Secret Admirer |Gofushi💙💚|

Par Yunyun0864

1.4K 156 9

Sudah satu bulan berlalu sejak seorang Gojo Satoru yang terhormat, terkenal akan harta, kejeniusan dan ketamp... Plus

1. Fans Rahasia ?
2. Nobara Bibi yang Baik.
3. Anonim-san dan Bekalnya. Hari Pertama.
5. Nanami : Cukup Lama,Aku Bahkan Bisa Menggendongnya.
6. Susu Megumi.
7. Salah Paham.
8. Kanzashi.
9. Yuuji Anonimnya?!
10. Detektif
11. Date (1)

4. Nanami! Sejak kapan kau kenal Gumi!

125 16 4
Par Yunyun0864

Pair : Gojo Satoru x Fushiguro Megumi. .

Genre : Romance, Drama, Alternate Universe, BL, School Life, (ingin kumasukkan komedi tapi aku payah dalam bumbu humor dan komedi🥲)

⚠️ : Out of Character (Khususnya Megumi 😂). Juga, beberapa komentar vulgar akan muncul di tengah-tengah narasi. Jadi, jangan terkejut. Sedikit SuguShoko & ItaNana.

FF ini terinspirasi dari : Gofushi AU "Secret Admirer" dari Kak Wiona @tokkwi di Twitter X.

(Aku sudah dapat izin, kunjungi Twitter X dan baca semua gofushi au miliknya, ceritanya bagus-bagus 😭)

(A/N : untuk sebuah kepuasan pribadi(⁠ ⁠´⁠◡⁠‿⁠ゝ⁠◡⁠'⁠))
.
.
.
.
.
==================================

Mentari siang hari tak lagi seterik biasanya. Udara yang kering dan panas digantikan dengan udara yang sejuk dan menyegarkan. Mungkin karena beberapa Minggu lagi musim gugur akan datang menyelimuti negara Jepang. Siang itu, Gojo dan Yuuji tengah berjalan beriringan, berdampingan.

Rooftop.

Ketika Gojo melangkahkan kakinya ke rooftop, ia mendapati tempat itu tak jauh berbeda dengan biasanya. Masih ramai dengan banyak siswa yang berkumpul di sana-sini, hampir kebanyakan diisi sepasang kekasih yang sedang makan suap-suapan. Gojo mengedarkan pandangannya menyusuri keseluruhan atap. Begitu ia mendapati ada sekumpulan tiga makhluk aneh, yang notabene teman-temanya itu, langsung ia langkahkan kakinya untuk berkumpul bersama.

"Yo! Omatase! Sudah lama kalian disini?." Sapa Gojo pada tiga temannya.

"Yah lumayan, Shoko-tan sudah berhasil menyelesaikan seluruh makan siangnya." Ujar Geto sembari membelai poni Shoko yang jatuh menganggu pandangannya. "Bukankah rambutmu sudah terlalu panjang, Shoko-tan?."

Shoko menghentikan makannya, melirik rambutnya sebentar dan menimangnya. "Kurasa tidak. Sebentar lagi musim gugur tiba. Kurasa aku akan memanjangkannya saja." Kata Shoko. "Sebagai penghangat leher ekstra." Lanjutnya.

"Bukankah seharusnya Senpai yang memotong rambut?." Celetuk Yuuji yang langsung mengambil tempat duduk disamping Nanami seolah hal itu adalah hal paling alami.

Candaan Yuuji seketika membuat semua orang yang ada disana tertawa. Kompak mengejek rambut Geto yang gondrongnya tidak terawat. Poni aneh yang disisakan di dahinya juga sama sekali tidak membantu tampilannya. Hanya senyum Buddhis palsu saja yang merupakan nilai plus milik Geto.

Sayangnya itu palsu sih.

Gojo mengambil tempat kosong yang tersisa untuk duduk. Membentuk melingkar seperti biasa. Dilihatnya, semua temannya hampir menyelesaikan makan siang mereka. Cepat-cepat Gojo membuka bekal bentonya dan memamerkannya pada teman-temannya.

"Heh? Kau dapat bento anonim lagi?. Bukankah kau baru saja merepotkan Gumi untuk mengawasi lokermu sejak pagi?." Tanya Nanami pada Gojo.

"Yah, itulah yang aneh. Mungkin anonim itu beruntung hari ini, itu saja." Ujar Gojo sembari mengeluarkan ponsel miliknya. Remaja bersurai salju itu menata bekal bento dengan begitu rapi dan cantik. Menyusunnya sedemikian rupa hingga membentuk keestetikan yang apik. Setelahnya, Gojo mengambil gambar seolah dia adalah fotografer profesional. Benar-benar penuh effort yang luar biasa.

"Wuih, effort sekali ngambil gambarnya. Sampai nungging-nungging segala." Komen Shoko.

"Ya iyalah, supaya cocok dengan isinya." Timpal Gojo. "Ugh. Tapi aku jadi nggak tega buat makan makanan seimut ini." Ujarnya.

Geto melirik bekal bento itu, dan mendapati kalau isinya adalah hamburger berbentuk kucing yang sangat lucu. Memang benar, terlalu imut untuk dimakan. "Sini, jika kau tidak mau, untukku saja." Kata Geto seraya mengulurkan tangannya untuk mencuri bekal bento Gojo.

Tentu saja langsung digampar oleh Gojo dengan amat teramat kasar. "Tch, Singkirkan tangan najismu itu dari bekal bentoku bodoh!. Lebih tidak tega lagi aku, jika Neko Hanbaagaa seimut ini dihancurkan mulut busukmu itu.", ujar Gojo penuh defensif, melindungi Neko Hanbaagaa seolah itu adalah hartanya yang paling berharga.

Geto menarik kembali tangannya yang agak kemerahan. Memberikannya pada Shoko yang langsung mengelus, membelai tangan Geto seolah sedang menyembuhkannya. Walau berkata demikian, Gojo masihlah teman yang baik. Jadi Gojo membagikan bekal bento anonimnya pada tiga temannya.

Ya, Gojo memberikan satu Neko Hanbaagaa untuk dibagi pada Geto, Shoko dan Nanami. Satu untuk bertiga.

"Chotto, bukankah ini terlalu sedikit pelit! Kita ada tiga orang!." Protes Shoko.

Gojo memandang Shoko dan kedua temannya dengan tatapan sinis. Matanya memicing seolah merendahkan makhluk dihadapannya itu.

"Kalian bersyukur aku mau membaginya." Timpal Gojo seraya menggigit Neko Hanbaagaa ke mulutnya. Mengabaikan tatapan maut daid teman-teman dan memilih menikmati setiap inchi Neko Hanbaagaa dengan lidahnya.

Ya, Gojo adalah teman yang baik, hanya sedikit kurang ajar, itu saja.

"Nanamin, kau bisa memakan punyaku. Roti daging terus menerus tidak baik." Ujar Yuuji sembari menyuapkan sepotong tamagoyaki pada Nanamin.

Nanami melirik, menolehkan kepalanya pada Yuuji yang duduk disampingnya. Remaja itu menelan suapan tamagoyaki yang manis, menikmatinya. "Seperti biasa masakan Itadori-kun sangat lezat" puji Nanami.

Yuuji hanya tersenyum lebar tatkala dipuji oleh Nanami. Remaja bersurai pink itu lantas memberikan seluruh kotak bekalnya pada Nanami dan membuka mulutnya lebar-lebar. Menunggu suapan. Nanami hanya tersenyum lembut, mengambil sepotong tamagoyaki dan makanan lain, kemudian menyuapkannya pada Yuuji dan dirinya sendiri secara bergantian.

"Nanamin yang tersenyum terlihat sangat menawan." Puji Yuuji sembari mengunyah tamagoyaki. Tatapan penuh kasih ia pendarkan pada Nanami.

"Yah, Itadori-kun juga punya wajah yang tampan. Aku terkejut pria kekar sepertimu bisa memasak makanan selezat ini." Ujar Nanami lembut, yang hanya dibalas tawa cekikikan dari Yuuji.

Sementara Gojo.

Gojo.

Gojo?.

Sejujurnya remaja bersurai salju itu agak frustasi.

Bagaimana tidak?

Di sisi kanannya terdapat dua teman baiknya, yang saling berpegangan tangan dan bercumbu mesra-mesraan bak sepasang kekasih yang sedang pacaran, kasmaran. Sementara di sisi kirinya, terdapat satu teman baiknya dan satu juniornya yang sedang saling menggoda dengan asik seolah dunia milik berdua.

Sementara Gojo, duduk terdiam sembari memakan bekal bento anonim yang asalnya entah dari antah berantah. Calon kekasih kecilnya, gebetannya, surai runcing kucing yang imut, malah menghindarinya, menjauhinya, menampik tangannya seperti wabah. Membuat Gojo frustasi bak kepalanya dibelah.

Gojo benar-benar diapit oleh sepasang kekasih yang saling kasmaran gila-gilaan.

Benar-benar membuat frustasi sampai gila.

Parahnya adalah, tak satupun dari lima orang yang duduk manis, melingkar, di rooftop ini, benar-benar menjadi pasangan kekasih yang resmi. Tidak Shoko, tidak Geto, tidak Yuuji, tidak pula Nanami, apalagi Gojo!. Entah kutukan apa yang menimpa mereka, sampai-sampai kisah percintaan mereka gersang bak gurun Sahara.

Syukurnya, hatinya yang busuk dan moodnya yang buruk akibat melihat pemandangan didepannya bisa teratasi dengan bekal bento anonim itu. Selain bentuknya yang imut, rasanya juga lezat. Gojo benar-benar yakin, kalau anonim itu akan menjadi istri yang baik untuk suaminya nanti. Anonim itu pastilah orang yang pemalu, baik hati dan sangat perhatian hingga detail terkecil. "Nyummy, jika Anonim itu ketemu, aku pasti akan menyuruhnya buat buka restoran, atau jadi chef dibawah cabang Gojo." Celetuk Gojo.

"Mengapa tidak menjadikannya istri saja?." Sahut Geto, kali ini remaja itu membaringkan kepalanya di paha Shoko yang tertekuk, menjadikannya sebagai bantal." Atau jadikan dia kepala koki pribadimu nanti." Tambahnya.

"Tidak." Jawab Gojo cepat dan tegas."Aku sudah punya Meguminyan untuk menjadi istriku yang memasak setiap hari untukku." Katanya semangat.

"Gumi tidak pandai memasak bukan?. Gumi memang pandai membuat cokelat valentine dan kue, tapi skill memasaknya masih biasa kurasa." Sahut Shoko.

"Gumi. Tapi aku ingat dia tinggal sendirian. Jadi aku yakin Gumi bisa memasak. Selain itu, Gumi juga sering membawa bekal bento dan terkadang dibagikannya pada teman-teman OSIS." Kata Nanami sembari menyuapkan potongan sosis terakhir pada Yuuji.

Sebuah informasi baru bagi Gojo. Megumi sering membagikan bekal bentonya bersama teman-teman OSIS. Ditambah Nanami yang tahu Megumi tinggal sendirian, benar-benar sedikit membuat Gojo heran dan kesal.

"Tunggu, Nanamin. Darimana kau tahu kalau Gumy bear tinggal sendirian?." Selidik Gojo penuh curiga. Sejauh yang ia tahu, Nanami baru mengenal Megumi tepat saat Gumi masuk SMA. Shoko mengenal  Megumi sejak SMP kelas 3. Geto lebih jauh lagi, remaja itu mengenal Megumi sejak SD. Lantaran  keluarga Geto adalah salah satu anak buah kepercayaan Keluarga Gojo. Tidak heran jika Gojo, Geto dan Gumi saling mengenal sejak dini.

"Yah, aku cukup sering berkunjung apartemennya. Terkadang kami berdua harus lembur kerja OSIS bersama. Tak jarang aku juga menginap disana." Jelas Nanami.

*DUUUAAARR!*

Sebuah bom dijatuhkan di kepala Gojo. Remaja itu masih tak percaya dengan informasi baru yang diterima dikepalanya. Saking terkejutnya, Gojo sampai menghentikan proses makannya, membuat mulutnya menganga. "Heh? Kalian menginap? Berdua?." Selidik Gojo dengan nada skeptis yang luar biasa.

Monster mengerikan, jahat dan menjijikan yang sudah lama tertidur di kandangnya, tiba-tiba mengibaskan ekor dan telinganya begitu mendengar ocehan tak masuk akal dari Nanami. Geraman kesal sudah bisa Gojo dengar keluar dari dalam dirinya. Hendak menerkam dan menghujam kawannya yang satu itu.

Nanami menyeruput kopi hitam yang ia beli di vending machine sebelumnya. "Tidak juga. Toji-san akan mengeksekusiku jika tahu aku melakukannya." Kata Nanami.

Monster itu kembali tertidur begitu Nanami berkata kembali.

"Toji? Ayah Megumi? Kamu mengenalnya?." Tanya Geto dengan alis terangkat.

"Pamanku juga bekerja di militer dan dia teman lama ayah Megumi. Dulu ayah Megumi cukup sering berkunjung ke rumah kami. Sekarang juga tidak jauh beda, kepulangan paman kepangkuan Tuhan dua tahun yang lalu meninggalkan wasiat agar ayah Megumi menjaga istri dan anaknya, lebih baik menikahinya, katanya." Jelas Nanami.

Oh, monster yang kembali tertidur itu kini memicingkan matanya dengan waspada. Mendengar hal yang membuat curiga.

"Eh, tunggu. Jadi kau sudah lama mengenal Gumy beary?." Tanya Gojo terkejut, tak percaya untuk kesekian kalinya.

"Yah, begitulah." Kata Nanami mengiyakan. "Kalau tidak salah sejak kelas 2 SMP. Terkadang kami cukup sering bertukar kabar."

Oh, tidak terduga. Gojo pikir, Nanami dan Megumi saling mengenal ketika Megumi masuk SMA dan menjadi bagian dari anggota OSIS. Ternyata Megumi dan Nanami sudah mengenal jauh sebelum itu. Jauh sebelum Shoko mengenal Megumi. Gojo tidak menyangka sama sekali, padahal mereka berempat, Gojo, Shoko, Geto, dan Kento, sudah menjadi sebuah circle sejak kelas 1 SMA, dan Nanami bisa 'menyembunyikan' fakta bahwa pria itu mengenal kucing kecilnya, tepat ketika dia sendiri, Gojo sendiri, disaat yang sama itu, malah mulai kehilangan kabar dan kedekatan karena  sikapnya yang pengecut dan payah.

Yah, bagaimana tidak. Gojo juga terpaksa melakukannya, menjauhi Megumi. Maksudnya, bagaimana kau bisa bertemu dengan seseorang yang baru saja muncul di dalam tidurmu dan keesokan harinya kau menemukan kontolmu tegak dengan sperma belepotan yang mengotori tempat tidurmu. Wajah apa yang bisa Gojo tunjukkan pada Megumi?. Apakah itu :

"Hey, Megumi, aku baru saja mimpi basah dengan membayangkan ngewe denganmu, menusuk lubang pantat persikmu yang manis itu".

Itu tidak masuk akal.

Walaupun itu fakta.

Gojo masih ingat dengan jelas mimpinya yang bewarna, bagaimana nikmatnya ketika dia menusuk lubang pantat Megumi. Memompa pantat Megumi, memasukkan spremanya jauh kedalam perut Megumi, rahim Megumi. Membuat kucing kecilnya menangis, basah, banjir kencing dan air mani seperti wanita perawan yang belum pernah disentuh sama sekali. Menusuk Megumi dari belakang, melipatnya menjadi dua, menempelkan dada montok Megumi ke dinding kaca tembus pandang apartemennya di gedung lantai 52, menghadap ketengah kota shinjuku di siang dan malam tanpa henti dan istirahat, memuncratkan, menyemburkan air mani Megumi, keluar dari penis kecil Megumi dan menempel ke seluruh perabotannya. Sebagai tanda bahwa itu adalah daerahnya, seperti kucing betina yang mengencingi wilayahnya.

Itu seks paling gila yang pernah ada.

*PLAK! PLAK! PLAK!* Gojo menampar dirinya sendiri sekeras yang ia bisa. Membuat teman-temannya menoleh padanya karena heran akan tingkah konyolnya. Namun abai saja karena Gojo yang gila dan bodoh adalah hal yang biasa.

"Kau bilang kau pernah menginap di rumah Megumi, tapi tidak tidur berdua? Gimana maksudnya?" Selidik Yuuji. Remaja bersurai pinkie itu juga baru mengetahui hal ini, sejauh yang remaja pinkie itu tahu, Megumi tidak membiarkan orang asing menginap sembarangan dirumahnya, bahkan walau Megumi cukup dekat dengan orang itu.

Megumi memberikan beberapa tingkatan pada orang disekelilingnya untuk bisa masuk lebih jauh kedalam lingkaran kecil Megumi. Yuuji adalah salah satu yang beruntung mendapatkan pintu masuk dengan sambutan hangat dari penghuni rumahnya. Hanya Gojo, Yuuji, Nobara dan Maki saja yang Megumi percaya untuk bisa menginap berduaan di rumahnya. Bahkan kakaknya, sukuna yang keras kepala ingin tidur bersama saat mereka merayakan tahun Baru di tahun sebelumnya, ditendang mentah-mentah di tengah malam yang gelap gulita oleh Megumi. Benar-benar tidak berperasaan. Walau Yuuji sendiri juga tak peduli dengan kakaknya, salahkan kakaknya yang gila.

"Kami menginap tidak berduaan. Maki selalu datang dan mengawasi, kadang Nobara-san juga ikut. Jika tidak mereka berdua, pasti salah satunya." Jelas Nanami, yang menimbulkan dengungan 'ooooh' panjang dari tiga temannya.

Monster yang hampir menerkam itu kembali tenang dan tidur. Melingkar seperti ular dan menggigit ekornya.

Sebuah kelegaan di otak Gojo. Hampir saja monster buas yang tertidur, terkunci rapat di dalam alam bawah sadarnya meronta keluar dan mencabik Nanami jika hal tak diinginkan keluar dari mulut Nanami.

Apakah sudah dijelaskan kalau monster itu ada di dalam diri Gojo? Oh, mungkin belum, itu adalah macan putih buas yang mengerikan. Tapi kini seperti kucing yang sedang tiduran.

Sesi makan siang terus berlanjut dengan dan candaan yang menyelingi. Meninggalkan teka-teki batin pada Satoru, entah itu bekal bento anonim, ataupun fakta baru dari Nanamin. Yah, lupakan saja, lagipula apapun yang terjadi, Megumi tetap akan berakhir di cengkramannya.

Miliknya.

Monster yang jelek itu tertawa dalam mimpinya. Air liur dan taring tajam mengintip dari mulut buasnya.
.
.
.
.
.
"Omong-omong Satoru. Kau masih meminta Gumi untuk mengawasi lokermu?." Tanya Shoko sembari membenahi pakaiannya, memakai kembali blazer merahnya yang sempat ia lepas.

"Yah, aku harus apa? Aku ingin segera bertemu anonim dan menyuruhnya berhenti. Itu saja." Jawab Gojo sembari mengangkat bahunya.

Geto menatap Gojo dengan skeptis. Remaja bersurai gimbal itu tahu temannya bodoh, karenanya ia menjadi tangan kanan calon penerus perusahaan Gojo, Gojo Satoru. Tapi pria itu tak menyangka kalau temannya itu sebodoh itu.

"Kau bercanda ya!. Kau memaksa Gumi untuk datang pagi? Apa kau tidak kasihan. Aku saja kasihan lihat dia hanya makan onigiri dan susu coklat untuk sarapan tadi pagi." Kata Geto sembari memukul belakang kepala Gojo.

"Geto benar. Gumi sudah sibuk untuk mengurus dirinya sendiri. Untung saja dia masih sempat membuat bekalnya sendiri. Kau harus memberi Gumi apresiasi tahu, setidaknya beri dia kompensasi." Tegur Nanami, langsung membuat Gojo tertunduk lesu dan cemberut.

"Kompensasi kah? Apa yang bisa kuberikan padanya? Sepatu chelsea? Tapi kami baru membelinya bersama. iPhone terbaru, ponsel Samsung terbaru? Tidak, kami baru saja mencocokkannya. Liontin zamrud dan safir? Tidak, aku baru saja mencocokkannya di ulang tahun Megumi setahun yang lalu. Bagaimana kalau penthouses? tidak kurasa mansion lebih mewah. Oh, haruskah aku membelikan Megumi bintang paling mahal di ruang angkasa sana? Kurasa itu ide paling bagus. Megumi sangat suka dengan sesuatu yang berhubungan dengan luar angkasa. Ah, apa mungkin sebaiknya aku belikan tiket roket supaya bisa langsung jalan-jalan ke luar angkasa saja." Kata Gojo pada teman-temannya.

Teman-temannya hanya memandangnya dengan skeptis atas tingkat bodoh Gojo. Speechless. Orang kaya mana yang mengganggap permata zamrud dan safir seolah manik-manik plastik yang dijual di toko aksesoris. Atau mencocokkan sepatu mahal hanya untuk dipakai anak SMA. Atau membelikan penthouse, eh tidak, dia bilang mansion tadi, seolah itu adalah kamar apartemen murah yang biasanya Nanami sewa. Atau memesan tiket roket seolah sedang tamasya ke kebun binatang?.

Orang kaya mana yang akan membuang uangnya untuk mengaji pengawas loker jika bukan Gojo. Itulah yang dipikirkan teman-temannya.

"Senpai, kurasa lebih baik kau memberikan apa yang Megumi suka. Aku yakin Megumi akan sangat senang menerimanya." Kata Yuuji menengahi.

"Eh, apa yang Megumi inginkan?." Tanya Gojo lesu.

"Ah, bagaimana kalau fuwafuwa miruku?." Saran Yuuji.

"Fuwafuwa miruku? Apa itu?." Tanya Gojo heran.

"Itu merk susu favorit Megumi. Dia bilang dia sangat menyukainya." Jelas Yuuji.

"Heh? Sungguh, darimana kau tahu?". Tanya Geto penasaran.

"Ah, tadi pagi Megumi cerita pada kami kalau dia tak sempat beli susu favoritnya. Antriannya terlalu ramai katanya. Megumi takut dia akan terlambat jika harus mampir membelinya" Jawab Yuuji.

"Terlalu ramai ya?." Sindir Geto, sementara Shoko hanya menatap hina pada Gojo. "Takut telat katanya." Sahut Shoko.

"Ugh.  Berhentilah mengejek otak busuk!." Kata Gojo sembari menampar kepala Geto. "Ya, aku akan membelinya besok." Ujar Gojo.

Sesi makan siang berakhir begitu saja.
.
.
.
.
"Oy, Megumi. Apa acaramu sore nanti?."
Nobara menghampiri Megumi yang masih sibuk merapikan mejanya yang berantakan. Namun, Megumi tidak terlihat memperhatikan sama sekali panggilan Nobara. Remaja surai hitam itu malah terlihat lesu dan cemberut, terlihat galau.

"Megumi. Nobara memanggilmu." Kata Yuuji sembari menepuk punggung Megumi.

"EH!."

Remaja itu tersentak kaget hingga menjatuhkan tumpukan buku miliknya. Refleks menolehkan kepalanya kearah Yuuji yang berdiri dengan gagah dibelakangnya. Postur tubuh yuuji yang kekar dan tinggi, hanya 7cm lebih pendek dari Gojo, membuat Megumi merasa ciut dan kecil bila dihadapkan bersama. 

"Wa-wa-wa. Hora, Megumi. Bukumu jatuh semua." Ujar Yuuji panik sembari memunguti buku-buku Megumi yang jatuh.

"Ekh, maaf Itadori. Aku melamun. Apa? Apa Nobara?" Kata Megumi seraya menerima bukunya kembali dan menoleh untuk melihat Nobara yang hanya menatapnya dengan tatapan untuk orang bodoh.

"Huh" Nobara tak habis pikir. Bagaimana orang terpintar seangkatan mereka bisa sebodoh ini. Apakah wifi otaknya tidak terkoneksi dengan baik gegara terhalang oleh 'Gojo Satoru' yang menghambat kerja otak Megumi. "Aku tanya apa rencanamu untuk sore nanti?."

"Oh, aku juga ingin menanyakan hal yang sama. Aku akan pergi ke karaoke, kau mau ikut?" Tanya Yuuji pada Megumi.

Megumi tersenyum ringan pada Yuuji. "Sayangnya tidak untuk saat ini. Aku punya setumpuk dokumen yang menungguku di ruang OSIS." Katanya.

"Eeeeeehhh??." Nobara berdehem tidak percaya. "cih, kau baru kelas 1, kenapa tugas OSIS bisa sebanyak itu?!. Dimana senpaimu?!." Protes gadis itu.

"Yah, mau bagaimana lagi. Aku melakukan ini bukan berarti aku mau." Kata Megumi pasrah.

"Apapun itu, jangan sampai lupa makan saat kau pulang. Aku akan kencan dengan Maki-san." Kata Nobara sembari mengetik pesan dari ponselnya.

"Yah. Sayang sekali Megumi tidak bisa ikut." Ujar Yuuji dengan muka bersalah miliknya.

"Itadori benar-benar orang yang baik." Megumi tersenyum tulus pada Yuuji. Tanpa Megumi tahu, senyuman itu mengembalikan wajah ceria Yuuji yang sempat menurun tadi. "Jangan dipikirkan, nikmati waktumu, Itadori."

"Yah. Padahal aku sudah berhasil mengajak Gojo senpai. Mungkin lain kali ya, Megumi." Kata Yuuji dengan polos. "sampai jumpa lagi." Tambahnya sembari membelai pelan surai runcing Megumi sebelum pergi mengundurkan diri.

Megumi hanya tersenyum ringan saja. Bahkan ketika mendengar nama Gojo yang diucapkan oleh bibir Yuuji dengan begitu mudahnya. Lagipula dia sudah menebaknya. Dan itu bukanlah hal yang tidak biasa.

"Ehm, hati-hati dijalan, Itadori." Kata Megumi seraya melambaikan tangan kearah sahabatnya.
.
.
.
Megumi menyusuri lorong kelas yang kosong. Hanya ada beberapa siswa yang tersisa. Kebanyakan adalah siswa yang mengikuti ekskul. Beberapa dari mereka adalah siswa yang ikut kelas tambahan. Megumi yakin, setidaknya seluruh sekolah baru akan kosong setelah mentari terbenam.

Beberapa menit Megumi menyusuri lorong, ia sampai ke tempat tujuannya. Ruang OSIS. Tatkala ia memasukinya, ruangan itu terlihat sangat kosong, lenggang, tak ada satupun yang menghuni. Seperti biasa, sepertinya Megumi datang lebih awal kali ini. Lagipula hanya anggota inti dan beberapa anggota saja yang diwajibkan kumpul sore ini.

Megumi meletakkan tas dan buku bawaannya ke salah satu meja disana. Ia celingak-celinguk mencari-cari dokumen yang menjadi bagian dari tugasnya. Remaja itu berencana mengerjakan pekerjaannya lebih awal sehingga ia juga bisa pulang lebih awal.

"Huh?! Maji desu ka?!. Yang benar saja?!." Megumi menggerutu tidak percaya. Kesal. Bagaimana tidak setelah ia menyusuri seluruh ruangan dari laci, meja hingga kolong meja, ternyata  ia mendapati kalau dokumen yang seharusnya ia butuhkan, malah tersimpan di kotak kardus atas lemari mereka.

Mengapa Megumi bisa yakin? Yah, tulisan 'Persiapan Festival Budaya Musim Gugur' terpampang jelas dikotak kardus yang masih tersimpan diatas lemari yang tingginya nyaris 2,5 meter. Sejauh yang otak jenius Megumi tahu, benda yang biasa disimpan disana adalah benda yang sudah tidak terpakai. Setidaknya tidak dalam waktu dekat.

"Siapa orang bodoh yang meletakkan dokumen sepenting itu si tempat setinggi itu?!. Seharusnya mereka menyimpannya di meja saja, toh dokumennya juga sering dipakai!." Gerutu Megumi sembari cemberut lucu. Megumi mengomel tidak jelas dengan cemberut kecut di wajahnya. Suara omelannya nyaris seperti kucing kecil yang sedang mengeong kesal lantaran mainannya dicuri.

"Ugh, orang bodoh itu benar-benar menyusahkan. Apa susahnya sih, menaruh kotak kardus itu dibawah saja.  Kan jadi repot harus naik-turun naik-turun buat ngambil dokumennya." Gerutu Megumi frustasi.

Bagaimana tidak!?. Sekarang ia harus repot-repot berjinjit, berusaha keras, hanya untuk mengambil dokumen kecil yang seharusnya sudah ia selesaikan sejak tadi. Megumi sampai harus menumpuk meja dan kursi menjadi satu karena tinggi badannya yang pendek masih tidak sampai untuk meraih puncak lemari itu. Bahkan dengan meja dan kursi yang ditumpuk menjadi satu, Megumi masih kesulitan meraih puncak lemari itu.

"Ugh, bodoh. Orang bodoh. Pasti orang bodoh yang menyimpan kotak itu disini otaknya di dengkul. Kan bisa disimpan di meja, atau di bawah meja. Atau didalam lemari saja sekalian." Gerutu Megumi sembari berjinjit diatas tumpukan kursi dan meja itu. "Besok-besok kalo nyimpan sekalian saja noh di gantung di langit-langit. Biar nggak dikerjakan sekalian cih!."

"Tch.. aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh. Doushiyo. Aku tetep nggak sampai." Gerutu Megumi hampir menyerah.

Saat-saat seperti inilah ia mulai iri dengan tinggi Gojo dan Yuuji. Geto dan Nanami juga memiliki tinggi yang tak kalah, mereka berempat adalah tiang listrik jika dijejerkan bersama. Bahkan Maki, bibinya, memiliki tinggi yang nyaris melebihi tingginya. Ayahnya yang bodoh saja punya tubuh yang tinggi, setidaknya setinggi Yuuji, namun jauh lebih berotot daripada Yuuji. Mirip gorila, tidak, tapi kingkong. Begitulah pikir Megumi.

"Ugh, aku harap aku dan Kak Gojo masih sedekat dulu." Guman Megumi sedih.

Ia yakin, jika saat ini mereka berdua masih sedekat dulu, Gojo akan selalu menemani Megumi kemanapun. Menunggu Megumi ketika pulang ekskul hingga malam, menemaninya ketika pulang. Megumi yakin, jika mereka masih sedekat dulu, Gojo akan membantu Megumi untuk melakukan hal sepele namun berharga, seperti mengambilkan barang di tempat tinggi, hingga Megumi tak perlu repot seperti ini.

"Ini semua gara-gara Itadori."

*PLAK! PLAK! PLAK!*

Megumi menampar pipinya sendiri dengan cukup keras. Cepat-cepat ia singkirkan pikiran busuk dan jahat tentang temannya itu. Megumi percaya, tuduhan jahat dan busuk yang terlintas di kepalanya itu bukanlah hal benar. Dia sendiri tahu pasti, bagaimana sifat Yuuji. Yuuji adalah orang yang sangat baik, terlalu baik, karenanya Megumi dengan senang hati membuka pintu agar Yuuji dapat bergabung dengan lingkaran kecilnya. Itu bukan salah Yuuji maupun Gojo.

"Itu salahku karena kalah saing. Itadori jauh lebih asik daripada aku yang membosankan. Itu saja."

Megumi tersenyum getir. Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat. Menepis pikiran yang masuk ke otaknya. Ia fokuskan perhatiannya pada tujuan awalnya.

"Kotak bodoh!." Umpat Megumi pada kotak kardus. Megumi menatap penuh kebencian pada kotak kardus itu. Entah salah apa kardus itu sampai-sampai mendapat tatapan membunuh dari Megumi.

Dengan semangat baru yang sedikit dipaksakan. Megumi kembali berjuang untuk meraih kotak kardus di puncak lemari itu. Megumi mencoba berjinjit dengan satu kakinya, satu tangannya ia gunakan untuk bertumpu pada puncak lemari yang hampir dicapainya. Sementara tangannya yang lain ia gunakan untuk meraih kotak kardus besar yang berhasil diraihnya walau hanya dengan ujung jarinya.

"Oh. Berhasil. Hampir berhasil. Ugh, sedikit lagi.." kata Megumi tatkala ia berhasil meraih kotak kardus itu dengan seluruh telapak tangannya. Hanya kurang beberapa inchi lagi dan Megumi dapat meraih kotak itu. Megumi mencoba untuk melompat agar tangannya bisa sampai ke kotak itu.

"Ah, yatta. Aku berhasil." Seru Megumi gembira. Remaja itu berhasil menarik kardus itu hingga tersisa ujung kardus yang bertumpu pada lemari. Namun.

"EH.!" "WAAHH!!!".

Tumpukan kursi dan meja itu kehilangan tumpuan yang seimbang dan ambruk karena efek lompatan Megumi. Membuat Megumi terjatuh kebelakang. Megumi yang tidak siap hanya bisa terkejut dan berteriak sembari menutup matanya dari kardus yang ikut jatuh dan akan menimpanya.

*BRRRRUUKK!!! BRUUKK!! BRUUKK!* Terdengar bunyi barang berjatuhan.

Jantung Megumi berdebar, berdetak ketakutan akan adrenalin yang berbahaya. Ia sudah siap dengan rasa sakit yang akan menimpanya akibat kecerobohan—kebodohan—yang dilakukannya. Namun, anehnya ia tak merasakan sakit apapun. Dan tubuhnya seperti melayang diudara. Membuat Megumi berpikir apakah ia sudah terbang ke surga. Megumi memberanikan diri untuk membuka matanya, dan yang didapatinya adalah dirinya yang dipeluk, direngkuh, digendong dengan aman oleh tangan berotot dan kekar.

Megumi aman.
.
.
.
.
.
TBC~

Vote and Coment Onegaisimasu (⁠っ⁠.⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)⁠っ

Siapa yang menggendong Megumi?

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

769K 77.8K 54
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
959K 78.2K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
715K 34.2K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...