Secret Admirer |Gofushi💙💚|

By Yunyun0864

1.4K 156 9

Sudah satu bulan berlalu sejak seorang Gojo Satoru yang terhormat, terkenal akan harta, kejeniusan dan ketamp... More

1. Fans Rahasia ?
2. Nobara Bibi yang Baik.
3. Anonim-san dan Bekalnya. Hari Pertama.
4. Nanami! Sejak kapan kau kenal Gumi!
5. Nanami : Cukup Lama,Aku Bahkan Bisa Menggendongnya.
6. Susu Megumi.
8. Kanzashi.
9. Yuuji Anonimnya?!
10. Detektif
11. Date (1)

7. Salah Paham.

99 12 0
By Yunyun0864

Disclaimer : Jujutsu Kaisen oleh Gege Akutami Sensei. (Pinjem bentar🙂)

Fanfiction oleh : Yunyun.

Pair : Gojo Satoru x Fushiguro Megumi. .

Genre : Romance, Drama, Alternate Universe, BL, School Life, (ingin kumasukkan komedi tapi aku payah dalam bumbu humor dan komedi🥲)

⚠️ : Out of Character (Khususnya Megumi 😂). Juga, beberapa komentar vulgar akan muncul di tengah-tengah narasi. Jadi, jangan terkejut. Sedikit SuguShoko & ItaNana.

FF ini terinspirasi dari : Gofushi AU "Secret Admirer" dari Kak Wiona @tokkwi di Twitter X.

(Aku sudah dapat izin, kunjungi Twitter X dan baca semua gofushi au miliknya, ceritanya bagus-bagus 😭)

(A/N : untuk sebuah kepuasan pribadi(⁠ ⁠'⁠◡⁠‿⁠ゝ⁠◡⁠'⁠))
.
.
.
.
.
==================================

Di ruang kelas yang diselimuti sinar mentari yang lembut. Senyum manis Megumi masih terpatri, memancarkan aura hangat yang bersahabat. Wajahnya yang cantik, masih berseri sendari pagi tadi. Semburat merah merona, masih menghiasi pipi Megumi, tersamarkan oleh semburat cahaya mentari. Angin pagi berhembus menyelinap melalui jendela, membelai surai runcing Megumi yang halus. Bunga-bunga merekah indah, bukan hanya di taman sekolah, namun juga di hati Megumi, mekar merekah kian membuncah.

Permatanya yang indah terpejam, tersembunyi dibalik bingkai bulu mata lentik yang halus. Seolah melindungi permata langka itu, menyembunyikan gambaran jiwa hati Megumi. Jemari Megumi yang cantik menari-nari dengan lembut diatas buku pelajaran dan catatan miliknya. Mengikuti irama dari melodi yang keluar dari mulut indahnya. Senandung serenade yang harmoni, senandung lagu indah yang berlantun melodi. Bibir cantik menyenandungkan lagu favoritnya untuk saat ini, Honeyworks-Senpai. Sebuah gambaran, dari isi hati dan cinta Megumi.

"Jika kau sedang bahagia. Jangan nyanyikan lagu putus cinta seperti itu." Nobara menegur Megumi, gadis itu mengambil tempatnya duduk tepat di depan Megumi. Menggunakan jari telunjuknya yang ramping untuk menjitak dahi lebar Megumi.

Jitakan itu membuat senandung lagu Megumi terhenti. Remaja itu membuka permatanya yang tersembunyi, memendarkan, memamerkan permata zamrud berkilaunya yang apik pada dunia yang fana. Sebuah permata yang membuat malu seluruh koleksi permata yang tersimpan di kotak perhiasan dunia.

"Aduh. Kamu ngapain sih, Ara." Protes Megumi. Remaja itu memegangi dahinya yang sakit. Cemberut sedikit sebelum menarik simpul senyum lagi. Menandakan bahwa ia memiliki suasana hati yang sangat baik.

"Sepertinya moodmu baik hari ini. Ada angin apa, Megumi?." Tanya Nobara. Gadis itu meraih buku catatan Megumi, merebutnya untuk dirinya sendiri. Menyalin catatan itu di bukunya sendiri. Karena catatan Megumi jauh lebih mudah dimengerti daripada penjelasan guru tua bangka mereka si Gakuganji.

Megumi tersenyum bahagia, gembira, riang, dan apapun kata yang menggambarkan betapa membuncahnya hatinya hari ini. Ia meraih totebag kertas bergambarkan logo Fuwafuwa miruku. Menaruhnya di atas meja dan memamerkannya pada Nobara.

"Ara lihat. Kak Gojo membelikanku Fuwafuwa miruku." Katanya sembari mengeluarkan sebotol susu dari dalam totebag kertas itu. " Terakhir kali aku meminumnya, itu satu bulan yang lalu. Aku selalu melewatkan antrian pagi, dan Fuwafuwa miruku selalu habis saat aku mampir di sore hari. Aku berakhir dengan susu kotak acak Seven Eleven (711)." Cerita Megumi.

Remaja surai runcing itu mendekatkan botol Fuwafuwa miruku ke parasnya yang ayu. Bunga-bunga imajiner mekar merekah di sekitar Megumi, menjadi latar atau background seolah-olah bunga cantik yang ada di manga atau anime shoujo yang biasa dibaca oleh Nobara dan kawan lamanya, Saori.

Nobara dapat melihat emoji hati dan bunga-bunga mini imajiner melompat-lompat dari tubuh Megumi, meletup-letup seperti popcorn yang terbang kemana-mana. Meletupi Nobara hingga membuat gadis itu nyaris muak. Gadis itu menangkap satu bunga imajiner yang terbang kearahnya dan melemparkan keluar jendela. Ia juga menggunakan buku catatannya sebagai kipas untuk menepis kembali bunga-bunga dan emoji hati imajiner yang semakin meletup kemana-mana, kearahnya.

"Kau selalu bisa meminta aku dan Maki-san untuk membelikanmu Fuwafuwa miruku itu kan." Kata Nobara.

Megumi tersentak sedikit. Ia membuka matanya dan menurunkan botol susu yang sendari tadi menempel diwajahnya. Cemberut kecil yang lucu menghiasi parasnya yang ayu.

"Kan aku nggak enak. Aku nggak mau menganggu kencan kalian berdua. Kayak kemarin." Kata Megumi. Ia ingat kalau beberapa hari yang lalu, kencan Maki dan Nobara sempat batal, berujung pada Maki yang menginap dirumah Megumi. Entah ada angin apa, tapi firasat Megumi mengatakan kalau itu ada hubungannya dengan dirinya.

Nobara menatap dingin pada Megumi. Ia melambaikan buku catatannya dan memutar matanya dengan gerakan khas yang mencirikan seorang Nobara.

"Apa maksudmu?. Kemarin Ozawa datang ke apartemenku di shinjuku. Tidak ada hubungannya denganmu sama sekali." Kata gadis itu, setengah berbohong.

Memang Ozawa berencana main ke apartemennya, awalnya Nobara akan menolaknya. Ia terlalu malas untuk menjadi teman curhat Ozawa soal hubungan cintanya dengan Yuuji. Cukup Megumi saja yang bersandar padanya. Ia tak menerima orang lain lagi. Tapi, melihat muka cemberut Megumi, Nobara pikir kalau remaja itu butuh ditemani. Akan lebih baik jika itu Maki, karena Maki punya hubungan darah dengan Megumi, bisa dibilang sebagai pengganti Toji.

Jadi ia memilih menunda kencannya dengan Maki. Meminta Maki untuk menemani Megumi, sementara dia mencoba peruntungan miliknya. Siapa tahu dengan mendekatkan Ozawa dengan Yuuji, peluang Gojo dan Megumi semakin tinggi. Nobara bisa mengambil hutang budi nanti. Ia sudah bisa membayangkan pakaian dan tas fashionable dari Dior, Balenciaga, Onitsuka Tiger dan brand mewah lain yang keluar dari kartu hitam Gojo saat Gojo dan Megumi jadian nanti.

"Ozawa? Gadis yang naksir Itadori? Aku nggak tahu kalau kau masih berhubungan dengannya." Kata Megumi. Ia mengambil sedotan dan membuka botol Fuwafuwa miruku, lalu meminumnya. Wajahnya kembali ceria tatkala rasa manis dan amis khas Fuwafuwa miruku rasa strawberry berenang di mulutnya dan terjun ke tenggorokannya. "Apa Maki-san tidak cemburu?."

Nobara mengeluarkan wajah 'blewh' khas. Lidahnya terjulur malas. " Tidak. Maki-san tahu, Ozawa bukan tipeku." Kata Nobara. Ia menjulurkan tangannya kearah Megumi. Isyarat kalau ia minta susu milik Megumi.

"Ozawa-san cukup manis, hanya sedikit pemalu." Kata Megumi seraya menyerahkan botol susunya pada Nobara. Membaginya berdua.

"Aku suka dengan gadis yang percaya diri. Aku benci gadis pemalu." Nobara mengumbar tipe kesukaannya tanpa malu. Gadis itu menyeruput Fuwafuwa miruku, membuat wajah bahagia dan senyum meleleh yang lucu. "Pengecualian untukmu." Ujarnya.

Butuh sepersekian detik bagi gir otak Megumi untuk mencerna informasi yang keluar dari mulut temannya. "Hey, aku bukan gadis pemalu tahu." Protes Megumi seraya menggembungkan pipi kelinci kenyalnya. Nobara hanya memutar mata dan mengembalikan Fuwafuwa miruku milik temannya.

"Omong-omong, kau bikin bekal bento lagi?". Tanya Nobara.

"Yah, sushi dan sandwich buah. Aku juga buat untuk Maki-san." Kata Megumi seraya tersenyum lembut. Begitu suci, cantik seperti mekar merekah bunga melati. Harum aroma yang menyejukkan hati. Membuat siapapun yang melihatnya ikut tersenyum, tulus dari hati.
.
.
.
.
*Teng teng teng- Teng teng teng!*

suara bel berbunyi nyaring di seluruh penjuru sudut SMA Metropolitan Tokyo. Menandakan jam pelajaran pertama telah selesai, pergantian jam dimulai. Terdapat jeda 10-15 menit disetiap jam pelajaran agar siswa mendapat waktu rehat untuk relaksasi otak dan otot mereka yang kaku.

Tak sedikit siswa yang menggunakan jeda pergantian jam pertama untuk sarapan di kantin sekolah. Pasalnya jeda pergantian jam pertama adalah yang paling lama selain jam istirahat makan siang. Beberapa siswa bahkan sempat berkunjung ke kelas lain untuk sekedar bermain atau caper dengan penghuni kelas lain.

Megumi, memilih untuk santai saja dikelas, meregangkan otak dan bahunya yang tegang. Mata pelajaran matematika terapan di jam pertama itu terlalu menegangkan otak. Hal ini mulai membuat Megumi berpikir, bertanya-tanya mengapa ia mengambil jurusan sains.

Mungkin lebih ringan bagi otaknya jika ia mengambil jurusan bahasa atau sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan bisnis dan sejenisnya. Toh gelar Universitas juga cuma buat syarat saja. Kursi penerus bisnis perusahaan dan klan Zen'in sudah dia amankan sejak ia lahir di dunia. Salahkan ayahnya yang menyebalkan, melempar jabatan menyebalkan pada putra semata wayangnya. Yah memikirkan itu juga nggak ada gunanya.

"Ugh, kepalaku sakit. Kenapa sih aku milih masuk jurusan sains. Seharusnya aku ikut saran Maki-san saja, ambil jurusan Bahasa. Pasti nggak akan sepusing ini." Keluh Nobara seraya memijit pelipisnya yang sakit.

"Yah, aku setuju. Harusnya aku ikuti saran ayahku untuk masuk jurusan pendidikan bisnis saja." Kata Yuuji, ia membawa setumpuk roti isi daging dan makanan yang cukup banyak di tangannya. Nampaknya remaja itu baru saja dari kantin dan memborong semua jajanan disana. Remaja itu menebarkan semua makanan yang ia bawa di meja Megumi. Meja Megumi adalah tempat perkumpulan dan berkeluh kesah bagi Nobara dan Yuuji.

"Nggak ada gunanya mengeluh sekarang. Toh nanti kita kerja juga lewat jalur orang dalam." Timpal Megumi.

Sejauh yang otak jenius Megumi tahu. Megumi mengira kalau Yuuji, jika tidak mengisi pekerjaan kosong disisi kakaknya, yang notabene akan jadi penerus dan pengurus kasino milik klan Ryomen, maka akan menganggur atau menjadi pekerja lepas. Remaja pinkie itu paling fleksibel dalam memilih pekerjaan, toh uang juga akan tetap mengalir dan masuk ke kantongnya.

Nobara tidak berasal dari keluarga kaya ataupun terpandang. Namun koneksinya tidak boleh diremehkan. Walau gadis itu terkesan kurang ajar, Nobara sangat baik dalam memanajemen apapun itu, khususnya jika itu menyangkut kesukaan gadis surai coklat itu. Apalagi kalau bukan fashion dan makanan. Jari bisnis sudah tertata rapi di ujung kuku manikurnya. Jika tidak ikut Saori, teman lama Nobara yang punya salon kecantikan paling digandrungi artis dan model ternama. Maka Megumi dan Maki akan menyeretnya masuk ke keluarga Zen'in dan menjadi salah satu pengurus bisnis yang dipercaya Megumi.

Bagaimana dengan Megumi?. Jika rencana berjalan dengan lancar, ia akan menyeret Nanami. Meminta kakaknya itu untuk membantu mengurus lebih dari separuh dokumen tugas Megumi. Toh, Nanami juga tidak bakalan keberatan.

"Oy, kau paling tidak berhak untuk berkata seperti itu." Gerutu Nobara kesal.

Megumi abai saja akan hal itu. Ia meraih sebotol susu Fuwafuwa miruku rasa coklat yang masih utuh. Remaja surai runcing itu membuka botol itu dan menyeruputnya dengan sedotan. Tak peduli seberapa sering Megumi meminum Fuwafuwa miruku, rasa sensasi yang lezat dan khas tak pernah membuat Megumi bosan. Malah semakin ketagihan. Susu coklat yang manisnya pas berenang, bermain-main dengan lidah lembut Megumi, kemudian terjun bebas ke tenggorokan Megumi, menyisakan rasa segar yang nyaman. Senyum tulus yang bahagia masih belum pudar dari paras Megumi yang rupawan. Sejak tadi pagi malah, seolah-olah remaja itu tengah terbang di awan.

Sebotol susu Fuwafuwa miruku itu menarik perhatian Yuuji. Membuat remaja itu tersenyum mengingat kejadian tadi pagi. Senang rasanya Megumi berbahagia hati seperti ini. Membuat Yuuji ikut berbangga hati.

"Wih, dari Gojo Senpai ya?." Celetuk Yuuji dengan riang. Wajahnya adalah wajah paling polos diantara banyak wajah polos yang Yuuji buat.

"Iya. Kok tahu?." Tanya Megumi. Senyum lembutnya masih menghiasi paras Megumi. Remaja itu bertanya tanpa ada rasa kecurigaan secuil pun.

Yuuji berkata dengan riang. "Kemarin Gojo Senpai tanya-tanya soal itu. Kubilang susu Fuwafuwa miruku rasanya enak. Nah, makanya tadi pagi beli susunya bareng denganku." Nada polos keluar dari bibir tipis Yuuji. Ekspresi wajah tampan terdistorsi menjadi wajah anak kecil yang polos. Tidak menyadari kalau Megumi baru saja terjatuh dengan keras, dari awan menuju tanah, tatkala mendengar ucapan Yuuji.

"Oo...oh" guman Megumi sendu. Senyum tulusnya berubah menjadi senyum palsu. Wajah ayu yang berseri-seri lenyap, menjadi pucat pasi. Permata zamrud yang berkilauan, bercahaya, redup seperti lampu yang kehabisan energi. Bunga-bunga yang mekar merekah, harum merebah menyelimuti Megumi, seketika layu dan mati.

"Kalian pergi... Berdua?." Tanya Megumi, suaranya tersapu angin, nyaris tak terdengar sama sekali.

"Yah. Berdua." Riang dan lantang.

Bagi Megumi itu seperti Sambaran petir yang menghancurkan hati kecilnya. Membawanya jatuh dari awan tinggi di angkasa, menabrak tebing yang keras dan curam hanya untuk berakhir di kubangan lumpur belaka. Megumi telah terlena. Oleh perhatian kecil yang fana.

"Oo..oh." guman Megumi. Sinar matanya meredup, mati. Tiba-tiba merasakan sakit yang menyayat di hati. "Ah, sebentar lagi jam pelajaran akan berbunyi. Kupikir aku akan ke kamar mandi. Mumpung masih sempat." Kata Megumi. Ia berdiri, melangkahkan kaki meninggalkan ruangan yang penuh dengan aura Itadori. Melarikan diri.

"Ara, jika Yaga sensei datang lebih cepat. Katakan aku sedang ke kamar mandi ya." Pinta Megumi di ujung pintu. Remaja itu mengarahkan senyum palsu pada kedua temannya itu. Baru kemudian pergi tanpa menunggu sahutan dari nobara. Megumi pergi, melarikan diri, bersembunyi, menenangkan diri.

Menenangkan diri.

Menangis.
.
.
.
.
*BUUUK!!!!* Suara pukulan yang sangat keras dari tinju Nobara tepat pada kepala Yuuji. Membuat remaja pinkie itu mengaduh kesakitan karena benjol di kepalanya yang malang.

"Aduh. Apa-apaan sih Nobara. Kenapa tiba-tiba memukulku!?." Bentak Yuuji kesal. Ia tak tahu kenapa ia bisa tiba-tiba dipukul begitu keras tanpa alasan seperti itu.

Nobara hanya memandang sinis, penuh hina dan jengkel pada kawannya itu. Gadis itu tahu kawannya itu bodoh, tapi tak dia sangka akan sebodoh itu. Benar-benar teman yang tidak peka.

"Pikirkan saja sendiri dengan otak bodohmu itu. Binatang!." Gerutu Nobara. Gadis itu kembali ke tempat duduknya. Menyibukkan diri untuk menyalin catatan Megumi kedalam bukunya sendiri. Mencoba menepis kekhawatiran pada temannya yang sedang melarikan diri. Bersembunyi. Menangis.

Masih teringat jelas di benaknya, betapa bahagia temannya tadi pagi. Betapa indah dan cantik senyum tulus Megumi. Dan sangat tergambar jelas di benaknya, wajah kekecewaan dan sakit hati Megumi beberapa detik tadi. Sayang sekali. Kebahagian Megumi pupus seketika usai denting jam pelajaran pertama.

Nobara berharap kalau ini hanya sekedar kesalahpahaman belaka.
.
.
.
*BYYUUURRR!!* Suara keran air memenuhi ruangan kamar mandi yang kecil itu. Megumi memandangi wajahnya di cermin. Sembab mata merah menghiasi sudut mata cantik Megumi. Ia menyentuh wajahnya perlahan, meraba senyum tulus bahagianya yang hilang.

Ia tertawa. Megumi tertawa, tatkala membayangkan betapa bodoh wajahnya yang tersenyum gembira seperti orang bodoh. Ia tersenyum begitu bahagia, oleh perhatian yang bahkan tidak ditujukan untuk dirinya. Megumi tertawa parau. "Yah, cara menghormati seorang badut adalah dengan menertawakannya." Guman Megumi. "Rasanya kayak habis ngebadut saja"

Remaja surai runcing itu membasuh seluruh wajahnya dengan air. Mencoba menghilangkan mata sembab yang menghiasi permatanya yang cantik. Megumi merogoh saku kanannya, mencari sebuah tongkat ajaib yang bisa menyamarkan mata sembab miliknya.

'alat make up Ara'

"Nggak nyangka sama sekali aku bakal pake make up milik Ara ini. Toh, lebih baik daripada kelihatan seperti baru menangis." Guman Megumi seraya mengaplikasikan make up Nobara untuk menyamarkan wajah sayu dan mata sembabnya sehabis menangis. Cukup tipis-tipis saja, karena wajah Megumi memang sudah cantik tanpa cacat, maka dosa mata sembab itu pun tersamarkan.

Cepat-cepat Megumi membereskan diri dan keluar dari kamar mandi. Jam pelajaran kedua sudah berdenting dari tadi. Megumi sudah terlambat setidaknya 10 menit. Toh, materi dari Yaga Sensei juga sudah dikuasainya semua. Jadi Megumi aman saja. Tatkala ia hendak keluar dari kamar mandi. Megumi bertemu dengan seseorang yang tidak ia duga sama sekali.

"Ah, Gumy. Kau ada disini? Apa yang kau lakukan disini?." Seru Gojo seraya memeluk Megumi. Seperti anjing besar yang menyeruduk majikannya.

"Memangnya orang ke kamar mandi mau ngapain? Memasak?" Gerutu Megumi jengkel. Kesal rasanya kalau ingat lagi, bahwa senpainya ini terlambat tadi pagi gegara kencan dengan Yuuji. Hati kecil Megumi yang jelek dan jahat merasa cemburu sekali jika mengingatnya lagi. Betapa kesal hati megumi karena merasa dikhianati, entah karena apa, Megumi sendiri juga tak jelas. Intinya mood Megumi sedang kacau-kacaunya.

"Heeh. Megumi kenapa kau kesal sekali. Padahal kau bahagia sekali tadi pagi?." Ujar Gojo penasaran. Remaja jangkung itu merengek pada Megumi. "apa kau sedang menstruasi?." Tanya Gojo.

Pertanyaan itu sontak mendapat balasan berupa sodokan siku super tajam di sisi kiri rusuk Gojo. Membuat remaja itu mundur selangkah dan membungkuk pelan. Memang Gojo adalah remaja berotot kekar diatas rata-rata remaja seusianya. Namun jangan lupa, Megumi adalah anak dari seorang tentara, lebih parahnya tentara itu adalah Toji. Tidak heran Megumi punya skill beladiri yang cukup untuk membebaskan diri.

Megumi merengut kesal dan hendak pergi. Namun sekali lagi, tangannya di tahan oleh Gojo hingga harus berdiam diri. "kak Gojo apa lagi sih. Kelasku sudah masuk dari tadi tahu? " Gerutu Megumi.

"Yah, kau tidak butuh kelas Yaga Sensei kan." Ujar Gojo. " Lebih penting dari itu. Apakah susunya enak?" Tanya Gojo, seringai gembira menghiasi wajah Gojo.

"Enak kok. Enakan Fuwafuwa miruku daripada susu Seven Eleven yang biasa ku beli. Makasih ya kak " ujar Megumi datar. Tanpa ekspresi sedikit pun.

Gojo menyeringai lebar, perpaduan seringai sombong dan bahagia, tak lebih dari sekedar seringai pemakan kotoran yang menyebalkan. "Baguslah kalau kau suka. Tidak sia-sia mengajak Yuuji-kun berangkat lebih pagi supaya bisa langsung mengantri." Ujar Gojo. Tidak memperhatikan bibir Megumi yang sempat bergetar tatkala mendengar nama Yuuji keluar dengan lancar dari mulut Gojo.

"Ternyata tokonya seramai itu. Banyak orang yang beli susu Fuwafuwa miruku sama Roti O. Aku dan Yuuji-kun harus mengantri lama sekali kalau pagi." Oceh Gojo. "Kalau gumy bilang enak, besok mau kubelikan lagi?." Tanya Gojo.

"Tidak usah." Kata Megumi. Masih tanpa ekspresi apapun. Semua emosi ia sembunyikan jauh-jauh di dalam hati.

"Eeeeeh kenapa? Gumy tidak suka dengan susunya kah?." Tanya Gojo kecewa.

"Nggak bukan itu. Aku nggak enak sama Kak Gojo aja kok." Kata Megumi. "aku nggak mau ganggu kalian berdua kok." Ucapan terakhir Megumi begitu lirih hingga nyaris tak terdengar sama sekali.

"Blewh. Jangan khawatir. Yuuji-kun tidak masalah kok berangkat dari pagi. Besok tetap aku beliin pokoknya." Kata Gojo bersikukuh. Tangannya ia gunakan untuk mencubit pelan pipi Megumi yang comel.

"Kubilang nggak usah ya nggak usah." Kata Megumi kesal. Tanpa sadar ia menampik tangan Gojo secara kasar. Baru ketika wajah terkejut Gojo terlihat, Megumi menyadari perbuatannya itu.

"Ah maaf. Ara dan Maki-san sudah membelikannya untukku kok. Kak Gojo nggak perlu repot-repot datang pagi." Kata Megumi, kali ini mencoba memaksakan senyum untuk membuat pria dihadapannya menjadi lebih baik.

Gojo cemberut kecut. Wajah tampannya yang rupawan terdistorsi menjadi wajah yang menyebalkan nyaris menjijikkan. "Megumi-chan, kamu tidak mau berangkat pagi barengan sama aku?." Tanya Gojo tiba-tiba.

Megumi menunduk. Hatinya pundung. Pikirannya murung. Mendengar ucapan Gojo yang begitu ringan seolah tanpa beban saat mengajaknya berangkat pagi bersama, membuatnya kesal dan sedih disaat bersamaan. Hati dan pikirannya campur aduk.

Tenggorokannya tercekik. Seolah ada kail pancing yang menarik seluruh isi perutnya keluar dari mulutnya. Membuatnya tak sanggup bicara, sesak, dan tersiksa.

"Tidak perlu. Aku nggak mau merepotkan kak Gojo. Nggak mau menganggu" Kata Megumi.

Megumi langsung berkata lagi dengan lantang sebelum Gojo sempat membalasnya. Sedikit rasa kesal sepertinya bocor keluar dalam nada suaranya.

"Kak Gojo pernah mengajakku berangkat bersama. Tapi Kak Gojo lebih memilih menjemput Itadori yang tiba-tiba minta dijemput kan?. Ujung-ujungnya aku yang telat." Kata Megumi.

Masih teringat dengan jelas di benak Megumi. Betapa sakit dan kecewanya hati Megumi kala itu. Itu pagi yang sangat cerah. Begitu cerah dan berwarna indah, seolah itu adalah pagi terindah yang pernah ada. Setidaknya begitulah di mata Megumi.

Kala itu, Megumi tersenyum, begitu bahagia, jauh lebih bahagia daripada senyum yang ia pancarkan tadi pagi. Kala dimana Megumi belum seputus asa seperti saat ini. Pasalnya, malam sebelumnya, Gojo mengajak Megumi untuk berangkat pagi bersama. Suatu hal yang jarang kala itu, mengingat Gojo dan Yuuji sudah mulai akrab, mulai dekat.

Bagaimana Megumi bisa menolak?. Ia masih sangat malu-malu dan takut kala itu. Hanya bisa mencintai dalam diam dan menganggumi dari jauh tanpa bisa melangkah sedikitpun. Berbeda dengan sekarang, dimana Megumi sudah punya 'sedikit' keberanian untuk menjadi anonim pengirim bekal bento milik Gojo. Ya. Sedikit!

Megumi yang sudah bersemangat sejak malam, mempersiapkan diri dengan pakaian yang disetrika dengan rapi, menyempatkan diri membuat macaron super manis kesukaan Gojo. Karena saat itu, itu satu-satunya makanan yang dia percaya diri dan ahli dalam memasaknya. Yah, saat itu Megumi paling ahli memasak jika menyangkut cokelat dan makanan manis. Walau dia sendiri tidak terlalu menyukainya. Jangan tanya mengapa Megumi bisa pandai memasak makanan manis. Semua orang tahu alasannya.

Megumi berpikir kalau mereka akan memakannya bersama saat diperjalanan sebagai camilan pagi. Megumi sudah bisa membayangkan betapa bahagianya wajah senpainya tatkala ia memberinya sekantung macaron super manis. Dan betapa bahagianya dirinya sendiri hanya dengan berjalan bersama senpainya walau sementara.

Sayangnya imaji tersebut kandas seketika. Dengan senyum bahagia yang polos, Megumi menunggu di depan apartemennya. Menunggu Gojo menjemputnya. Megumi menunggu karena Gojo adalah orang siang yang datang ke sekolah mepet bel sekolah. Sementara Megumi adalah orang pagi yang selalu datang ke sekolah lebih awal dari bel sekolah.

Tepat ketika 10 menit sebelum jam pertama masuk. Dengan segala kegelisahan hati Megumi. Gojo mengirimkan pesan pada Megumi. Sebuah pesan yang tidak pernah di duga oleh Megumi. Sebuah pesan yang membuat kekecewaan yang sangat dalam pada Megumi. Hingga menghilangkan kepercayaan dan senyuman cantik Megumi.
==================================
*Ano sa, Megumi-chan. Aku minta maaf. Benar-benar minta maaf😢.*

*Sebenarnya aku sudah sampai di Bunkyo, tinggal beberapa menit lagi aku sampai ke apartemenmu😥.*

*Tapi Yuuji-kun tiba-tiba menghubungiku, dia bilang ada hal yang sangat mendesak😵.*

*Jadi aku harus menjemputnya. Aku sekarang dalam perjalanan ke apartemen Yuuji-kun. Maaf ya Gumi 😓*
==================================
Sangat tidak bisa dipercaya bukan?. Akhirnya Megumi, dengan wajah masam yang penuh kekecewaan, menenteng totebag berisikan macaron super manis dan ransel kecilnya. Melangkahkan kakinya dengan lemah. Ia melirik ponselnya, bel masuk sekolah akan berbunyi 10 menit lagi. Sudah dapat dipastikan lagi, Megumi akan terlambat. Tapi Megumi tidak peduli lagi. Toh jam pertama ia lewati sekalipun, otak jeniusnya nggak akan menyusut sedikitpun.

Tapi tetap saja Megumi begitu gelisah. Itu 10 menit sebelum jam sekolah berbunyi. Bus pasti sudah tidak ada lagi. Jika pun ada, mungkin akan banyak kemacetan di jalan. Lagipula ini jam sibuk. Shinkansen pilihan yang bagus. Tapi ayahnya akan menggila jika ia berani-berani naik shikansen sendirian di jam-jam ramai. Dengan gelisah, ia melangkahkan kakinya, mencoba menimang-nimang untuk memesan taksi saja, atau mencoba peruntungannya dengan naik bus umum. Walau mungkin akan sama-sama macetnya.

Di tengah kegundahannya itu, Dewi Fortuna agaknya masih mengasihani Megumi. Tiba-tiba ia berpapasan dengan senpai terhormatnya, Yuuta Okkotsu. Pemuda dengan paras tampan yang rupawan dengan senyum ramah yang tulus nan menawan. Benar-benar tipe idaman Megumi nomor dua.

Senpainya itu mau membantunya, mengantarnya. Walau sudah dipastikan akan datang terlambat, bersama senpainya akan jauh lebih baik daripada sendirian. Dengan kebaikan hati Yuuta, pemuda itu membonceng Megumi agar duduk di sepeda miliknya. Membuat Megumi duduk menyamping di jok / dudukan belakang, sementara ia mengayuh sepeda dengan otot kakinya yang lumayan kekar, lumayan atletis.

Sebagai imbalannya dan rasa terimakasih, Megumi memberikan semua macarons super manis miliknya pada Yuuta. Sejauh yang ia tahu, Yuuta juga menyukai makanan manis. Macarons itu tentunya di terima dengan baik oleh Yuuta. Bahkan wajah bahagia dan semu merah merona yang menghiasi pipi senpainya masih teringat jelas di benak Megumi.

Sebuah berkah yang akhirnya didapatkan oleh Megumi. Sejak saat itu, Megumi mulai tak percaya lagi dengan ajakan Gojo untuk berangkat bersama lagi. Tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama lagi. Tak ingin kecewa dan tersakiti secara tak jelas lagi.
.
.
.
"Tapi itu kan dulu. Aku janji tidak akan terulang lagi kok." Ujar Gojo seraya mengangkat jari kelingkingnya di depan Megumi.

Megumi hanya menunduk dan menggelengkan kepalanya ringan. Melangkahkan kakinya melewati Gojo dan pergi keluar kamar mandi. Melarikan diri.

"Tidak usah. Aku suka berangkat sendiri kok. Kadang juga barengan sama Ara sama Maki-san. Bahkan sering makan siang bareng dengan mereka" Kata Megumi.

"Heeeeeh. Tapi kan mereka sedang kencan. Kau nggak merasa risih?." Cibir Gojo. Entah kenapa Gojo kesal saja mendengar Megumi sering menghabiskan waktu dengan orang lain selain dirinya.

Megumi merasa sedikit tersinggung dengan cibiran Gojo itu. "Tidak kok. Kita makan berempat jadi nggak ngeganggu Maki-san dan Ara yang lagi pacaran." Jelas Megumi. Dengusan kesal lolos dari hidungnya yang mancung nan lucu.

"Berempat?." Tanya Gojo seraya berbalik, menghadap Megumi. Kepalanya miring ke samping dengan heran. Bertanya-tanya siapa orang ke empat itu. Tidak mungkin Yuuji karena ia sering bersama Gojo dan Nanami.

"Yah. Aku sering makan bareng Yuu-san." Kata Megumi seraya melangkah keluar usai menjawab dengan puas. Mengabaikan Gojo yang mematung tak percaya di belakangnya. Toh ia sama sekali tak ada hubungannya. Benar bukan?
.
.
.
.
"Siapa itu Yuu-san?. Crush Megumiku?!."
.
.
.
.
"Kemana saja kau tadi? Kau sudah melewatkan separuh jam Yaga sensei." Tegur Nobara.

Gadis itu melangkahkan kakinya yang ramping untuk duduk di bangku meja di depan Megumi. Beruntung pemilik bangku itu sedang pergi, jadi bangku itu masih kosong, setidaknya untuk saat ini. Biasanya Nobara akan duduk di bangku di depan Megumi, deretan nomor dua dari belakang. Sayangnya bangku itu sudah di isi orang lain sehingga ia terpaksa harus duduk di bangku paling depan dekat dengan meja guru. Tempat paling menyebalkan bagi Nobara.

"Aku sudah bilang kan kalau aku ke kamar mandi. Terus kebetulan saja ketemu sama kak Gojo." Kata Megumi, ia masih sibuk menyalin catatan Nobara dari pelajaran yang ia lewatkan.

Gadis itu menaikkan sebelah alisnya tatkala mendengar cerita Megumi. Benar-benar tidak menduga suatu kebetulan semacam itu. Tetapi, segera ia tampik pemikiran itu dan memilih menunggu kawannya selesai menyalin catatannya. Keheningan memenuhi keduanya, hanya suara gesekan pena yang tercipta dari Megumi.

Kelas sepenuhnya kosong dengan hanya dihuni oleh Nobara dan Megumi. Ini adalah tanggal khusus dimana salah satu kantin sekolah paling favorit menjual roti daging paling lembut dan mahal. Roti daging itu hanya akan dijual dalam satu hari tiap satu bulan sekali. Karenanya banyak orang yang akan bertempur saling berebut untuk mendapatkan roti daging itu. Tak terkecuali Yuuji si penggemar daging, tentunya remaja pinkie itu sudah siap sendari tadi, tepat ketika detik pertama bel istirahat makan siang berbunyi.

"Omong-omong soal makan siang. Cepat selesaikan pekerjaanmu sehingga kita bisa segera makan siang bersama." Ujar Nobara. Gadis itu meraih kotak makan siang yang ia buat sendiri. Seperti biasa, salad buah. "Lihat salad buahku. Ini sangat enak Lo!." Kata gadis itu dengan seringai bangga.

Megumi mengintip ke dalam bekal yang dipegang Nobara. Kemudian mengernyit ngeri melihatnya.

"Tidak, mati pun aku tidak akan memakannya." Kata Megumi kasar. Membuat gadis didepannya itu melotot protes padanya.

Bagaimana Megumi tidak ngeri, salad buah Nobara nyaris tidak bisa di sebut salad. Itu hanya strawberry dan anggur utuh yang dimasukkan ke dalam kotak. Kemudian diberikan susu kental manis, saus mayones dan parutan sebatang keju penuh hingga salad buahnya nyaris tidak kelihatan.

"Itu penghinaan untuk salad buah." Timpal Megumi. Nobara hanya mendengus kesal saja namun tetap diam tanpa mengatakan apapun lagi. Nobara selalu menang jika berdebat dengan siapapun, bahkan jika itu guru sekalipun, tapi tidak pernah sekali pun bisa menang melawan Megumi. Sehingga keheningan memenuhi ruangan sekali lagi, dengan dipenuhi suara kunyahan buah secara kasar dari Nobara.

Sayangnya, keheningan itu menghilang seketika. Tergantikan dengan suara remaja dewasa yang berisiknya minta ampun. Siapa lagi orang gila yang berisik, siang bolong berteriak-teriak di kelas Megumi, satu-satunya orang gila yang akan mengunjungi Megumi, kalau bukan Gojo Satoru seorang.

Remaja surai salju itu menerobos masuk ke kelas Megumi dan menyeruduk Megumi seperti banteng.

"Meeeeguumiiiinnnnyyyaaaaaan." Seru Gojo yang langsung menerima lemparan buku dari Nobara. Kali ini Gojo kena dan tidak bisa menghindar. Buku itu jatuh tepat pada muka tampannya.

"Aduh. Inikah cara kalian menerima tamu?." Keluh Gojo seraya memungut buku itu dan menghampiri meja tempat Megumi dan Nobara duduk.

"Itu cara kami mengusir penyusup." Balas Megumi.

"Atau penerobos rumah orang." Timpal Nobara.

Gojo mengembalikan buku itu pada Nobara seraya mencuri sepotong buah dari Nobara. Namun ia segera menyesalinya dengan betapa masamnya raut muka yang dibuatnya.

"Blewh.. itu rasa yang sangat menjijikkan. Campuran asin, asam, dan manis yang berlebihan menghilangkan rasa segar buahnya." Kata Gojo.

Nobara melampiaskan rasa kesalnya dengan menendang tulang kering Gojo hingga membuat remaja itu mengaduh kesakitan.

"Apa yang kau inginkan disini?!." Tanya Nobara ketus.

Gojo tersenyum gembira seraya melirik Megumi. Kemudian merangkulnya dengan penuh kasih sayang. "Aku kesini untuk menjemput kucing kecil kita yang lucu untuk makan bersama denganku."

"Eeeh... Kau tidak bersama Yuuji?." Tanya Nobara sinis.

"Yah, aku bersamanya." Ujar Gojo riang, seolah tidak mengetahui kesalahan apapun.

"Kalau begitu kak Gojo nggak butuh aku ." Ujar Megumi lirih, saking lirihnya nyaris tidak di dengar oleh Gojo jika bukan karena jarak mereka yang dekat.

"Eeh. Tapi kita kan sudah janji akan makan bersama." Keluh Gojo.

"Aku nggak pernah janji. Kak Gojo sendiri yang maksa-maksa." Balas Megumi seraya menutup buku miliknya dan beralih meraih buku lain dari dalam ranselnya.

"Oh, jadi kita tetap makan bersama ya. Aku memaksa." Kata Gojo seraya menarik paksa lengan Megumi dengan penuh semangat.

Megumi meronta, melepaskan pergelangan tangannya dari cengkraman Gojo. "Maaf, hari ini nggak bisa. Ada rapat OSIS mendadak soalnya." Ujar megumi.

"Rapat OSIS? Kenapa tiba-tiba ada rapat di Jam makan siang seperti ini?." Protes Nobara. Yang diiyakan dengan anggukan setuju dari Gojo.

"Yah mana aku tahu. Kan ketuanya Kak Nana. Tanya aja sama dia." Balas Megumi sembari memutar matanya.

"Yah, lagian kenapa sih kamu harus ikut-ikutan acara OSIS segala. Kan kamu pulangnya jadi sering sore dan tidak bisa pulang bersamaku." Cibir Gojo. "Mana masih harus ikut aktivitas klub wajib sekolah pula, pulangnya kan tambah sore." Tambahnya.

"Yah. Megumi kan juara satu seangkatan. Yang masuk peringkat sepuluh besar wajib ikut OSIS untuk setahun penuh." Jelas Nobara seraya memutar matanya. "untung saja waktu itu aku tidak masuk peringkat 10 besar." Kata Nobara seraya tersenyum licik. Megumi hanya bisa menatap datar dan lelah saja pada tingkah kawannya itu.

"Yah. Tapi bukan berarti harus ada rapat OSIS mendadak di jam makan siang seperti ini. Kan anjing." Gerutu Gojo kesal. Tiket untuk makan siang bersama kucing kecilnya kabur, hilang seketika.

"Mungkin karena jam selanjutnya guru akan rapat. Karena jam selanjutnya siswa pada belajar sendiri, ya dipake buat rapat OSIS biar lama sekalian." Jelas Megumi.

"Cih. Nanami anjing!!." Umpat Gojo yang langsung mendapat cubitan keras di pangkal hidungnya yang mancung.

"Nggak boleh ngomong kasar di depan aku." Tegur Megumi seraya melotot lucu. Teguran itu langsung di patuhi Gojo, walau masih dengan rengekan anjing khas miliknya.

"Ugh, tapi memang menyebalkan." Keluh Gojo. "Kelas dua kamu keluar saja dari OSIS, ya gumy beary." Pinta Gojo dengan mata puppy eyes khas miliknya.

Megumi mengerutkan alisnya atas tindakan Gojo itu. "lah?? Kok kak Gojo ngatur-ngatur sih?." Kata Megumi heran.

"Yah, demi kelancaran kita pulang-pergi bersama." Kata Gojo dengan senyum lebar khas miliknya.

Mendengar hal itu Megumi hanya memutar matanya kesal, sementara Nobara mencibir penuh hina atas ucapan Gojo. "Kan kak Gojo sudah sering barengan sama Itadori." Kata Megumi sinis.

Sebelum Gojo dapat berucap lagi, Nobara lekas memotongnya dengan ucapan yang langsung menohok hati Gojo. "Megumi kelas dua kau sudah lulus SMA bodoh!." Hujat Nobara yang langsung membuat Gojo lemas seketika.
.
.
.
"Oh. Senpai sudah disini lagi?." Ujar Yuuji dengan setumpuk roti daging super di lengannya. Hasil buruan Yuuji membuat semua orang terkesima. Bahkan siswa dari atlet sumo dan klub rugby saja tidak bisa sampai sebanyak itu. Yah, jika melihat melalui proporsi tubuh yuuji yang tinggi dan kekar seperti petugas damkar, tidak terlalu mengejutkan lagi sih.

"Yo." Sapa Gojo seraya melambaikan tangannya. Yuuji menghampiri kemudian memberikan roti daging itu pada teman-temannya. Yang tentunya diterima dengan senang hati, khususnya oleh Nobara.

"Itu tidak perlu, Itadori. Aku sudah membawa Sandwich untuk bekal hari ini." Kata megumi seraya mengembalikan roti daging itu pada Yuuji. Yuuji mengangkat sebelah alisnya atas penolakan dari temannya itu.

"Megumi sudah membawa Sandwich buah super lezat dan imut miliknya." Kata Nobara seraya memakan roti isi daging miliknya. "Kuma-sandwich"

"Sungguh? Kau yakin akan kenyang dengan itu?" Tanya Yuuji ragu, remaja pinkie itu mendekati Megumi dan melingkarkan tangannya pada perut kurus Megumi.

"Aku tidak punya nafsu makan sebanyak itu bodoh." Kata Megumi seraya menjitak dahi lebar Yuuji. "Aku juga bawa sushi." Tambahnya, yang hanya membuat sahutan 'ooh' panjang dari Yuuji.
.
.
.
"Gumy. Kau sudah siap atau belum. Kita harus segera pergi berkumpul." Terdengar suara yang tiba-tiba muncul memenuhi ruang kelas. Suara itu berasal dari ambang pintu sehingga membuat semua orang melemparkan pandangannya pada pintu masuk kelas.

Sebuah sosok yang familiar bagi semua orang, khususnya Gojo. Itu adalah Yuuta, saudara sepupunya yang setahun lebih muda darinya. Hubungan mereka tidak jauh namun juga tidak dekat, anggap saja cukup dekat. Lantaran Yuuta adalah satu-satunya anak muda di keluarga Gojo yang tidak terlalu tertarik dengan keluarganya, bahkan dirinya sendiri. Remaja tampan itu punya kehidupan bahagianya sendiri.

"Ah. Yuu-san. Apakah sudah waktunya. Maaf membuatmu menunggu lama." Balas Megumi. Remaja surai runcing itu bergegas mengambil semua dokumen yang ia perlukan hingga melupakan bekal bento miliknya.

Tatkala Megumi hendak menghampiri Yuuta, tiba-tiba ia merasakan tarikan yang cukup kuat dari belakang. Tepatnya kerahnya tiba-tiba ditarik kebelakang seperti kucing.

"Tunggu, apakah kau akan melewatkan makan siang lagi." Tegur Gojo seraya memberikan bekal bento milik Megumi yang ia curi dari ransel Megumi.

"Jangan menjadi kucing nakal yang suka skip jam makan. Ingat Megumi, kamu baru saja mendekam diri di ranjang rumah sakit dua bulan lalu gegara lupa makan bukan?!." Kata Gojo serius. Nada paling serius yang pernah Megumi dengar dalam hidupnya bersama Gojo. Hingga membuat Megumi salah tingkah dengan perhatian yang diberikan Gojo.

"Cih, jangan salah tingkah gitu lagi bodoh. Barusan saja aku juga salah paham dengan perhatian kak Gojo."

Megumi menggelengkan kepalanya. Mencoba menghapus rasa bahagia akibat diperhatikan oleh Gojo. Cepat-cepat Megumi melarikan diri dari cengkraman Gojo bak kucing yang sedang kabur. Lalu meraih tangan Yuuta dan mengajaknya pergi.

"Sampai jumpa nanti teman-teman." Salam Megumi seraya melarikan diri. Menyeret Yuuta dengan tangannya.
.
.
.
"Apakah kucingku baru saja kabur ke pelukan majikan lain? Kucingku yang lucu dicuri!." Gerutu Gojo dalam hati.
.
.
.

TBC~

Jangan lupa vote, komen and share onegaisimasu (⁠っ⁠.⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)⁠っ

Continue Reading

You'll Also Like

3K 248 7
awalnya sukuna hanya penasaran saja, tapi tunggu, mereka berdua- intinya... jangan baca kalo masih suci!
2.3K 230 10
[END] Hanya mempokuskan ke chara Yamada Ichiro dengan kehidupannya. °•°•°•°•°•°•°•°• ๑◌⑅⃝●⋆◌๑ °•°•°•°•°•°•°•°• Sebagian dari kisah ini menceritakan...
2.4K 226 10
Pertemuan tidak sengaja antara Yuno dan Asta secara tidak langsung mengubah sang kehidupan Yuno yang semula hitam putih menjadi berwarna seiring berj...
1.8K 180 10
Setiap kehidupanmu selalu berakhir tragis karena aku tak pernah berani untuk mempertahankan mu. Untuk kehidupan mu yg keempat ini, aku akan mempertah...