Secret Admirer |Gofushi💙💚|

By Yunyun0864

1.4K 156 9

Sudah satu bulan berlalu sejak seorang Gojo Satoru yang terhormat, terkenal akan harta, kejeniusan dan ketamp... More

1. Fans Rahasia ?
2. Nobara Bibi yang Baik.
3. Anonim-san dan Bekalnya. Hari Pertama.
4. Nanami! Sejak kapan kau kenal Gumi!
6. Susu Megumi.
7. Salah Paham.
8. Kanzashi.
9. Yuuji Anonimnya?!
10. Detektif
11. Date (1)

5. Nanami : Cukup Lama,Aku Bahkan Bisa Menggendongnya.

103 11 0
By Yunyun0864

Disclaimer : Jujutsu Kaisen oleh Gege Akutami Sensei. (Pinjem bentar🙂)

Fanfiction oleh : Yunyun.

Pair : Gojo Satoru x Fushiguro Megumi. .

Genre : Romance, Drama, Alternate Universe, BL, School Life, (ingin kumasukkan komedi tapi aku payah dalam bumbu humor dan komedi🥲)

⚠️ : Out of Character (Khususnya Megumi 😂). Juga, beberapa komentar vulgar akan muncul di tengah-tengah narasi. Jadi, jangan terkejut. Sedikit SuguShoko & ItaNana.

FF ini terinspirasi dari : Gofushi AU "Secret Admirer" dari Kak Wiona @tokkwi di Twitter X.

(Aku sudah dapat izin, kunjungi Twitter X dan baca semua gofushi au miliknya, ceritanya bagus-bagus 😭)

(A/N : untuk sebuah kepuasan pribadi(⁠ ⁠´⁠◡⁠‿⁠ゝ⁠◡⁠'⁠))
.

==================================
*BUUK!! BUUK! BRUUK! BRUUK!*

Megumi mendengar suara kardus dan kursi yang berjatuhan, memenuhi ruangan. Tatkala ia membuka permatanya secara perlahan, didapatinya tubuhnya tengah direngkuh, digendong, dilindungi oleh tangan yang kekar. Membuat Megumi terlindung dari cedera fatal yang mungkin saja bisa menimpanya.

"Gumi, kau baik-baik saja?." Tanya remaja itu seraya menurunkan Megumi dengan perlahan.

"Ekh, maaf. Terimakasih, Kak Nana." Kata Megumi seraya menunduk bersalah, meminta maaf pada Nanami yang telah menyelamatkannya.

"Megu, Apa kau terluka? Apa yang barusan terjadi?." Tanya Yuuta yang masih sedikit syok dengan kekacauan sebelumnya. Remaja tampan itu segera menghampiri Megumi, kepalanya celingak-celinguk memeriksa seluruh tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Yah. Aku baik-baik saja kok, Yuu-san, berkat KakNana yang menangkapku tadi." Kata Megumi sembari menggandeng tangan Yuuta yang masih sibuk menggerayangi tubuh ringkihnya. Senyum manis ia buat demi menenangkan kepanikan si ayang——eh——maksudnya si Abang, Okkotsu Yuuta.

"Sebenarnya apa yang terjadi?." Tanya Toge khawatir, tiba-tiba keluar dari sebalik punggung Yuuta. Remaja berwajah manis itu beranjak membungkuk memunguti kardus-kardus yang berserakan. Wajahnya yang manis, ikemen kesukaan para gadis-gadis oneesan terdistorsi dengan kebingung dan heran.

Wajah Megumi seketika memerah tatkala melihat kekacauan yang baru saja ia buat. Cepat-cepat ia membungkuk 45° kepada semua senpainya atas kecerobohannya itu.

"Sumimasen. Maaf. Yuu-san. Kak Toge, Kak Nana. Aku ceroboh. Aku akan segera membereskannya." Ujar Megumi menyesali perbuatannya.

Nanami melambaikan tangannya dengan ringan. Menolehkan pandangannya pada seluruh tubuh Megumi untuk memeriksa barang kali ada luka. Ketika dipastikannya juniornya itu baik-baik saja, remaja itu ikut membungkuk dan memunguti barang yang berjatuhan tadi. Membereskannya diikuti dengan dua junior dibelakangnya.

"Fiuh! Selama Gumi baik-baik saja itu tak masalah" ujar remaja bersurai pirang itu tatkala mereka berempat selesai merapikan ruangan yang kacau.

Kini ruangan tampak lebih rapi, dengan penataan kardus tidak lagi di puncak almari, melainkan dibawah meja dan kursi. Demi menghindari kecelakaan seperti yang dialami Megumi tadi.

"Megu, Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana ceritanya kau bisa melakukan hal konyol seperti tadi!? Kau bisa celaka tahu!" Tanya Yuuta syok. Kepanikannya hanya terjeda sementara, sebelum kembali kumat seperti saat ini.  Remaja itu meremas kedua bahu Megumi yang duduk di sampingnya.

Toge, yang duduk disamping Yuuta cepat-cepat menarik Yuuta kebelakang. Membuat Yuuta tersentak dan tersadar kalau remasan itu membuat Megumi sedikit kesakitan. Tanpa ia sadari kalau remasannya cukup kuat untuk membuat Megumi mengerenyitkan wajahnya.

"Uhg, maaf, aku kelewatan." Ujar remaja itu seraya melepaskan remasan tangannya. Telinga anjing——mungkin serigala?——imajiner tampak turun dengan sedih.

"Tidak apa-apa kok. Tadi aku memang ceroboh saja" ujar Megumi sembari sedikit mengelus bahunya yang berdenyut.

"Aku ingin cepat-cepat menyelesaikan tugasku. Dan orang bodoh plus tolol malah meletakkan dokumen penting milikku diatas almari setinggi itu. Jadi, tanpa pikir panjang aku menumpuk kursi dan meja untuk meraihnya. Eh, kok malah jatuh. Untung kak Nana sempat nyelamentin aku" jelas Megumi sembari tersenyum tulus pada Nanami yang duduk dihadapannya.

Mendengar penjelasan itu, Yuuta dan Nanami menghela nafas lega. Awalnya mereka bertiga pikir Megumi dicelakai oleh orang lain, ternyata tidak. Yuuta mengulurkan tangannya untuk membelai surai runcing Megumi. Membelainya dengan lembut dan penuh kasih. Tatapan yang indah dan menawan diwajahnya yang tampan, selalu mampu membius siapapun, agar terbang diantara awan.

Tak terkecuali Megumi yang sedikit tersipu. Remaja surai runcing itu hanya mampu tersenyum malu. Memendarkan permata zamrudnya dengan kepolosan yang palsu. Senja yang dengan malu bersembunyi di balik cakrawala, memendarkan sinarnya yang tak tergantikan. Menyembunyikan merah merona yang menghias di pipi Megumi dengan warna jingga yang hangat.

Yah, bagaimana tidak? Jika kau dibelai oleh senpai paling kau hormati, tentu saja kau akan bahagia nan berbunga hati, tak terkecuali Megumi.
.
.
.
"Omong-omong Megu." Panggil Yuuta pada Megumi yang hendak pergi. Sesi lembur dewan OSIS sudah selesai dan saatnya bagi Megumi, bagi semua orang, pulang. Pulang.

"Ya, Yuu-san?." Megumi menghentikan langkahnya. Ia menolehkan wajahnya yang cantik untuk menghadap dengan sempurna pada wajah tampan Yuuta. Bertatap muka nan bertatap mata. Permata giok zamrud yang sangat hijau bertemu dengan mutiara hitam yang bulat dan pekat.

Megumi menunggu cukup lama. Dilihatnya senpainya itu sedang canggung dan gelisah. Entah karena apa, Megumi tak tahu. Megumi dengan sabar menunggu senpainya berbicara. Namun apa yang ia dengar bukanlah hal yang sama sekali dia inginkan. Saking terkejutnya, Megumi bahkan nyaris menjatuhkan semua barang bawaannya.

"Maaf Megu, akulah orang bodoh plus tolol yang menaruh kotak itu diatas almari. Aku pikir akan aman dan tidak mengganggu jika kuletakkan disana. Eh, ternyata itu malah membuatmu kesulitan dan nyaris celaka" Ujar Yuuta bersalah. Wajahnya begitu lesu, sedih seperti anak anjing——atau serigala?—— yang telah melakukan kesalahan dan takut dihukum majikannya. Takut dicampakkan majikannya. Megumi bahkan bisa melihat telinga anjing dan ekor anjing imajiner, LAGI! yang menunduk lemas lesu, menghiasi kepala dan pinggang Yuuta.

Tidak pernah dibayangkan oleh seorang Fushiguro Megumi bahwa senpai yang paling ia hormati akan membungkukkan tubuhnya untuk meminta maaf.

Tidak pernah dibayangkan oleh seorang Fushiguro Megumi bahwa ia baru saja menyebut senpai yang paling ia hormati sebagai orang bodoh plus tolol yang menjadi biang kerok atas kekacauan yang Megumi buat sebelumnya.
.
.
.
"Ah, Yuu-san. Ah tidak. Yuu senpai. Maaf. Etto. Tidak apa-apa soal itu. Bukan. Yuu-san bukan orang bodoh dan tolol kok. Yuu-san anak yang pintar. Ne~ Ne~". Ujar Megumi panik. Megumi dengan panik menghampiri Yuuta dan memintanya berhenti untuk membungkuk. Menurutnya hal itu sangat tidak etis untuk dilakukan seorang senpai yang terhormat seperti Yuuta.

"Meguuuu. Kau memaafkanku?." Tanya Yuuta dengan nada memohon. Wajahnya yang memelas seperti anak anjing yang memohon untuk dimaafkan. Sorot matanya seolah jendela jiwa yang hancur, ekspresi penuh rayu, menyiratkan bahasa kalbu

"tolong ampunilah aku tuanku, mohon berilah kasih cintamu."

Sebuah ungkapan penyesalan paling tulus dan dalam. Seolah penuh kerinduan akan kehangatan cinta kasih dari sang majikan.

"Ugh.... Ka..Kawai.." jerit Megumi dalam hati. Hatinya yang lembut benar-benar tak mampu menahan visual yang pilu. Yuuta senpai yang paling dihormatinya, berepresentasi mejadi anjing kesepian. Bagi Megumi si pecinta binatang, wajah puppy adalah sebuah kelemahan. Kelemahan yang tak tergantikan. Tak tertandingkan.

Cup!

Hati kecil Megumi yang rapuh, luluh. Tak kuasa menahan kesedihan yang terpatri di wajah senpainya yang tampan. Remaja surai runcing itu berjinjit, berusaha mencapai ketinggian yang cukup dengan senpainya. Dalam sebuah momen yang singkat, namun terasa seperti selamanya, seolah ada mantra magis yang menghentikan gulir jarum jam dari garisnya. Yuuta merasakan kehangatan sekilas dipipi kanannya.

Bibir Megumi yang lembut, dengan penuh kasih mengecup pipi Yuuta yang halus. Menciptakan seutas senyum lembut pada wajah Yuuta yang awalnya cemberut. Sebuah kecupan biasa, tak berartikan cinta yang berlebihan, namun penuh kasih yang menghangatkan.

"Uhm. Ma...Mata ashita. Sampai jumpa besok." Ujar Megumi. Senyum tersipu yang tulus menghiasi bibir ranum Megumi. Permata zamrud yang berharga bersinar diterangi senja yang temaram. Bingkai bulu mata yang lentik, melengkung seperti busur pelangi, menambah keindahan dengan pesona yang menawan. Menawan hati siapa saja yang melihatnya.

"Mata ashita." Sahut Yuuta dan toge bersamaan.
.
.
.
.
"Maaf karena harus menyeret mu seperti ini, Gumi." Kata Nanami.

"Tidak apa-apa. Ini untuk keperluan acara osis nantinya. Lebih baik disiapkan sejak sekarang daripada nanti kita kelabakan." Kata Megumi.

"Lagipula aku juga ingin membeli barang lain kok. Kebetulan kita ke Taito. Kita bisa mampir ke kappabashi." Tambahnya dengan riang.

Nanami bisa melihat ekor kucing dan telinga kucing imajiner bergoyang riang di tubuh Megumi.

Senja yang hangat telah terbenam, beristirahat dari tugasnya yang panjang, untuk tidur malam yang singkat. Digantikan oleh bulan yang tertutup awan. Jalanan yang gelap, diterangi oleh lampu kota yang terang, bersinar, mengkilap, seperti permata yang bertebaran di sepanjang mata memandang. Menari-nari diantara bayangan yang gelap, memancarkan melodi di malam yang sunyi, menyibakkan misteri di malam yang sepi.

Megumi. Menari-nari di jalanan, menyusuri kappabashi, seolah itu adalah hal yang ia lakukan sehari-hari. Kakinya mengenal setiap inchi trotoar yang licin. Matanya menangkap setiap inchi papan toko di samping bel yang kian berdenting. Tangannya mendarat dengan lembut dan sayang pada perkakas dapur dan keramik indah, seolah itu adalah benda yang suci. Tubuhnya yang mungil berkelak-kelok lincah, menerobos lautan manusia yang memadati jalanan kecil yang sempit. Megumi mengenal setiap inchi di kappabashi, seolah-seolah itu adalah dunianya sendiri.

"Apa kau sering kesini, Gumi?." Tanya Nanami yang sembari tadi mengekor pada Megumi. Remaja pirang itu mulai berpikir juniornya terlalu asik di dunianya sendiri, hingga nyaris melupakan Nanami.

"Eh? Ah, Kak Nana." Megumi tersentak.

Yep!Benar pikir Nanami, Megumi benar-benar melupakan kalau sendari tadi ia berjalan kesana kemari tanpa memedulikan seniornya yang pontang-panting mengikuti.

"Apa kau melupakanku, Gumi?." Nanami mencubit pipi Megumi dengan gemas, kesal karena ia dicampakkan sendari tadi. Usai ia puas memainkan pipi juniornya, Nanami melepaskannya hingga tercetak bekas jari dipipi Megumi.

"Aaaaaaa... Maaf." Kata Megumi seraya mengelus pipinya yang berdenyut sakit. Cemberut lucu menghiasi parasnya yang ayu.

"Aku cukup sering kesini. Kurasa hampir setiap hari, jika tidak dua hari sekali." Jelas Megumi. Ia melangkahkan kakinya menyusuri jalan yang familiar. Memasuki toko yang ia kenal seperti ia mengenal garis telapak tangannya.

Nanami mengekor dibelakang Megumi. Nanami mulai berpikir akan satu hal. Entah kenapa ia malah terlihat seperti bodyguard Megumi. Fisik Megumi yang kecil membuatnya seperti tuan muda yang diikuti oleh bodyguard kekar seperti Nanami. Walau Nanami tak memiliki otot sekekar Gojo, Geto dan Yuuji, ia bertaruh kalau tubuhnya cukup bagus untuk membuat wanita melelehkan darah dari hidungnya.

"Setiap hari? Kenapa sampai begitu?. Apa kau meledakkan dapurmu setiap hari?." Tanya Nanami dengan nada sedikit mengejek. Ia hendak tertawa sedikit untuk menambah suasana, namun tawanya terpotong oleh sodokan yang cukup tajam di sisi kiri tulang rusuknya.

'UGH!' Nanami mengaduh kesakitan.

Remaja pirang itu melirik kebawah, mendapati seekor kucing kecil yang menegakkan bulu runcingnya. Megumi meruncingkan alisnya hingga menekuk tajam di tengah dahinya. Tak lupa ia menjulurkan bibir bawahnya, menandakan dia cemberut atas olok-olok seniornya.

"Kak Nana jahat. Aku sudah pandai memasak tahu!." Gerutu Megumi.

"Ya, ya, aku tahu. Aku sudah mengenalmu sejak SMP ingat. Kau sudah bisa memasak sejak SMP, walau rasanya seperti makanan gawat darurat saat ada bencana melanda." Gurau Nanami, yang berakhir mendapat injakan kaki dari Megumi tepat di ujung kakinya.

Megumi menghentakkan kakinya, meninggalkan Nanami yang masih mengaduh karena kesakitan. Melangkahkan kakinya menuju toko penuh tumpukan rak wadah bento imut dan lucu yang biasa ia beli.

"Maaf Gumi. Tapi aku bertanya serius. Apa yang terjadi?." Tanya Nanami tatkala ia berhasil menyusul Megumi.

Megumi menjulurkan lidahnya yang kecil dan panjang kearah Nanami. Mengejeknya sebentar. "Aku sudah pandai memasak tahu! Aku belajar memasak untuk memperbaiki cita rasaku." Ujar Megumi.

Remaja itu memilih dan memilah kotak bento yang menurutnya imut dan lucu. Membuang kotak bento berbentuk burung hantu coklat dan menyimpan kotak bento berbentuk burung hantu salju. Kenapa Megumi membuang kotak bento burung hantu coklat?. Menurutnya, bekal bento itu mirip Geto-san, poni aneh yang terjuntai di kepala burung hantu itu juga tidak membantu. Itu jelek.

Jangan salah, Megumi tidak punya dendam pribadi pada Geto. Baginya Geto adalah kakak yang bisa diandalkan, jauh lebih baik daripada Gojo yang ceroboh dan teledor. Namun, bentuk kotak bento itu begitu jelek hingga nyaris membuat Megumi ingin menghancurkannya.

Apa yang bisa diharapkan, ternyata itu kotak bento yang sangat murah. Sepertinya barang termurah yang pernah dijual di kappabashi street. Megumi adalah remaja muda cantik yang punya selera kualitas barang yang tinggi. Salahkan ayahnya yang mendidiknya menjadi pemeras uang yang andal.

"Heh? Darimana kau yakin masakanmu sudah meningkat?." Tanya Nanami penasaran.  Kali ini ia bertanya dengan sungguh-sungguh tanpa olok-olok apapun. Mengembalikan Megumi ke bumi dari petualangan di dunianya sendiri.

"Mei-san sudah mencobanya. Dia bilang rasanya sangat enak, lebih enak dari masakan kepala pelayannya." Megumi tersenyum bangga saat menceritakannya. Membuat Nanami juga ikut tersenyum pada Megumi. Nanami tahu, kalau Mei-san, kerabatnya itu, memiliki lidah mahal dengan cita rasa yang tinggi. Dia juga tahu betapa jujur dan terus terangnya Bibinya itu.

"Darimana kau belajar? Kursus?." Tanya Nanami sembari membawakan kotak bekal pilihan Megumi. Ia sudah punya 5 kotak ditangannya, hingga nyaris penuh.

"Aku belajar dengan Itadori."

"Berdua?" Tanya Nanami skeptis.

Megumi menggelengkan kepalanya. Masih menfokuskan pandangannya pada rentetan kotak bento yang terpatri rapi di rak toko. "Bertiga. Aku belajar dengan baik. Tapi Ara meledakkan dapurku. Dan Maki-san hanya tertawa seperti gadis gila. Bibi gila." Cerita Megumi sembari menggerutu kesal.

"Dua bibi gila." Gurau Nanami yang turut menimbulkan gelak tawa pada Megumi.

"Kenapa kau tiba-tiba belajar memasak?." Tanya Nanami penasaran.

Sayangnya pertanyaan itu tak terjawab. Seolah dibiarkan mengambang di udara begitu saja.

"Oh. Kak Nana. Lihat, bentuknya seperti panda. Kurasa ini yang terakhir." Seru Megumi tatkala ia mendapati sepasang kotak bento berbentuk kepala panda. Remaja surai runcing itu menyerahkan kotak bento panda ke tangan Nanami. Sayangnya, tangan Nanami terlampau penuh dengan 8 kotak bento yang tersusun rapi bak menara. Megumi hanya meringis pelan kemudian memilih memegang sepasang kotak panda itu ditangannya sendiri. Mereka berjalan ke kasir untuk membayar belanjaan mereka. Belanjaan Megumi.

"Ah, kau datang lagi, Megumi-chan. Aku sudah merindukanmu karena sudah dua hari kau tidak datang kesini." Ujar kasir itu.

Megumi terkikik geli dengan sapaan khas dari kasir itu. "Siapa yang kau rindukan? Aku atau uangku, Hiro-san?." Ujar Megumi menggoda.

"Yah, keduanya sih." Kata Hiro sembari menggaruk belakang kepalanya. "Oh, Megumi-chan, kami menjual set sumpit edisi khusus hari ini. Edisi musim gugur. Kebetulan kakek mendapatkannya lebih awal. Kau tertarik?. Set lain hanya tersedia pertengahan musim gugur nanti,Lho! Bisa rugi kalau tak diambil sekarang, kan?" Tawar Hiro seraya menunjuk set sumpit yang terpajang dengan rapi di rak belakangnya.

Megumi mengamati dengan saksama set sumpit itu. Mempertimbangkan sebentar sebelum mengangguk setuju. "Rasanya seperti selalu ada set alat makan terbaru ketika aku datang ya?. Kemarin set hewan suci, kemarin lagi set bunga, sekarang set musim gugur, apakah selanjutnya akan ada set khusus natal dan hari Valentin?." Goda Megumi sembari mengangkat kedua alisnya. Menggoda.

Membuat Hiro terperanjat dan tersipu mendadak." Upssy, ketahuan kah?. Ahahaha, namanya juga jualan. Set sumpit seperti biasa ya?."

"Yah".

Megumi dan Hiro terus bercakap ria, mengabaikan keheningan yang menghampiri Nanami dibelakangnya.

"Kotak bento yang Gumi beli mirip dengan yang didapat Gojo seminggu yang lalu. Kalau dilihat lagi, sepertinya kotak bento yang didapat Gojo hampir semuanya memiliki desain dan merk yang sama dengan di toko ini. Dan set sumpit apa itu tadi?  Gojo juga dapat sebelumnya kan? Apakah ini semacam kebetulan?." Pikir Nanami dalam hati.
.
.
.
"Aaaahh. kak Nana, terimakasih telah menemaniku. Aku berhutang padamu." Kata Megumi senang.

Mereka saat ini sedang dalam perjalanan pulang. Malam semakin larut dan kota akan semakin sepi. Akan berbahaya untuk berkeliaran di malam hari. Setidaknya bagi Megumi. Itulah yang dipikirkan Nanami.

"Sama-sama. Kita juga pergi bersama untuk keperluan OSIS tadi." Ujar Nanami. "Omong-omong apa kau biasa pergi sendiri seperti ini?" Kata Nanami, parno berlebihan tiba-tiba menyerang.

Megumi menoleh kebelakang, menatap ke wajah Nanami yang mengekornya. "Uhm" angguk Megumi.

"HAH!!?? KAU PERGI KELUAR MALAM-MALAM?!!" Teriak Nanami keras. Remaja bersurai pirang itu terkejut dengan fakta yang baru saja didengarnya. "Dimana Gojo? Atau Maki? Mereka tidak menemanimu?." Katanya panik.

Megumi menggeleng dengan ringan seolah itu bukanlah hal besar. Seolah mengangetkan jantung Nanami hingga nyaris copot adalah hal yang wajar. "Aku biasanya datang sendirian saat masih sore. Hanya kadang-kadang saja kesini malam hari. Maki-san akan menemani jika ia tak sibuk dengan Ara atau klub kendonya." Jelas Megumi.

Nanami menepuk jidatnya dengan keras, meremas surai pirangnya dengan frustasi. "Bagaimana dengan Gojo? Atau minimal Geto?" Tanya Nanami pasrah, sejauh yang ia tahu, si bodoh Gojo sangat overprotektif pada 'Adik-nya' yang notabene adalah 'gebetan-nya itu'.

Jadi, mustahil Gojo akan membiarkan Megumi berpergian sendirian di malam hari yang penuh penjahat seperti ini.

Megumi menggelengkan kepalanya dengan polos. "Kak Gojo selalu pergi dan pulang sekolah bersama Itadori."

'OUUCHH' Nanami sweatdrop. Apa yang bisa diharapkan dari seorang Gojo. Dia orang pengecut yang terjebak di status friendzone..?? Brotherzone..?? Entah apa namanya, Shoko lebih ahli dengan hal ini. Jika dia jadi Gojo, Nanami pasti sudah menconfess Megumi, menyatakan cinta pada Megumi dan mengekangnya untuk dirinya sendiri bahkan jika Nanami belum mengenal apa itu mimpi basah dan menstruasi. Pasti.

"Gumi." Panggil Nanami, membuat remaja manis didepannya menghentikan langkahnya, berbalik menghadap Nanami yang juga ikut berhenti. "Apa...Apa kau.." ucapan Nanami terhenti. Entah kenapa, rasanya berat sekali untuk mengucapkan barang sepatah kata saja. Tenggorokannya tercekat, tersumbat.

Megumi masih menatap Nanami dengan polos. Menunggu dengan polos. Memajukan langkahnya dengan polos. Mendekati Nanami. Membuat Nanami berpikir kalau

"Gumi terlalu polos, dia kelinci yang mudah dijebak di perangkap pemburu." Nanami menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Tidak, bahkan jika itu aku. Belum tentu aku mampu menconfess Gumi sembari menahan diri. Heh, padahal aku ingin tanya apakah dia suka pada Gojo." Pikir Nanami seraya mengeluarkan kepalanya pelan. Ia tersenyum mengejek, mengejek dirinya sendiri karena sadar bahwa dia juga orang pengecut. Ini sih 11-12 dari Gojo.

"Apa pendapatmu tentang Gojo dan Yuuji. Kupikir mereka cukup dekat." Kata Nanami, ia merubah pertanyaannya.

Megumi merenung tatkala mendengarnya. Ia menunduk sebentar sebelum kembali menatap wajah Nanami.

"Aku sering melihat Kak Gojo dan Itadori berangkat dan pulang sekolah bersama." Katanya seraya meletakkan jarinya yang manis di dagu dalam pose berpikir yang imut.

"Gojo...senpai terlihat menyukai Itadori, dan Itadori terlihat tertarik pada Gojo senpai. Mereka sangat dekat." Katanya sembari menundukkan wajahnya, sebelum menegakkannya kembali untuk menghadap Nanami.

"Itadori adalah orang yang sangat baik. Dia ramah dan baik hati pada siapa saja. Jadi tak heran banyak orang yang menyukainya" Ujar Megumi sembari tersenyum tulus.

"Ah. Mungkinkah Kak Nana juga menyukai Itadori? Itu menarik. Mungkin ini bukan hakku untuk ikut campur, tapi, jika kau menyukai seseorang, kau harus cepat mengungkapkannya Lo." Ujar Megumi seraya tersenyum palsu.

"Mencintai orang dalam diam itu sakit" suaranya begitu lirih, kata-katanya tersapu oleh angin malam tatkala ia berbalik dan melanjutkan jalannya kedepan. Membelakangi Nanami.

"Yah, semua orang menyukai itadori".

Monolog batin yang pedih dari Megumi.

"Yosh, malam sudah larut, ayo kita pulang. Kak Nana, jika kau mematung disana terus kau akan dikencingi anjing Lo!." Gurau Megumi sembari menoleh sebentar pada Nanami yang dibelakangnya.

Remaja itu terus berjalan tanpa memedulikan, apakah Nanami mengekor padanya atau masih berdiri ditempatnya. Megumi tidak akan pernah tahu, kalau Nanami baru saja putus koneksi otaknya akibat pernyataan tak masuk akal yang keluar dari mulutnya, mulut Megumi.

"Hah?!! HAAAAH?!! Gojo suka pada Yuuji?! Berita bodoh dari mana itu?!! Apakah aku salah dengar?!"

"Jelas sekali yang disukai Gojo adalah Megumi."

Beberapa kata yang diucapkan Megumi selanjutnya bak angin lalu yang tak berharga. Nanami benar-benar korslet di kata kedua yang diucapkan juniornya. Ia hanya bisa melangkah bak robot otomatis yang menyusuri jejak langkah juniornya.
.
.
.
"Kegh. Dimana anak itu. Aku kehilangannya. Langkahnya cepat sekali, mirip kucing kabur." Gerutu Nanami, remaja itu celingak-celinguk di stasiun kereta. Mencari-cari pemilik surai runcing di sepanjang area. Langkah robotnya yang lambat sebelumnya telah membuatnya kehilangan Megumi dari visinya. Membuat Nanami dilanda trans panik seketika untuk beberapa saat.

*GREEEP!!*

Nanami merasakan lengannya dicengkeram oleh tangan kecil dari belakang. Membuatnya refleks menolehkan kepalanya untuk melihat siapa gerangan yang datang. Betapa senangnya Nanami, ternyata gerangan itu adalah orang yang selama ini ia cari-cari.

"Grrhh. Gumi. Aku mencarimu kemana-mana tadi-" .

"Aku menunggumu dari tadi bodoh!"

Ucapan Nanami terpotong oleh gerutuan kesal Megumi yang bergetar. Bibir ranum Megumi yang manis bergetar bak ceri yang hampir jatuh dari tangkainya. Cengkraman yang semakin erat di siku lengannya membuatnya heran dan was-was dengan apa yang mungkin saja terjadi pada juniornya sebelum mereka bertemu.

Remaja bersurai pirang itu mengedarkan matanya mengamati sekeliling area. Tidak ada yang janggal, hanya beberapa pekerja kantoran yang habis bekerja dan beberapa mahasiswa, dilihat dari almamaternya, sepertinya mereka berasal dari Universitas Metropolitan Tokyo. Beberapa kelompok kecil lainnya terlihat seperti anak SMA yang badung.

Butuh beberapa detik bagi Nanami untuk menyadari kalau sebagian penunggu kereta adalah laki-laki. Tatapan cabul pada anak SMA Badung juga tidak membantu meredakan ketegangan sama sekali. Tidak heran Megumi merangkak pada Nanami atas rasa tidak nyaman yang dia alami.

Nanami adalah kakak aka senior yang bertanggung jawab, dia pria berwibawa yang akan setia melindungi orang terdekatnya. Dengan penuh kasih sayang, Nanami merengkuh tubuh ringkih Megumi. Menempatkannya dengan aman dalam naungannya. Sebaliknya, Megumi semakin mengencangkan cengkeramannya pada tangan Nanami. Mendekatkan diri.

Berlindung.

Nanami memimpin jalan memasuki kereta yang telah menunggu. Mengambil tempat yang sepi, jauh dari sekumpulan lelaki yang terus menatap Megumi dengan sesuka hati. Membuat Megumi risih. "Ehm, terimakasih Kak Nana." Katanya tanpa melepaskan pegangannya pada lengan Nanami.

"Yah, jangan sungkan. Ini hal yang biasa." Katanya. "Apakah hal itu sering terjadi?." Tanya Nanami khawatir. Remaja bersurai pirang itu tahu kalau adik aka juniornya itu punya daya tarik magnetis yang tak akan mampu ditolak oleh siapapun. Tidak heran Nanami sering mendapati berbagai macam orang, entah itu pria atau wanita, menatap juniornya dengan lapar bak hewan puas.

Parahnya, juniornya itu tidak sadar akan saya tarik 'tubuhnya' sama sekali. Menganggap dirinya tak menarik dibandingkan orang lain. Pesimisme yang menyebalkan. Membuat Nanami pusing hanya dengan memikirkannya. Untungnya, Toji sudah mewanti-wanti Megumi. Tentang bahayanya tempat umum seperti kereta malam ini. Dan untungnya lagi, Megumi percaya saja, Megumi juga sepertinya 'agak'....'AGAK!" sadar dengan tatapan mengancam yang diarahkan padanya. Jadi remaja itu bisa lebih berhati-hati.

"Ehm. Hanya kadang-kadang. Jika aku naik kereta yang penuh sesak, ada beberapa tangan busuk yang sedikit bersenggolan." Ucap Megumi.

"Hah?!!! Kau masih naik kereta?. Toji-san sudah melarangmu menaikinya bukan? Jangan bilang kau kemana-mana selalu naik kereta?." Ujar Nanami terkejut. Berpadu kesal terpancar dari wajahnya yang khawatir.

Megumi menggelengkan kepalanya cepat. Tangannya membentuk menyilang didepan dada untuk meredakan amarah kecil yang menyulut Nanami. "Tidak kok tidak. Aku selalu naik bus pergi ke sekolah. Ke kappabashi juga. Kemana-mana kalau nggak naik bus ya pesan taksi. Kalau dekat pasti naik sepeda atau jalan kaki. Sungguh kok."

"Sungguh??!" Tekan Nanami dengan suara berat khas miliknya.

Megumi menganggukkan kepalanya dengan cepat. Membuat surai hitam runcingnya melompat-lompat. "Iya sungguh. Aku nggak bohong kok. Aku naik kereta cuma kalau aku kemalaman seperti ini. Jarang bus lewat dan sulit pesan taksi. Akses kereta lebih mudah disini." Jelasnya.

Nanami hanya bisa menghela nafas panjang. Bukti bahwa ia baru saja mendengar kalau junior kesayangannya yang akan menjadi adik aka kerabatnya dimasa depan itu berpegian malam-malam menaiki kereta yang sepi sendirian nyaris membuatnya kena migrain yang hebat.

"Jika kau kemalaman lagi, lain kali minta orang untuk menemanimu atau menjemputmu. Entah itu aku, Nobara-san, Maki, Yuuta, Toge, ataupun Yuuji, itu lebih baik." Katanya seraya membelai pelan surai Megumi. "Jika semua orang sibuk, minta saja Gojo, dia sering menganggur."

Megumi hanya mengangguk pelan akan nasihat dari kakak aka seniornya itu. Perjalanan kereta berlangsung senyap, sunyi tanpa bunyi. Hanya suara mesin kereta yang memenuhi ruangan dengan beberapa bunyi orang mendengkur dalam tidurnya. Megumi menempatkan tubuhnya yang kecil dalam naungan Nanami yang aman. Menunggu kereta berhenti di stasiun selanjutnya.

"Jika semua orang sibuk, minta saja Gojo, dia sering menganggur."

Kata-kata yang dalam terngiang-ngiang di telinga Megumi.

"Memangnya Kak Gojo bakalan peduli?."

Sebuah kesedihan yang sepi menghantam hati kecil Megumi.
.
.
.
.
"Kau yakin aman pulang sendirian?" Nanami memberikan kantung belanjaan besar berisikan setumpuk kotak bento yang kosong pada Megumi. Sepenuhnya milik Megumi. Ia melirik arloji perak-emas yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Jangan khawatir, ini baru jam 9 malam. Bunkyo masih ramai dengan orang-orang." Kata Megumi sembari melihat jam di ponselnya. "sebaiknya kak Nana segera pulang. Minato tidak jauh, tapi jika kak Nana berleha-leha, nanti bisa kemalaman Lo." Tambahnya.

Nanami memandang Megumi sebentar, mempertimbangkan haruskah ia mengantarnya pulang dengan aman atau tidak.

"Kak Nana. Aku dapat taksi langgananku. Kau bisa pulang dengan aman sekarang" ujar Megumi.

Nanami tersadar dari lamunan singkatnya. Ia melihat Megumi yang menggoyangkan ponselnya dengan santai. Layarnya memperlihatkan sebuah taksi yang tengah dalam perjalanan menuju stasiun. Nampaknya Megumi telah memesan taksi sejak mereka berhenti di stasiun, sementara Nanami malah bengong bak orang tolol.

"Kau bilang sulit memesan taksi di malam hari?" Tanya Nanami.

Megumi menggelengkan kepala kecilnya yang cantik. "Tidak di Bunkyo. Sasaki-san sudah seperti supir pribadiku saking seringnya aku pesan." Celetuk Megumi diiringi tawanya yang manis.

Nanami menghela nafas lega. Sedikit rasa geli ikut lolos dari mulutnya. Ia membelai surai Megumi yang menolak gravitasi. Nanami memilih untuk menemani Megumi sampai taksi yang dipesannya datang. Melindungi dan menemani Megumi sudah seperti tanggung jawab baginya. Bukan hanya dia adalah juniornya, namun juga adiknya, calon. Amanah dari Toji untuk menjaga putra kecilnya juga memberikan beban yang cukup di pundak Nanami. Yang tentunya dengan sukarela Nanami tanggung.

Nanami tahu pasti kalau Megumi selalu bisa melindungi dirinya sendiri. Tidak mungkin putra seorang tentara tidak pernah dilatih bela diri. Hanya saja, tubuh binal Megumi terlalu menggoda siapapun yang melihat. Dan poin minus kesadaran Megumi tidak membantu sama sekali. Satu-satunya yang bisa dilakukan Nanami hanya mengawasi dan menemani sebagai bentuk melindungi.

"Oh, taksi sasaki-san sudah tiba. Hora, kak Nana cepat pulang. Besok masih sekolah Lo. Aku pergi dulu ya." Ujar Megumi seraya berpamitan pada seniornya. Yang dibalas dengan anggukan singkat dan lambaian tangan yang tulus.

Usai Nanami melihat Megumi menghilang di ujung jalan, ia mulai memasuki kereta dan menuju ke rumah.

Pulang.

Sesampainya dirumah...

"Apanya yang besuk sekolah? Besuk kan hadi libur? Apa Gumi mengigau?"

Ujar Nanami seraya berendam di bak mandi penuh air hangat yang merilekskan seluruh urat ototnya. Ia memotret tubuh bagian atasnya yang telanjang. Hanya untuk ia kirimkan pada seseorang.

==================================
Y

uuji-Kun

[Send A picture]

🤤 Itu seksi! Tunjukkan yang
dibawah juga!

Kau mesum!

Hanya untukmu, Baby!

Aku merindukanmu.

Aku kesana sekarang, Baby!
==================================
.
.
.
.
"Osoi Yo Megumi. Kemana saja kau?. Aku menunggumu dari tadi sore?."

Sebuah suara wanita yang sombong dan tomboy keluar memenuhi apartemen Megumi. Membuat Megumi terkejut akan kehadiran dari tamu yang gak diundang itu. Megumi cepat-cepat menuju sumber suara. Dan didapatinya seorang gadis dengan celana olahraga dan tank top tengah duduk di sofa ruang tamunya. Gadis itu duduk bersandar  dengan angkuh di sofa Megumi, kaki panjangnya terangkat, bertengger dengan nyaman di meja pendek didepannya, tangannya memegang Snack super besar yang notabene milik Megumi. Tamu tak diundang itu masuk dan menjajah isi apartemen Megumi seolah itu adalah miliknya sendiri.

"Maki-san??!. Kau mencuri keripik kentang rasa jahe kesukaanku?!." Gerutu Megumi.

Remaja itu cepat-cepat merebut Snack super besar yang dipegang Maki. Menjatuhkan barang bawaannya, melupakannya. Yang ia pikirkan hanyalah keutuhan dari Snack kesukaannya itu.

Tatkala ia melihat isinya, betapa kecewanya ia. "isinya tinggal seperempat." Megumi mengembalikan Snack itu pada Maki dengan cemberut yang lucu. Megumi mendudukkan tubuhnya sendiri di sofa samping Maki. Meraih keripik kentang rasa ayam panggang dan membukanya. Memakannya dengan pelan masih dengan cemberut tercetak diwajahnya.

"Kenapa kau tiba-tiba disini?. Aku ingat kau kencan dengan Ara?." Tanya Megumi.

Maki mengunyah keripik kentang dengan kasar, meneguk cola disampingnya untuk membantu proses menelan. "apa aneh untuk mengunjungi keponakanku?. Aku perlu memastikan kau hidup dan tidak berkubang dalam kolam kesedihan seperti di film yang ditonton Nobara kemarin."

Megumi cemberut kesal. Sangat kesal hingga mengeluarkan kedutan urat ringan di dahinya yang lebar. Sebagai bentuk kesalnya, Megumi melemparkan bantal sofa secara sembarang ke arah Maki. Yang tentu saja langsung ditangkap dengan mudah oleh gadis itu. Refleks atlet Kendo bukanlah suatu lelucon yang pantas di tertawakan.

"Kau ke Taito lagi?." Tanya Maki seraya melirikkan sudut matanya pada tumpukan kotak bento yang berceceran di lantai. Dilupakan. "Aku sudah bilang padamu untuk tidak keluar malam sendirian bukan? Kau bisa menelpon ku atau Ara untuk menemanimu." Tegur Maki serius.

"Tenang saja, aku tidak sering pergi keluar malam hari. Hari ini kebetulan aku harus terjebak dengan tumpukan dokumen tugas OSIS. Aku ingin ke Taito besok, tapi kak Nana bilang ada yang perlu dibeli untuk keperluan acara OSIS. Jadi sekalian saja mampir ke kappabashi." Jelas Megumi. Ia meraih susu kotak rasa strawberry yang tergeletak di meja. Nampaknya bibinya itu bukan sekedar mencuri makanannya secara gila. Bibinya masih bertanggung jawab dengan membawakan beberapa Snack dan minuman yang tidak sedikit sebagai ganti Snack miliknya.

"Baguslah kalau begitu." Kata Maki. Gadis itu mengganti saluran televisi ke channel kesukaannya. Mukbang junk food sebelum beralih ke film horor mingguan nantinya.

"Bukannya kau kencan dengan Ara?." Tanya Megumi sekali lagi.

Maki meremas bungkus Snack keripik kentang yang sudah habis menjadi bulatan bola. Melemparnya ketempat sampah di ujung ruangan. Beralih meraih sekantung popcorn caramel di atas meja." Rencananya iya. Kemudian gadis itu mengirimkan pesan untuk membatalkan kencannya di menit terakhir."

"Huh?! Itu aneh. Ara sangat semangat sejak pagi tadi. Kenapa tiba-tiba batal?!." Tanya Megumi terkejut, ujung sedotan terlepas dan tersangkut di ujung mulutnya.

Maki menggelengkan kepalanya. Meremas bungkus kantung popcorn yang sudah habis dan melemparnya ke tempat sampah. Sungguh luar biasa betapa besar nafsu makan bibinya itu. Maki menghabiskan sekantung popcorn penuh hanya dalam tiga kunyahan.

"Nobara bilang dia ada urusan. Kencan ditunda untuk besok." Kata Maki. Ia bangkit dari tempatnya duduk dan melemparkan kembali bantal pada Megumi. Membuat Megumi tersentak kebelakang karena bantal itu mengenai tepat pada mukanya. "Omong-omong aku akan menginap."

"Huh?!! HUH?!!"............"Menginap??."

Megumi cepat-cepat duduk tegap. Menyimpan bantal di paha dan menatap Maki. "Tunggu dulu!!!! Kenapa tiba-tiba menginap!! Tidak boleh!! Pulang sana!." Protes Megumi.

Maki hanya memutar mata ringan, mengacuhkan protes dari keponakannya. Gadis itu meraih sekantung kotak bento yang sekian lama dianggurin di lantai. Membawanya ke area dapur dan menyimpannya. "Bodo amat. Aku bilang menginap ya menginap."

Megumi frustasi. Ia berbalik menatap Maki. Menyandarkan tubuh depannya  pada sandaran kursi. "Maki-san. Tidak boleh! Tidak sekarang!" Tuntut Megumi.

"Memangnya kenapa tak boleh?!" Bentak Maki, tangannya terlipat di depan dadanya yang besar. Tak lupa aura intimidasi keluar dari ujung hidungnya.

"Kamar tamunya kotor!. Aku tidak punya seprai lain untuk dipasang disana!." Kata Megumi beralasan.

Otak cerdas itu seketika mati untuk memikirkan alasan lain.

"Aku bisa tidur bersamamu nanti." Kata Maki begitu santai seolah itu adalah hal paling biasa yang pernah ada.

Megumi membenturkan kepalanya ke sandaran kursi. Pada akhirnya Megumi menyerah. Maki mendesak Megumi untuk mandi sementara dia menyiapkan ramen instan untuk dimakan dengan keponakannya.

Malamnya Maki benar-benar tidur satu ranjang dengan Megumi. Membuat Megumi merasa seperti memasuki pintu neraka.
.
.
.
.
Keesokan paginya Megumi terbangun dengan seprai baru terpasang di ranjangnya. Megumi, yah nyawanya masih belum terkumpul sepenuhnya, tak punya tenaga yang cukup untuk sadar dengan seprei baru dan kehadiran kosong di sisinya. Remaja bersurai runcing itu berjalan menyusuri apartemennya seperti biasa seolah tak ada satu hal pun yang janggal.

Ketika sampai di dapur, matanya yang buram menangkap bayangan bibinya sedang duduk memainkan ponsel sembari meminum teh pagi. Akhirnya Megumi teringat kembali kalau bibinya itu menginap di apartemennya semalam. Dengan langkah yang malas, ia menghampiri tempat bibinya duduk dan mengambil kursi kosong yang ada. Tangannya meraih teko teh pagi dan menuangkannya untuk dirinya sendiri. Satu tegukan sudah cukup memberikan kesegaran pada otaknya yang berkabut.

"Megumi." Panggil Maki.

Megumi menolehkan kepalanya pada Maki yang kini dihadapannya. Ia menurunkan sedikit cangkir tehnya dan menatap bibi dengan wajah polos yang pernah ada.

"Setelah ini, Jangan pernah tidur dengan orang lain dalam satu ranjang lagi!" Perintah Maki serius. "Jangan pernah jika kau tidak ingin malu hingga membuatmu mengubur dirimu sendiri." Tegas Maki.

Megumi masih kebingungan. Wajahnya mengernyit heran. Permatanya yang cantik berkedip polos. "Heh? Apa maksudnya?."

Maki menghela nafas panjang. Ia menyerahkan ponselnya pada Megumi. Memperlihatkan layar dengan video yang sedang diputar. Betapa terkejutnya Megumi tatkala mendapati kalau ialah yang ada dalam video itu.

"Ungh, aaah, Toru.. Toru.. kau terlalu besar... Aaakhhh. Kontolmu terlalu besar... Aaakh bokongku tak muat. Boolku pecah. Pelan-pelan... Toru.. pelan-pelan.. aakh. Nikmat..ugh.. kontol Toru sangat nikmat.. boolku penuh dengan kontolmu...aakh penisku menangis kesenangan Toru."

"Aku minta maaf kemarin karena memaksa menginap. Sekarang aku mengerti kenapa spreimu habis dan kau menolak." Ujar maki dengan sedikit penyesalan.

Megumi melayang. Nyawanya melayang. Wajahnya menyala seperti udang rebus. Dengan segala tenaga yang ia miliki ia meraih ponsel maki dan menghapus video itu secara membabi buta. Setelahnya ia menatap maki dengan tatapan tajam yang penuh air mata mengalir di sudut matanya.

Megumi tak percaya, hari dimana bibinya menginap satu ranjang bersama adalah hari dimana Megumi mimpi basah, tidur bersama, seks bersama, dibobol bokongnya oleh Gojo, gebetannya. Dan dia mengigau begitu keras dan menjijikkan mengenai kenikmatan seks mimpi basahnya.

GILA!.

Megumi memang sering mimpi basah, bermimpi tidur bersama Gojo, melakukan seks intens dengan Gojo, merasakan tubuhnya ditekan, digigit, dipeluk, dan dimasuki Gojo dengan penis besarnya. Tapi, dari sekian hari, haruskah itu hari dimana dia sedang tidur bersama bibinya yang jahat dan menyebalkan?.

Maki hanya tertawa saja melihatnya. Menerima ponselnya yang nyaris retak temple glass nya. Sementara keponakannya itu berlari menuju kamar mandi untuk meluapkan rasa malu frustasinya. Untungnya hari ini libur, jadi ia tak perlu bertemu dengan Gojo dan menghadapi rasa malunya!
.
.
.
.
TBC~
==================================

Note : Megumi 'agak' tidak nyaman dengan lirikan dan tatapan lelaki tua atau remaja dan pria Badung yang tidak akrab dengannya. Tidak! Dia tidak mengalami trauma atau pelecehan, mungkin?. Tapi sungguh dia baik-baiks aja. Ke-anti-an Megumi pada pria, kereta dan sebagiannya karena......... Mungkin akan ada di lain bab cerita.... Tapi sebenarnya Nanami sudah menjawabnya disini♡⁠(⁠>⁠ ⁠ਊ⁠ ⁠<⁠)⁠♡.

Yah, itu saja, Vote, Komen & share onegaisimasu (⁠〃゚⁠3゚⁠〃⁠)

Continue Reading

You'll Also Like

2.4K 226 10
Pertemuan tidak sengaja antara Yuno dan Asta secara tidak langsung mengubah sang kehidupan Yuno yang semula hitam putih menjadi berwarna seiring berj...
12.9K 1.3K 9
Gojo Satoru dan Itadori Yuuji Dua insan dalam satu ikatan bernama cinta. Warn(!) bxb
908 71 8
Fushiguro Megumi dan Yuuji Itadori adalah sepasang kekasih. Tetapi karena sebuah kecelakaan, Yuuji terpaksa tertidur dengan jangka panjang. Naoya Zen...
4.5K 297 5
kesalahan yang berakibat fatal tapi berakhir bahagia itu lah yang Jake alami Switch age, heeseung umur nya lebih muda ya dari pada Jake