After Sunset

By lexjulia

6.1K 3 0

Sequel cerita dari "Namaku Maira" yang aku tulis di noveltoon. Cerita kali ini adalah tentang sudut pandang d... More

1 [Frame]
2 [Sunflower]
3 [Wind]
4 [Summer]
5 [Shrivel]
6 [Summer End]
7 [Chance]
8 [Deleted]
9 [Black Rose]
10 [Is It]
11 [Her]
12 [Red Lips]
13 [Begin]
14 [First]
15 [Second]
17 [Mine]
18 [Forgotten]
19 [Sweet of her]
20 [Care]
21 [Just Began]
22 [After Birthday]
23 [The Night]
24 [Promises]
25 [Dina]
26 [Her Smile]
27 [Happiest Day]
28 [Zahra]
29 [Tea Time]
30 [Signature]
31 [Silly Student]
32 [Telenovela]
33 [Graduated]
34 [Declined]
35 [Kids]
36 [Celebration]
37 [Growth]
38 [End Of Moment]
39 [Fallen Tree]
40 [Before Everything]
41 [Candlelight]
42 [Fairless]
43 [Betrayal]

16 [Third]

105 0 0
By lexjulia

Sambil mengoreksi design yang dimas gambar, dimas berfikir, hal apa yang harus dimas lakukan supaya dimas bisa mendapat tatapan yang rizal maksud.

"Udah sampai mana dim", bisik rumi yang sudah ada disamping dimas.

Dimas memutar tubuhnya, dan langsung menatap rumi dengan wajah terkejut.

"Kok cepet banget udah pulang, kamu tinggalin anggota lainnya di bosche", tanya dimas pada rumi.

"Cepet gimana, ini udah jam satu malam dim", jawab rumi.

Dimas langsung melihat jam di tangannya, dan benar saja, waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Dimas langsung menutup matanya, merasa kesal karena dia telat menyusul maira. Dimas kemudian mencari keberadaan rizal, dan ternyata rizal sudah tertidur didepan maketnya.

"Udah pada pulang semua", tanya dimas pada rumi yang mulai membuka laptopnya.

"Masih ada fais sama maya yang belum pulang", jawab rumi.

"Yang lainnya", tanya dimas dengan tatapan menyelidik.

"Lainnya siapa, maira", tanya rumi sambil melirik dimas.

"Maira sama kiki pulang sebelum jam sepuluh", ujar rumi lagi.

"Tumben, kok bisa", tanya dimas merasa senang karena maira hanya sebentar di bosche.

"Iya disusulin kakaknya, sama teman kakaknya, terus kiki sama maira ditarik telinganya untuk keluar dari bosche", jawab rumi sambil tertawa geli.

Rumi kemudian menceritakan gimana kacaunya situasi saat kakak maira berdiri dibelakang maira, karena tidak butuh waktu lama untuk kakak maira menarik telinga maira dan kiki untuk keluar dari bosche.

Menurut rumi, fian dan adit berusaha melepas tangan kakak maira dari telinga maira, tapi langsung dipelototin oleh kakak maira. Kakak maira berkata dengan tegas pada keduanya, "Ini adikku". Mendengar ucapan kakak maira, baik adit dan fian langsung ciut.

Dimas tertawa mendengar cerita dari rumi dan perasaan lega menyelimuti hati dimas. Kantuk yang sebelumnya tidak dimas rasakan, mulai menyergap matanya, dimas kemudian membereskan mejanya, dan berjalan keluar dari studio untuk pulang ke kamar kosnya.
 

^_^

Hari selasa, saat dimas makan siang dengan maira, di salah satu rumah makan yang sudah beberapa kali dimas kunjungi dengan maira, yang terletak persis di perempatan menuju goeboek coffe, dimas menanyakan soal maira yang di jemput oleh kakaknya di bosche.

"Aduh, masih malu banget aku sampai sekarang kalau ingat", jawab maira.

"Kok dimas tau, padahalkan dimas nggak ikut", ujar maira lagi.

"Rumi cerita, emang kakak kamu nggak tau kamu suka pergi ke bosche", tanya dimas.

"Enggaklah, kalau tau bisa dijadiin sop aku kayak kemaren", jawab maira dengan nada kesal.

"Emang dimarahin gimana", tanya dimas.

"Ya gitu deh, kak alan ngoceh mulai dari makeupku, pakaian yang aku pakai, sampai bahayanya aku dateng ke club malem", jawab maira.

Dimas merasa lega dan senang, karena itu artinya, dalam waktu dekat, maira tidak akan pergi ke bosche lagi. Sesuka apapun dimas pada maira, dimas masih berharap bahwa maira akan menjauhi club malam, dan mencari kegiatan lain di waktu luangnya.

Keduanya memang sibuk dengan kegiatan kuliah masing-masing, tapi baik dimas ataupun maira selalu meluangkan waktu untuk memberikan kabar akan hari yang mereka lalui, melalui sambungan telvon, nyaris setiap malam. Mereka memang belum terikat secara resmi sebagai sepasang kekasih, itu semua karena dimas masih ragu. Dimas ragu karena ia masih belum mendapat apa yang dia inginkan, untuk dia bisa mengambil langkah selanjutnya akan hubungannya dengan maira.

Dimas bahkan berusaha memberanikan diri menjemput maira di rumahnya, untuk pergi touring bersama seusai ujian semester. Hanya saja sampai malam hari, meski dimas sudah menatap maira selama lima belas menit di teras rumah maira, sayangnya maira tidak sekalipun membalas tatapannya. Dimas akhirnya membawa kegalauannya pulang ke solo, tapi tujuan dimas bukanlah toko maminya. Dimas hanya pulang sebentar untuk mengambil mobil papanya, lalu berangkat ke salah satu hotel milik keluarga raka di salatiga.

"Atas nama siapa mas", tanya petugas resepsionis yang menyambut dimas.

"Dimas Prasetya", jawab dimas.

"Kamar 805 ya pak, ini kuncinya", ujar petugas resepsionis pada dimas.

Reuni SMA Nusa Bangsa tahun angkatan dimas, memang sudah direncanakan dari tiga bulan lalu. Dimas datang sehari lebih awal, karena dia ingin bersantai terlebih dahulu.

Acara reuni di gelar kamis malam, tiga puluh dari lima puluh alumni hadir, tak ketinggalan sosok ratih juga hadir.

"Tuh cinta pertama kamu", senggol helda pada dimas.

Dimas yang sudah sepenuhnya melupakan ratih, dan tidak memiliki sisa rasa apapun yang ingin ia pertanyakan pada ratih, hanya meneguk tequilanya. Dimas kemudian menyapa beberapa dari teman-teman yang ia kenal dekat saat SMA.

"Apa kabar", ujar ratih sambil mengulurkan tangannya pada dimas, saat dimas mengisi gelasnya.

Dimas menyambut tangan ratih, juga tersenyum pada ratih, dan membuat kasak kusuk mulai terdengar disekililing mereka berdua.

"Udah berubah ya sekarang kamu", ujar ratih.

"Iyalah masa harus sama terus", jawab dimas dengan ramah.

"Gimana kuliah kamu", tanya ratih lagi.

"Lancar", jawab dimas singkat.

"Maaf ya dulu aku mutusin kamu tiba-tiba", ujar ratih membuka perbincangan soal masa lalu.

"Santai aja, udah lalu juga", jawab dimas sambil tersenyum.

Dimas yang tidak antusias untuk berbincang dengan ratih, memilih pamit dari sisi ratih, kemudian duduk bersama gilang dan raka di ujung balroom hotel.

"Kamu kenapa dim", tanya raka yang mendengar helaan nafas dimas berulangkali.

"Lagi kangen sama seseorang", jawab dimas.

"Pacar kamu", tanya gilang.

"Belum, tapi bentar lagi mau aku pacarin", jawab dimas, sambil kembali meneguk alkoholnya.

Gilang dan raka saling mendorong satu sama lain, sambil menggoda dimas.

"Kenalin ke kita ya, kalau dia mau jadi pacar kamu", ujar raka.

"Nggak mau, nanti kalian naksir lagi, mau aku simpan sendiri", jawab dimas, sambil melihat foto maira di handphonenya.

"Jiahhh, kayaknya bentar lagi ada janur yang melengkung nih", goda gilang pada dimas.

"Doain ya, tolong tangkepin janurnya, supaya bisa melengkungnya besok", jawab dimas.

Raka dan gilang yang kegirangan, langsung mengisi gelas mereka dengan minuman.

"Cheers untuk dimas dan janurnya", teriak gilang dengan girang.

Gilang, dimas, dan raka, kemudian bersulang dengan gelas mereka masing-masing.

Mendengar trio cowok fenomenal di angkatan mereka terlihat girang, peserta alumni yang berdiri disekitar dimas, gilang dan raka langsung melihat ke arah trio tersebut.

Helda yang penasaran, juga langsung menghampiri ketiga sahabatnya, dan menghentikan obrolannya dengan nindy.

"Happy banget kalian, ada apaan", tanya helda sambil duduk dipangkuan raka.

"Aku ke kamar dulu ya, mau angkat telvon", ujar dimas begitu melihat nama maira di layar handphonenya.

"Ada apa nih, langsung kabur gitu", selidik helda pada dimas.

"Rahasia", jawab dimas, dan dimas langsung keluar dari balroom hotel menuju kamarnya.

"Dimas lagi dimana", tanya maira di telvon dengan riangnya, saat dimas menerima telvon maira.

"Lagi di lift", jawab dimas yang baru menekan tombol lift.

"Emang darimana", tanya maira.

"Dari reuni", jawab dimas.

"Dimas udah makan", tanya maira.

"Udah", jawab dimas sambil tersenyum.

"Maaf ya tadi telvonnya nggak keangkat, soalnya aku silence", ujar maira.

"Iya nggak papa", jawab dimas.

"Sampai ketemu hari sabtu ya, kalau dimas capek nggak jemput nggak papa kok, kita bisa ketemu di jogja", ujar maira.

"Aku mau jemput kamu kok", ujar dimas bersikukuh.

Maira kemudian mengakhiri telvonnya, setelah meminta dimas untuk tidak tidur terlalu larut malam.

Dimas baru kembali ke solo di hari jumat malam, dan langsung tidur setelah memeluk maminya. Dimas ingin terlihat segar di pagi hari karena ia memiliki agenda cukup penting di hari sabtu, yaitu janji temu dengan maira.

"Mi, papa di luar kota sampai kapan", tanya dimas, saat ia melihat mami mita sedang berolah raga pagi di teras rumah.

"Papa di aceh sampai bulan depan, kenapa
memangnya", tanya mami mita.

"Mobil aku pakai ya", pinta dimas.

"Pakai aja dek, kalau kamu mau pakai mobil papa terus nggak papa, nanti mami beliin papa mobil baru", jawab mami mita.

"Cuma buat libur semester aja kok mi", ujar dimas.

Mami mita kemudian tersenyum pada putra kesayangannya.

"Mau kemana pagi-pagi gini", tanya mami mita, yang melihat dimas sudah rapi dan wangi.

"Mau jemput cewek cantik di semarang", jawab dimas dengan muka cerah.

"Dimas udah punya pacar baru", tanya mami mita.

"Belum mi, lagi menuju kesana, doain ya mi", jawab dimas sambil tersenyum.

Dimas kemudian memperlihatkan foto maira pada maminya, dan mami mita langsung mengusap kepala dimas.

"Namanya siapa", tanya mami mita.

"Maira", jawab dimas.

"Nama yang cantik", ujar mami mita dengan senyum di wajahnya.

"Dimas suka banget sama maira mi", ujar dimas sambil tersenyum.

"Iya mami pasti akan dukung dan doain apapun yang bikin dimas bahagia", ujar mami mita.

"Makasih ya mi", jawab dimas.

"Sarapan dulu sebelum berangkat", pinta mami mita, sambil kembali melanjutkan olahraga paginya.

Selesai sarapan, dimas langsung berangkat ke semarang untuk menjemput pujaan hatinya. Maira yang menyambut dimas dengan wajah yang memerah begitu dimas sampai di rumah salah satu teman maira, dita namanya, menurut maira dita adalah sahabatnya di kampus.

Melihat rona wajah maira yang memerah dan menggemaskan, dimas ingin percaya diri bahwa hal itu karena kedatangan dirinya, namun dimas juga sedikit menyadari bahwa bisa saja rona merah di wajah maira semata karena cuaca kota semarang.

"Macet nggak jalannya", tanya maira pada dimas.

"Enggak kok", jawab dimas.

Teman-teman maira kemudian satu persatu keluar, dan untuk pertama kalinya, maira mengenalkan dimas pada orang-orang terdekatnya.

"Jadi kapan ra", tanya ayu sambil menggoda maira.

"Kapan apannya", tanya maira sambil tersipu.

Dimas nyaris tersedak, karena dimas sangat yakin bahwa maira pasti sudah menceritakan tentang dirinya pada teman-temannya. Hal itu membuat dimas tidak bisa menahan dirinya untuk merasa besar kepala.

"Kapan kita mau makan siangnya", jawab bowo.

Ayu kemudian mencubit lengan bowo, karena tidak peka akan situasi bahwa dirinya sedang menggoda maira. Hanya lima belas menit teman-teman maira mengobrol dengan maira dan dimas, sebelum akhirnya mereka membiarkan dimas berdua dengan maira di teras rumah dita.

Dengan hati yang cukup merekah karena maira bercerita tentang dirinya pada orang terdekatnya dan juga karena sikap manja maira yang terasa candu bagi dimas, membuat dimas semakin yakin bahwa maira harus menjadi miliknya.

Hari dimas di semarang bersama maira dan teman-temannya terasa cukup spesial untuk dimas, karena sesekali maira menarik lengan dimas, saat maira terlihat antusias akan sesuatu yang ada didepan matanya.

"Mau beli baju couple nggak", tanya bowo pada ayu dan dita.

"Boleh", jawab dita.

"Ra kamu mau beli baju couple sama kita atau sama yang disebelah kamu aja", goda ayu.

"Apaan sih yu, dimas itu temen aja sama kayak kalian", jawab maira dengan wajah memerah.

"Temen kok dari tadi jalannya bareng", goda ayu.

"Yaudah aku jalan bareng bowo, ayu wo", ujar maira sambil menarik lengan bowo.

Dimas dengan gesit langsung menarik jemari maira untuk kembali berjalan disampingnya.

"Duh co cweet", ujar dita saat melihat dimas menarik tangan maira.

"Jadi gimana baju couplenya", tanya bowo.

"Samain aja wo", jawab dimas.

Begitu usai mengikuti maira dan teman-temannya sepanjang hari, dimas mendapatkan apa yang dimas inginkan berdasarkan tanda yang rizal sampaikan di studio beberapa minggu yang lalu.

Maira menatapnya dengan sangat sayu, saat mereka sudah sampai di jogja di teras rumah maira. Tatapan maira, langsung membuat jantung dimas berhenti berdetak selama tiga detik.

Setelah kembali bernafas, dimas memberanikan diri membalas tatapan maira, dan dengan jelas, dimas bisa melihat kembang api dan wajah dimas di pelupuk mata maira. Dimas langsung tersenyum, dan sangat ingin mencium maira seketika itu juga, tapi dimas memilih berjuang untuk menahan dirinya.

***

Continue Reading

You'll Also Like

226K 17.2K 24
"ما هِي رَغباتُك المُظلمة ..دكتور جيُون؟" "لَدي غَرائز تايهيُونغ ..لا رَغبات، وَ هُناك فَرق" آدت أفكار تايهيُونغ وَ فضوله حَول رَغبات الأنسان المُظلم...
4.3M 287K 61
"Why the fuck you let him touch you!!!"he growled while punching the wall behind me 'I am so scared right now what if he hit me like my father did to...
745K 106K 39
Yaduvanshi Series #3 it is a book under yaduvanshi series. But it could be read as standalone too. Nitya Raghavendra is a telugu businesswoman earnin...
988K 30.6K 61
Dans un monde où le chaos et la violence étaient maitre, ne laissant place à ne serrait ce qu'un soupçon d'humanité. Plume était l'exception. Elle...