidak terlalu jauh dari rumah kos dimas.
Dimas membeli kiranti untuk maira, dan menambahkan pembalut yang biasa maira pakai.

Setelah semua pesanan maira dimas dapatkan, dimas memacu motornya sedikit ngebut untuk sampai kosnya. Dimas kemudian membantu maira untuk duduk begitu dimas kembali ke kamarnya.

"Dimas udah makan", tanya maira yang masih memegang perut dengan wajah pucatnya.

"Udah sayang, mau aku suapin", tanya dimas balik.

"Enggak makan sendiri aja", jawab maira.

"Yaudah aku mandi dulu ya", ujar dimas, dan dijawab anggukan oleh maira.

Dimas mandi secara kilat, karena dia sangat khawatir dengan kondisi kekasihnya.
Selesai mandi, dimas menunggu maira yang belum menghabiskan bubur kacang hijaunya. Dimas lalu mengusap rambut maira, dan membawa maira kembali tidur di peluknya yang wangi setelah maira enggan menyelesaikan sarapannya.

Dimas yang baru tidur dua jam, dan maira yang masih merasakan nyeri di perutnya, membuat keduanya tertidur lelap.
Meski handphone keduanya bergetar terus menerus, tapi tidak membuat keduanya langsung terbangun.

Dimas baru terbangun setelah merasakan pipinya di kecup berulang kali. Begitu dimas membuka matanya, dimas melihat maira yang ada disampingnya, sudah kembali dengan rona wajahnya yang memerah.

"Udah enakan", tanya dimas sambil melingkarkan tangannya di pinggang maira.

"Udah", jawab maira, kemudian maira menarik dagu dimas, dan mencium bibir dimas.

"Makasih sayang", ujar maira lagi setelah melepas ciumannya.

"Jam berapa ini", tanya dimas masih dengan mata terpejam.

"Jam dua", jawab maira.

"Kamu nggak berangkat kuliah", tanya dimas pada maira.

"Aku sakit sayang, masa di suruh berangkat kuliah", protes maira sambil cemberut.

Dimas hanya tertawa kecil lalu mencium pipi maira.

"Jadi seharian bolos dong kuliahnya", tanya dimas.

"Nggak kok, tadi pagi udah masuk kelas, terus nggak kuat, akhirnya ijin pulang", jawab maira.

Sambil memeluk dimas, maira mengeluh kalau dia sudah lapar lagi.

Rasa sayang yang dimas miliki untuk maira, membuat dimas tidak punya pilihan lain, selain memanjakan maira, dan menuruti kemauannya.

"Nggak pakai mie ya, baksonya aja, jangan lupa teh pucuk dinginnya dua", ujar maira yang masih dibalik selimut, sambil melihat dimas memakai topinya.

"Mau ice cream juga nggak", tanya dimas dengan penuh rasa sayang.

"Boleh, tapi yang rasa vanilla ya", pinta maira.

Dimas tersenyum, lalu keluar dari kamarnya untuk menjadi kekasih siaga yang menyayangi pacarnya.

Dimas menemukan sisi maira yang baru saat maira dalam masa menstruasi.
Maira menjadi luar biasa manja, dan tidak mau bergerak sama sekali. Dimas juga harus menyuapi maira makan baksonya, sambil mendengar maira yang ngoceh tiada henti.

"Ambilin tissue", pinta maira yang masih makan ice creamnya sambil menonton film di tempat tidur dimas.

Jangkauan kotak tissue, jauh lebih dekat dari tempat maira duduk, tapi maira enggan bergerak.
Dimas yang ada disamping maira sambil mengerjakan design dengan laptopnya, akhirnya meletakkan laptopnya dan mengambilkan tissue, yang seharusnya bisa maira jangkau hanya dengan mencondongkan tubuhnya ke depan.

Belum sempat dimas mengulurkan tissue untuk maira, maira sudah memberi kode, meminta dimas untuk membersihkan ujung bibir maira yang terkena ice cream.

"Jilat aja", ujar dimas, tersenyum sambil menyipitkan matanya, karena mulai jengkel dengan sikap maira.

"Nggak mau lengket", jawab maira dengan manja.

Dimas kemudian mengelap ujung bibir maira, dan mengecupnya.

Baru saja dimas meraih laptopnya kembali, maira sudah meminta untuk di ambilkan minum. Dimas kemudian menghembuskan nafasnya dengan keras, lalu mengambilkan minuman untuk maira.

Dimas mengulurkan minumannya, tapi maira memberitahu dimas kalau tangannya penuh, yang kanan memegang tissue, yang kiri memegang ice cream.

"I love you", ucap dimas sambil menahan rasa jengkelnya.

"Untungnya pacar aku ini cantik dan menggemaskan, kalau nggak udah ku siram air", lirih dimas.

Meski maira mendengar ucapan dimas, maira hanya tersenyum senang, tanpa perasaan berdosa sama sekali.

"Ada lagi nggak", tanya dimas, setelah membantu maira meminum air putihnya.

"Nih udah selesai", ujar maira sambil menyerahkan kotak ice cream vanilla yang sudah habis seluruhnya, dan tissue kotor yang maira pakai untuk mengelap tangannya.

Dimas kembali ke samping maira, setelah membuang sampah, dan maira langsung menyandarkan kepalanya di pundak dimas.
Dengan suara manja, maira meminta dimas untuk mengusap lengannya.

Menghadapi maira di hari pertama menstruasinya, bukan hal yang baru untuk dimas. Ini adalah kali ketiganya, yang pertama jauh lebih parah, tapi meski dimas jengkel dengan sikap manja maira setiap menstruasi, dimas tidak pernah lepas kendali dengan memarahi maira.

Dimas menerima semua sikap maira dengan rasa sayang, karena maira sangat layak untuk mendapat perhatian penuh dari dimas saat maira sakit. Bagaimanapun, maira sudah menjadi makhluk hidup yang sangat berharga untuk dimas.

***

Continuă lectura

O să-ți placă și

460K 27.1K 44
The story continues to unfold, with secrets unraveling and new dangers lurking in the shadows. The Chauhan family must stay united and face the chall...
4.1M 170K 63
The story of Abeer Singh Rathore and Chandni Sharma continue.............. when Destiny bond two strangers in holy bond accidentally ❣️ Cover credit...
3M 115K 32
"Stop trying to act like my fiancée because I don't give a damn about you!" His words echoed through the room breaking my remaining hopes - Alizeh (...
4.7M 299K 108
What will happen when an innocent girl gets trapped in the clutches of a devil mafia? This is the story of Rishabh and Anokhi. Anokhi's life is as...