After Sunset

By lexjulia

6.1K 3 0

Sequel cerita dari "Namaku Maira" yang aku tulis di noveltoon. Cerita kali ini adalah tentang sudut pandang d... More

1 [Frame]
2 [Sunflower]
3 [Wind]
4 [Summer]
5 [Shrivel]
6 [Summer End]
7 [Chance]
8 [Deleted]
9 [Black Rose]
10 [Is It]
11 [Her]
12 [Red Lips]
13 [Begin]
15 [Second]
16 [Third]
17 [Mine]
18 [Forgotten]
19 [Sweet of her]
20 [Care]
21 [Just Began]
22 [After Birthday]
23 [The Night]
24 [Promises]
25 [Dina]
26 [Her Smile]
27 [Happiest Day]
28 [Zahra]
29 [Tea Time]
30 [Signature]
31 [Silly Student]
32 [Telenovela]
33 [Graduated]
34 [Declined]
35 [Kids]
36 [Celebration]
37 [Growth]
38 [End Of Moment]
39 [Fallen Tree]
40 [Before Everything]
41 [Candlelight]
42 [Fairless]
43 [Betrayal]

14 [First]

255 0 0
By lexjulia

Harapan dimas untuk bisa melihat maira lagi belum juga terlaksana. Tiga sabtu malam yang dimas lewati dengan harapan bisa melihat maira berdiri di hadapannya lagi, nyatanya hanya harapan kosong yang coba dimas putar berulang kali dibenaknya.

Tak pernah dimas kira mendekati perempuan manis dan sederhana seperti maira akan sesulit ini. Pesan singkat dimas juga tak lagi maira balas. Hanya impian kosong untuk bisa kembali memandang wajah maira yang coba dimas nyanyikan setiap hari.

Bayangan maira di bosche malam itu memang masih rutin menemani dimas setiap harinya. Sosoknya hanyalah antara ada dan tiada bagi dimas. Benak dimas, menghibur dimas kalau maira bukanlah gadis yang bisa ia pacari, tapi hatinya, tak berhenti menyiksa dimas dengan memaksa dimas untuk merindukan maira.

"Nggak ke studio dim pagi-pagi gini", tanya roni, mahasiswa yang sudah seharusnya lulus, tapi masih gentayangan di kampus.

Pagi dimas terasa sangat kelabu jadi dimas lebih memilih mendatangi basecamp mahasiswa pecinta alam di kampusnya atau biasa di singkat mapala, dan absen dari studio mahasiswa arsitek.

Roni yang merupakan ketua mapala, sudah menjadi penghuni tetap di basecamp mapala. Bahkan tak jarang, roni menginap di basecamp tersebut selama berhari-hari.

"Lagi nggak semangat aku", jawab dimas.

"Kamu bisa gantiin aku nemuin krisna sama bagas nggak di kampus mereka, aku ada bimbingan skripsi soalnya, kalau tahun depan nggak lulus, aku bisa kena drop out", ujar roni dengan nada khawatir.

"Makanya buruan lulus, betah amat sih di kampus", ujar dimas.

"Bisa nggak dim", tanya roni lagi.

"Jam berapa", tanya dimas.

"Jam sembilan", jawab roni.

"Kampus bagas sama krisna dimana sih, atma bukan ya", tanya dimas.

"Bukanlah, mereka anak pancasila", jawab roni.

Mata dimas langsung terbuka lebar, tanpa sanggahan lagi, dimas menyanggupi keinginan roni untuk menggantikannya.

"Apa aja yang mau di bahas", tanya dimas dengan antusias.

"Cuma soal bakti sosial libur semester nanti, paling bentaran doang", ujar roni meyakinkan dimas.

"Oke deh", jawab dimas dengan wajah sumringah.

Saat dimas melihat jam di tangannya, waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Artinya, dimas masih punya waktu dua jam lagi untuk pergi ke universitas pancasila.
Dimas kemudian keluar dari basecamp mapala dan berjalan menuju studio tematik yang ada di lantai tiga.

Dimas sadar kalau kesempatannya untuk bisa bertemu maira tidak sampai lima puluh persen, tapi dimas akan gunakan waktu sebaik-baiknya, nongkrong selama mungkin dengan krisna dan bagas di kampus mereka.

Sampai di studio, dimas menulis daftar hadir dan langsung duduk, lalu membuka laptopnya untuk mulai mempelajari materi konstruksi lanjut. Berulangkali dimas melihat jam di tangannya, hingga akhirnya waktu menujukkan pukul 08.45 pagi. Dimas bergegas keluar dari studio begitu mata kuliah studio tematiknya usai dan dimas langsung menuju parkiran motor di kampusnya.

"Buru-buru amat dim, mau kemana", tanya rumi pada dimas saat mereka berpapasan di parkiran kampus.

Dimas hanya menjawab rumi dengan kedipan mata sekaligus senyum manisnya dan berlalu dari pandangan rumi.

Bersamaan dengan dimas yang baru saja sampai di kampus pancasila, krisna mengirim dimas pesan singkat, kalau mereka menunggu dimas disamping perpustakaan.

"Kenapa nggak di kantin aja sih", gumam dimas dalam hati.

Dimas kemudian bertanya pada salah satu mahasiswa yang kebetulan parkir tidak jauh dari motor dimas.

"Perpustakaan sebelah mana ya", tanya dimas pada mahasiswa tersebut.

Mahasiswa tersebut langsung menunjuk jalan setapak dibelakang parkiran yang menuju ke perpustakaan.

"Makasih ya", ujar dimas pada mahasiswa tersebut.

Butuh sepuluh langkah bagi dimas berjalan dari parkiran motor menuju perpustakaan universitas pancasila, sampai akhirnya dimas mendengar suara gurauan krisna, bagas serta dua mahasiswa lainnya yang sedang duduk di taman samping kanan perpustakaan.

"Dimas", teriak bagas, melambaikan tangannya, begitu melihat dimas berjalan dari samping perpusatakaan.

Dimas menyalami ketiganya begitu dimas sampai di depan mereka. Namun baru saja dimas akan duduk, matanya menangkap wajah imut dan cantik yang sedang duduk di dalam perpustakaan. Wajah yang sudah menghantui dimas selama satu bulan terakhir.

Perpustakaan di universitas pancasila memiliki design bangunan modern dengan gaya arsitektur pencahayaan maksimal. Hampir seluruh area perpustakaan dikelilingi oleh kaca transparan, yang membuat isi di dalam perpustakaan terlihat jelas dari luar.

Model pencahayaan maksimal yang dimiliki oleh perpustakaan universitas pancasila, memberi kesempatan pada dimas untuk memanjakan binar matanya saat ia kembali berjumpa dengan sosok maira. Tak butuh waktu lama untuk lagu sempurna dari andra & the backbone perlahan mulai mengalun di benak dimas, menemani dimas memandangi wajah manis maira.

"Acara bakti sosial nanti banyak banget yang akan ikut berpatisipasi, jadi mulai minggu depan kita harus bikin list barang-barang yang bisa kita ambil untuk kita donasikan", ujar krisna.

Sayangnya lambat laun suara krisna terdengar samar ditelinga dimas, karena tatapan dimas terkunci pada bibir maira yang terlihat alami, juga rambut panjang maira yang diikat menyerupai ekor kuda. Hal itu mengukir senyum di wajah dimas.
Belum lagi saat maira yang terlihat begitu serius menulis dengan tangan kecilnya, membuat bayangan seksi maira di benak dimas tergantikan dengan pesona alami yang maira miliki.

Maira menghapus semua yang ada di benak dimas dan menggantikan seluruhnya dengan siluetnya. Hati dimas mulai berdebar kencang, menandakan bahwa apa yang ia rasakan untuk maira adalah nyata, bukan hanya ilusi semata. Dimas selesai, segalanya terhapus. Hatinya sudah sepenuhnya dicuri oleh maira dan benaknya di ambil alih oleh pesona maira. Dimas akhirnya mengakui pada dirinya sendiri, kalau dia ada di dalam fase jatuh cinta pada gadis bernama maira.

"Dim", panggil krisna yang melihat dimas hanya terdiam.

"Oh ya, gimana-gimana", tanya dimas.

"Bakti sosial libur semester nanti, ada lima kampus yang akan bergabung, kira-kira akan di adakan di tiga desa, selama dua minggu, mapala dari kampus kamu sanggup nggak", tanya bagas.

Dimas hanya menganggukkan kepalanya, menyetujui pertanyaan dari bagas, meskipun perhatian dimas sepenuhnya di ambil oleh maira.

Empat puluh menit percakapan dimas dan anak mapala dari pancasila, hanya dimas simak selama dua menit, sisanya dimas gunakan untuk mencuri pandang ke arah maira.

"Jadi sepakat ya, nanti kita bahas lagi di pertemuan selanjutnya", ujar krisna.

"Oke", jawab dimas.

"Dim mau ikut kita sarapan ke kantin nggak", ajak bagas pada dimas.

"Udah makan aku, santai aja kalau kalian mau makan dulu", ujar dimas.

"Yaudah ngopi di kantin gimana", ajak krisna.

"Perpustakaan kalian buku arsitekturnya lengkap nggak", tanya dimas tanpa menjawab ajakan krisna.

"Lengkap kok", jawab bagas, yang juga merupakan mahasiswa arsitek.

"Aku mampir ke perpustakaan aja dulu, mau ngecek materi untuk tugas dari dosen semester ini", jawab dimas.

"Oke deh, kita duluan yang dim", ujar bagas.

Dimas memberikan jempolnya untuk bagas, krisna, dan yang lainnya. Begitu bagas dan yang lainnya berjalan ke arah kantin, dimas langsung bergegas berjalan menuju pintu masuk perpustakaan. Sampai di dalam perpustakaan, dimas berpura-pura mencari buku soal arsitek, tapi ternyata lorong rak buku yang menyimpan materi-materi arsitektur, sangat jauh dari tempat maira duduk. Dimas kemudian mengambil salah satu buku, dan membacanya di lorong, yang tidak jauh dari tempat maira duduk.

"Permisi kak", bisik salah satu mahasiswa yang sudah berdiri di depan dimas dan meminta ruang untuk ia melangkah melewati dimas.

Dimas hanya tersenyum dan sedikit bergeser, kemudian kembali menatap maira yang entah sedang mengerjakan tugas, atau sedang mencatat materi kuliah, dan tidak menyadari kalau dimas memandanginya dari celah-celah rak buku di perpustakaan.

Dimas hanya punya kesempatan selama lima belas menit, karena tidak lama, maira membereskan buku-bukunya dan keluar dari perpustakaan. Dimas kemudian mengejar maira, menyapanya, dan mengajaknya jalan.

"Nggak bisa, nanti sore masih ada kelas", jawab maira

Maira menolak dimas tanpa berpikir panjang, dan dimas tidak bisa menerima perlakuan maira. Cukup hanya satu bulan dimas berjuang untuk mendekati maira melalui pesan setiap pagi yang sangat jarang maira gubris. Kali ini dimas ingin berjalan ke tahap selanjutnya, dan dimas tidak ingin kehilangan kesempatan yang dia miliki.

Dimas kemudian mengejar maira dan berusaha membujuk maira untuk setuju pergi dengannya. Dimas enggan ditolak, dan maira akhirnya menyetujui untuk pergi dengan dimas. Rasa kesal, rasa senang, rasa puas, menyelimuti dimas yang berjalan menuju motornya. Sampai di kampusnya kembali, dimas langsung menuju pavilliun studio, dan sudah ada duo partnernya di kampus, rizal juga rumi.

"Punya kesulitan hidup apa kalian", tanya dimas dengan angkuhnya pada rizal.

"Kesambet apa kamu", tanya rumi pada dimas.

Dimas tidak menjawab rumi dan langsung duduk di mejanya.

"Dim kamu bisa mulai kerja praktek hari rabu depan ya, seminggu harus absen tiga kali", ujar rizal.

"Oke", jawab dimas dengan muka senang.

Rizal dan rumi hanya menatap dimas dengan kerutan di dahi mereka. Semua rasa heran yang mereka rasakan sangat beralasan, karena selama satu bulan penuh rizal dan rumi hanya mendengar helaan nafas panjang dimas, atau keluhan dimas.

Siang ini tidak ada hujan, anginpun tak berhembus, tapi perubahan mood dimas terasa sangat drastis. Rumi dan rizal akhirnya memilih kembali mengerjakan tugas mereka, dan mengabaikan dimas yang tidak berhenti tersenyum.

"Telat lagi makannya", tanya ibu pemilik rumah makan saat dimas mengunjunginya pukul tiga sore.

Dimas hanya menjawab dengan senyumnya, lalu memilih lauk yang ia sukai. Akhir sore ini, dimas hanya memiliki satu rencana, yaitu menghabiskan seluruh waktunya dengan maira, hanya untuk menatap maira dan makan seperlunya. Jadi dimas memilih untuk mengisi perutnya terlebih dahulu.

Pukul empat sore, dimas sudah mandi, dan mulai sibuk memilih kaos yang akan ia kenakan. Sepuluh menit sebelum pukul lima sore, dimas sudah rapi dan wangi.
Dimas siap berangkat menjemput maira di kampusnya.

Baru saja dimas mengunci pintu kamarnya, bunyi suara pesan masuk di handphonenya terdengar. Dimas langsung melihat siapa yang meninggalkan pesan, wajah dimas sumringah saat melihat nama maira tertera di layar handphonenya.

**

Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 202K 90
What will happen when an innocent girl gets trapped in the clutches of a devil mafia? This is the story of Rishabh and Anokhi. Anokhi's life is as...
721K 22.4K 42
แ—ฏแ•ผแ—ฉT'ี แ—ฐแ—ดแ—ฉแ‘ŽT TO แ—ทแ—ด แ—ฉแ’ชแ—ฏแ—ฉYี แ–ดIแ‘Žแ—ชี IT'ี แ—ฏแ—ฉY. Mature themes and strong usage of language Rank #2 Mature ( 02.11.2020) #2 Billionaire ( 06.1.2021 ) #1 o...
1.7M 105K 40
"You all must have heard that a ray of light is definitely visible in the darkness which takes us towards light. But what if instead of light the dev...
3.6M 150K 61
The story of Abeer Singh Rathore and Chandni Sharma continue.............. when Destiny bond two strangers in holy bond accidentally โฃ๏ธ Cover credit...