[HIATUS] Count Family's Young...

By yoggu033

76.9K 12K 1.9K

_CFYM_ (Unreliable Updates - [ON GOING]) Title 제목: Count Family's Young Master Judul Alternatif: Tuan Muda Ke... More

Tags
Chapter 1 ♗
Chapter 2 ♗
Chapter 3 ♗
Chapter 4 ♗
Chapter 5 ♗
Chapter 6 ♗
Chapter 7 ♗
Chapter 8 ♗
Chapter 9 ♗
Chapter 10 ♗
Chapter 11 ♗
Chapter 12 ♗
Chapter 13 ♗
Chapter 14 ♗
Chapter 15 ♗
Chapter 16 ♗
Chapter 17 ♗
Chapter 18 - 19 ♗
Chapter 20 ♗
Chapter 21 ♗
Chapter 22 ♗
Chapter 23 ♗
Chapter 24 ♗
Chapter 25 ♗
Chapter 26 ♗
Chapter 27 ♗
Chapter 28 ♗
Chapter 29 ♗
Chapter 30 ♗
Chapter 31 ♗
Chapter 32 ♗
Chapter 33 ♗
Chapter 34 ♗
Chapter 35 ♗
Chapter 36 ♗
Chapter 37 ♗
Chapter 38 ♗
Chapter 39 ♗
Chapter 40 ♗
Chapter 41 ♗
Chapter 42 ♗
Chapter 43 ♗
Chapter 44 ♗
Chapter 45 ♗
Chapter 46 ♗
Chapter 47 ♗
Chapter 48 ♗
Chapter 49 ♗
Chapter 50 ♗
Chapter 51 ♗
Chapter 52 ♗
Chapter 53 ♗
Chapter 54 ♗
Chapter 55 ♗
Chapter 56 - 57 ♗
Chapter 58 ♗
Chapter 59 ♗
Chapter 60 ♗
Chapter 61 ♗
Chapter 62 ♗
Chapter 63 ♗
Chapter 64 ♗ (a/n)
Chapter 65 ♗
Chapter 66 ♗
Chapter 67 ♗
Chapter 68 ♗
Chapter 69 ♗
Chapter 70 ♗
Chapter 71 ♗
Chapter 72 ♗
Chapter 73 ♗
Chapter 74 ♗
Chapter 75 ♗
Chapter 76 ♗
Chapter 77 ♗
Chapter 78 ♗
Chapter 79 ♗
Chapter 80 ♗
Chapter 81 ♗
Chapter 82 ♗
Chapter 83 ♗
Chapter 84 ♗
Chapter 85 ♗
Chapter 86 ♗
Chapter 87 ♗
Chapter 88 ♗
Chapter 89 ♗ (Sinfhar's arc end)
Chapter 90 ♗
Chapter 91 ♗
Chapter 92 ♗
Chapter 93 ♗
Chapter 94 ♗
Chapter 95 ♗
Chapter 96 ♗
Chapter 97 ♗
Chapter 98 ♗
Chapter 99 ♗
Chapter 100 ♗
Chapter 101 ♗
Chapter 102 ♗
Chapter 104 ♗
Chapter 105 ♗
Chapter 106 ♗
Chapter 107 ♗
Chapter 108 ♗
Chapter 109 ♗
Chapter 110 ♗
Chapter 111 ♗
Chapter 112 ♗
Chapter 113 ♗
Chapter 114 ♗
Chapter 115 ♗
Chapter 116 ♗
Chapter 117 ♗
Chapter 118 ♗
Chapter 119 ♗
Chapter 120 ♗
Chapter 121 ♗
Chapter 122 ♗
Chapter 123 ♗
Chapter 124 ♗
Chapter 125 ♗
Chapter 126 ♗
Chapter 127 ♗
Chapter 128 ♗
Chapter 129 ♗
Chapter 130 ♗
Chapter 131 ♗
Chapter 132 ♗
Chapter 133 ♗
Chapter 134 ♗
Ch 134 lanjutan
CFYM's notes 🍄
Characters References 1
Characters References 2
Characters References 3
Characters References 4
CFYM Readers
Review Section
Readers' Fanarts
References 🍎
Other Projects
Other Projects - bl
Recap ☕
Essay about TCF
Future Characters
My new project
announcement 21/05/2024
Hi

Chapter 103 ♗

311 29 4
By yoggu033

a/n: author berjuang, asli 🤣🤣. Berjuang buat bisa nge-update ni CFYM. Omaigat 🎉💔💔

_________________

Pralta mempunyai bentuk wajah ternganga.

Ketika di bawah tadi, dia mendengar suara dentuman. Tidak ada getaran yang terasa karena benturannya tidaklah sekuat itu. Tapi untuk elf yang memiliki pendengaran tajam sepertinya, suara dentuman itu terdengar jelas di gendang telinganya.

"Apa itu?" Dia dan teman-temannya yang sedang bersama-sama mengerumuni kuali hendak mengambil makanan untuk cemilan setelah berlatih tombak bersamaan membuat tanda tanya akan hal yang sama.

Baba Ravayra yang sedang berada di tempat duduk di dekat mereka dibantu makan oleh seorang elf wanita lain tiba-tiba bicara pelan pada mereka.

"Itu anak bangsawan waktu itu. Pergi temui dia."

"H- Huh?" Pralta tau Ravayra adalah elf yang sudah sangat tua hingga dia bisa mendengar alam bicara kepadanya, sebagaimana para elf tua yang lain. Yang Ravayra katakan tidaklah mungkin salah, tapi Pralta rasanya masih kesulitan menerima informasi itu.

Tapi dia membuka pintu itu dengan sang batu dan dia harus melihat sendiri kalau yang dikatakan Ravayra memanglah benar adanya.

"Demi Dewa."

"Aku datang sekali lagi, Nona Pralta. Maaf untuk keributannya."

Pralta melihat kali ini Valias datang hanya ditemani satu orang yaitu sang mage. Yang mengenakan pakaian seragam berbeda dari yang dia ingat sebelumnya. Apakah naik pangkat? "T- Tuan Muda Valias." Pralta dengan kesulitannya untuk fokus bicara dengan terputus-putus tanpa dirinya sadari. "Apa yang membawa Anda kemari?"

"Aku perlu menanyakan sesuatu pada Tuan Rama," Valias menjawab. Memperjelas kemudian. "Aku ingin meminta saran darinya."

Pralta tercenung. Mengkomposisikan dirinya lagi. Dia mengangguk. "Baiklah. Anda bisa ke sana untuk menemuinya."

Vetra sudah menduga bahwa dirinya akan sendirian menunggu di luar sana menunggu Valias keluar. Dia tidak akan diperbolehkan masuk ke tempat para elf itu seperti waktu itu. Dia juga tau tempatnya.

Tapi Valias menoleh kepadanya dan bicara. Mengejutkannya dan begitu juga Pralta. "Nona Vetra. Ikutlah denganku."

Kedua mata Vetra melebar.

"Maaf?"

Valias hanya memandangnya dalam diam. Lalu dia berubah menoleh pada Pralta, juga para elf teman-teman Pralta yang ada di belakangnya. "Kuharap tuan nona akan mengizinkanku meminta Nona Vetra menemaniku menemui Tuan Rama."

Pralta terdiam. Dia tidak tau bagaimana dia seharusnya merespons Valias. "Tapi ... Tuan Muda seharusnya tau, kalau kami kesulitan mempercayai manusia yang belum kami kenal."

Dia melanjutkan. "Apakah Anda tidak menghargai kehati-hatian kami, Tuan Muda."

Valias bicara. "Nona Vetra bisa dipercaya. Aku mempercayainya. Dia akan punya keterlibatan dalam rencana yang kubuat bersama Yang Mulia Frey lebih banyak setelah ini. Aku ingin mengenalkannya pada Anda sekalian para elf yang juga akan punya peran yang sangat besar dalam masa depan kedua pihak kita."

Pralta mengerutkan kening. Dia menghormati Valias dan mempercayainya sebagai seorang manusia, tapi yang Valias pinta berkaitan dengan keselamatan seluruh kaumnya. Dia kebingungan bagaimana dia harus membuat keputusan.

Teman-temannya di belakangnya melihat ke arahnya. Pralta lah sang putri dari sang kepala suku mereka. Jika di antara mereka ada yang harus membuat keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut maka orang itu adalah Pralta.

Pralta benar-benar kebingungan dengan apa yang harus dia lakukan dia akhirnya dengan segenap determinasi dan sikap nekat menjawab Valias meskipun dia merasakan sekujur tubuhnya mendingin dan jantungnya berdebar serta bibirnya nyaris bergetar.

"S- Saya, akan membolehkan Anda menyertakan Nona itu untuk ke sana. Tapi, dengan dua syarat," katanya.

"Saya akan memegang perantara sihirnya selama di sana, dan di sebagian besar waktu perjalanan, kami akan menutup matanya dengan kain sehingga dia tidak akan bisa mengetahui bagaimana kanal menuju tempat kami terlihat."

Valias menganggukkan kepalanya setuju. Melihat pada Vetra. "Nona keberatan?"

Vetra kehilangan kata-kata. "Saya tidak keberatan. Tapi, jika memang tuan nona elf ini khawatir, saya tidak keberatan untuk tidak ikut ke sana, Tuan Muda. Saya tidak keberatan menunggu di sini."

"Aku ingin Nona mendampingiku di sana." Valias berkata. "Ini juga akan menjadi simbol bahwa Hayden memiliki mage yang mendapatkan kepercayaan dari Raja. Aku butuh Nona menjadi simbol itu."

Vetra terhenyak. Dia tidak menyangka Valias dan Frey menghargainya sebanyak itu. Dia jadi tersipu dan hampir salah tingkah. "K- Kalau begitu, saya akan menuruti sesuai keinginan Anda."

Vetra menyerahkan tongkat sihirnya pada Pralta lalu salah satu teman Pralta mendekat untuk mengikatkan kain pada matanya. Sebagaimana yang sudah disepakati.

Vetra tidak bisa melihat kehadiran setitikpun cahaya, dan dia tidak bisa mengintip sedikitpun. Tidak ada sedikitpun celah dari ikatan mata itu. Dia mulai merasa dirinya akan linglung bahkan ketika dia hanya sedang diam berdiri.

"Nona Pralta. Bisa aku meminta salah satu rekan Nona membantu Nona Vetra berjalan?"

Pralta tidak merasa itu sesuatu yang perlu dia pertimbangkan. Dia menoleh pada salah satu temannya. "Sylphy. Toribien?" (Sylphy. Bolehkah?)

Elf perempuan yang bernama Sylphy itu tersenyum lebar. "Terbien." (Tentu saja). Dia kemudian menghampiri Vetra. Bicara dengan malu-malu karena dia belum memiliki cukup kepercadirian dalam bicara dengan bahasa manusia yang selama ini sudah dipelajarinya. "Permisi."

Vetra menyadari keberadaan elf yang diminta membantunya itu. Dia ikut merasa malu-malu karena sungkan. "Y- Ya. Maaf merepotkan."

Melihat mereka sudah bisa mulai masuk ke tempat Rama berada, Valias bicara pada Pralta. "Kita bisa masuk sekarang, Nona."

Pralta terkesiap sedikit. Sempat terlalu fokus pada temannya. Tapi menyetujui yang dikatakan Valias.

Pralta langsung menggunakan batu itu lagi untuk membuat pintu kembali tertutup begitu mereka sudah masuk ke area bawah. Tanpa sinar matahari, jalanan terowongan tetap terlihat terang benderang dengan pendar cahaya kristal-kristal serupa stalaktit dan stalakmit yang memunculkan warna yang cukup bervariasi. Valias melalui lagi jalanan yang sebelumnya sudah pernah dia lewati dengan arahan Pralta sebagaimana di waktu sekarang. Berbeda dengan Vetra yang memiliki kecemasan dia akan salah memijak dengan kedua matanya yang tidak bisa digunakan sama sekali. Elf bernama Sylphy itu sudah sangat bisa diandalkan dan tampak membantunya berjalan dengan sepenuh hati tapi Vetra tetap tidak bisa menghilangkan kecemasan dan kegugupannya.

Begitu sudah tiba di area datar tempat para elf tinggal, Valias melihat kalau rupa area itu masih sama dengan bagaimana dia terakhir melihatnya. Lagipula rentang waktunya memang barulah satu bulan saja.

Pralta membawa Valias ke tempat dimana Rama berada. Sebelumnya Pralta sudah bertanya dimana Rama tengah berada pada seorang elf pria dan elf itu memberitahunya kalau Rama tau Pralta pasti akan membawa Valias menemuinya jadi dia sudah menunggu di balai mereka.

Di tempat itu Rama sudah berdiri dalam posisi memunggungi pintu. Baru ketika Pralta menyuarakan kehadirannya, Rama membalikkan badannya.

"Tuan Muda Valias. Atas keperluan apa Anda datang secara langsung kesini?" Dia merendahkan bahunya.

"Ada yang perlu saya tanyakan," Valias menjawab. "Saya membutuhkan saran, dan mungkin, saya akan meminta bantuan Anda."

Rama menaikkan sebelah alisnya. Lalu menyadari ada satu hal yang seharusnya sudah dia lakukan dari awal. "Sebelum itu, silahkan duduk terlebih dahulu, Tuan Muda."

Valias mendengar ucapan Rama. Dia membuat gestur menunjukkan keberadaan Vetra. "Saya ditemani seorang mage. Dia yang membantu saya kesini, saya tidak bisa membiarkannya menunggu sendirian di luar sana."

Rama melihat Vetra yang kedua matanya masih tertutup kain. Mengetahui pasti putrinya yang membuatnya seperti itu. "Dia sudah bisa membuka ikatan matanya."

Sylphy melepaskan kain penutup itu dari Vetra. Vetra perlu waktu mengkondisikan matanya. Sampai, dia bisa melihat para elf dan juga Valias, serta Rama dan di tempat seperti apa dia sebenarnya sedang berada.

Walaupun masih merasa kikuk dia tetap merendahkan diri memperkenalkan dirinya. "Nama saya Vetra. Saya mage istana yang bekerja untuk Tuan Muda Valias."

Dari awal Rama sudah menduga itu. Berucap. "Kau bisa ikut duduk dengan Tuan Muda Valias."

Begitu mereka bertiga sudah menduduki sofa yang ada, dengan Pralta bersama elf-elf lain berdiri bersiaga di belakang Rama, Rama mempersilahkan Valias untuk bicara. "Anda bisa menjelaskan maksud Anda sekarang, Tuan Muda."

Valias menurutinya. "Objek-objek itu, saya akan mulai mengumpulkan mereka. Tapi sebelum itu saya perlu bertanya pada Anda."

"Apakah Anda tau cara membuat ikatan antara benda dengan kesadaran atau jiwa seseorang? Jadi ketika benda itu digunakan oleh orang lain, orang itu akan langsung tau."

Rama mengetahui ikatan seperti itu dan dia tau cara membuatnya. Tapi dia perlu bertanya dengan kerutan di kening. "Kepada siapa ikatan itu akan dibuat?"

"Padaku." Valias menjawab. "Aku akan memegang tanggung jawab dari semua objek itu. Untuk menghindari penyalahgunaan."

Rama mendapati Valias tidak acuh tak acuh tentang benda-benda itu. "Jika benda nya cukup banyak, saya merekomendasikan agar Anda punya orang lain yang bisa menanggung ikatan itu selain Anda. Terlalu banyak menanggung ikatan juga akan memberatkan fisik Anda."

"Dalam hal ini saya menunjuk seorang anak muda bernama Tarez atau mungkin juga Oanr," Rama menawarkan. "Mereka berdua mempunyai fisik yang paling kuat di antara kami semua. Mereka berdua juga bisa dipercaya. Mereka tidak akan keberatan untuk membuat janji berdarah dengan Anda."

Valias cukup terperangah pada antusiasme Rama yang berada di luar dugaannya. Dia menimbang-nimbang. "Jika Tuan berpikir begitu, saya rasa kita bisa melakukannya."

"Apakah ada orang dari kami yang perlu ikut dalam kepergian Anda ke tempat objek itu?" tanya Rama.

Valias menggeleng pelan. "Belum perlu. Tapi," dia kembali bicara, "besok akan ada waktu dimana saya akan meminta Anda datang ke istana, di ruangan Yang Mulia Putra Mahkota, untuk pembuatan ikatannya."

Rama mengangguk pelan. "Saya akan datang. Panggil saja saya."

Valias tidak memiliki pergerakan ekspresi tapi sebenarnya dia cukup terperangah dengan mudahnya Rama diminta bantuan. Apa yang menyebabkan ini? Seingatnya terakhir kali mereka bertemu, Rama masih menunjukkan kewaspadaannya pada dirinya dan Frey. Tapi sekarang ini Rama tampak tidak sama sekali keberatan dibuat sedikit repot olehnya.

Di sebelahnya, tanpa diduga Valias, Vetra bicara. "Sebelum ini, apakah Tuan Muda atau Yang Mulia Putra Mahkota sudah sempat membuat komunikasi lewat sihir dengan Tuan Elf?"

Valias menaikkan sebelah alisnya. "Seingatku belum."

"Tuan." Vetra bicara pada Rama. "Karena sepertinya Tuan Muda Valias atau Yang Mulia Putra Mahkota akan cukup sering menghubungi Anda setelah ini, bagaimana jika saya membuat ciptaan yang bisa dengan mudah mengirimkan transmisi suara antara Tuan Muda Valias dengan Anda?" Vetra menoleh pada Valias dan bicara dengan hati-hati. "Apakah itu boleh untuk dilakukan?"

Valias melihat Vetra. Berganti bertanya pada Rama. "Bagaimana, Tuan?"

Rama membuat gumaman. "Sebelumnya saya sudah mengusulkan pengiriman surat dengan sihir berpindah. Yang Mulia Putra Mahkota bilang beliau akan meminta seorang mage menyiapkannya. Apakah itu sudah?"

Vetra menjawab ragu-ragu. "Saya kurang tau tentang itu."

"Tapi ide Nona tadi juga cukup bagus." Rama berkata. "Jika Nona bisa membuatnya, kami akan bersedia untuk memanfaatkannya."

Vetra berwajah sumringah. "Saya akan mencari tahu caranya."

Setelah sebelumnya melihat Vetra yang tampak dibuat bersemangat, Valias kembali berpindah bicara pada sang tuan rumah. "Saya datang hanya untuk menyampaikan permintaan itu. Saya bersyukur Tuan bersedia untuk membantu. Saya yakin Yang Mulia Frey akan memberikan tanda terimakasih yang sesuai."

Rama membuat anggukan pelan. "Saya sudah cukup dibuat puas mengetahui pihak Anda tidaklah sembarangan dalam bersangkutan dengan entitas-entitas berkekuatan kuno itu. Itu sudah cukup untuk saya dibuat bersedia memberikan bantuan ketika saya bisa."

Valias cukup tercenung dengan alasan yang dia dapatkan itu, tapi sejak awal dia memang tidak menganggap sepele apapun yang ada di dunia Kei Patra ini.

Valias dengan perlahan membuat gerakan berdiri. "Jika begitu, saya rasa ini sudah waktunya untuk saya pergi. Saya enggan mengganggu waktu Anda terlalu banyak."

Rama mengangguk dan ikut berdiri. Dia berkata secara langsung kepada Vetra. "Kau bisa gunakan sihir berpindah itu di sini. Tidak perlu keluar sana terlebih dahulu."

"Ah." Vetra dengan buru-buru mengangguk dan bersiap mengucapkan mantra berpindahnya untuk dirinya dan Valias. Mengucapkannya begitu Valias sudah memberikan pamit terakhirnya pada Rama.

Valias sebelumnya sudah memberitahunya kalau Vetra bisa menggunakan ruangan Frey sebagai destinasi sihir berpindahnya. Tapi begitu mereka sudah berpindah tempat, Valias menyadari kalau Vetra tidak memindahkan mereka ke ruangan pemuda itu, melainkan paviliun mage.

Valias belum mengatakan apapun dan Vetra sudah langsung membungkuk sembilan puluh derajat kepadanya. "Tuan Muda! Sebelumnya tolong maafkan saya untuk kelancangan saya!"

Valias tidak keberatan. Dia hanya menunggu Vetra memberitahukan alasannya. Meskipun dia juga sudah mempunyai spekulasinya sendiri. "Tidak apa-apa. Nona akan memberitahuku alasannya?"

Dengan posisi membungkuk yang masih sama, di bawah sana Vetra meringis. "Sebelum Anda ke ruangan Yang Mulia Putra Mahkota, dan saya kembali ke Sinfhar, saya punya sesuatu yang saya perlu tanyakan."

"Apa itu?"

Vetra dengan perlahan kembali menegakkan punggungnya. Bicara dengan hati-hati, hampir takut-takut. "Saya ... Kenapa Tuan Muda sampai membuat saya ikut ke tempat tinggal para elf tadi, sampai Tuan Muda harus berdebat dengan nona elf barusan, dan kenapa ... Tuan Muda bisa mengizinkan saya mendengarkan pembicaraan yang Tuan Muda lakukan tadi? Bukankah ... itu seharusnya menjadi perbincangan yang rahasia? ... Antara dua orang penting."

Valias bertanya. "Apakah ada sesuatu yang sempat terjadi ketika Nona di Sinfhar?"

Vetra terperangah.

"Maksud Tuan Muda?"

Valias memperjelas sedikit. "Mungkin di antara Tuan Caessar, atau Tuan Jaeha, atau siapapun itu." Dia menyebut. "Membuat Nona mempertanyakan apakah aku dan Yang Mulia Frey bisa dipercaya."

Vetra terkesiap. Kedua matanya terbuka melebar. "B- Bukan begitu!" Kedua tangannya bergerak-gerak menyangkal dalam panik.

Valias membuat sebuah senyum sederhana untuk sekedar menenangkan Vetra sedikit. "Tidak apa-apa, Nona. Apapun itu, aku hanya akan menjawab pertanyaan Nona tadi."

"Yang kulakukan tadi adalah salah satu cara yang kugunakan untuk menunjukkan kalau Nona adalah salah satu orang yang kupercaya. Terutama untuk di kalangan para mage di saat ini." Valias bicara seraya merubah arah berdirinya menjadi ke arah area pekarangan paviliun mage tempatnya berada. Melihat bagaimana rupa area istana yang mengelilingi bangunan itu. "Bukan menunjukkan ke orang lain, tapi untuk menunjukkannya pada Nona sendiri. Aku akan terus membutuhkan uluran bantuan Nona sebagai seorang mage. Saat ini figur mage yang kurasa bisa dipercaya barulah Nona seorang."

"Mungkin, di waktu yang akan datang, jumlah mage yang bisa kupercaya akan bertambah." Valias berkata. "Tapi itu tidak menghapus fakta kalau Nona adalah mage pertama yang mendapatkan kepercayaanku, bukan?" Valias menoleh pada Vetra dan membuat senyum sederhana lagi. "Kita tidak bisa meminta bantuan seseorang terus menerus tanpa sekalipun memberikan balasan yang setimpal. Aku berpikir Nona pasti setidaknya ingin tau bagaimana kota tempat tinggal para elf itu terlihat, jadi aku memeriksa apakah Nona akan diperbolehkan untuk ke sana."

"Walaupun hasilnya kurang memuaskan tapi setidaknya aku sudah mencoba." Valias memiliki tawa kecil pertamanya setelah sekian lama. "Karena yang tadi itu rupanya tidak berhasil jadi aku akan membalas bantuan-bantuan yang sudah Nona berikan dengan cara lain."

"Tapi sebelum itu, aku akan mengatakan ini." Valias berubah kembali berdiri menghadap ke arah Vetra. "Nona bebas memiliki kewaspadaan dan spekulasi sebanyak yang Nona mau. Begitupun dengan teman-teman mage Anda yang lain."

"Tapi aku bisa pastikan kalau apapun yang kulakukan adalah berdasarkan apa yang menurutku paling tepat untuk dilakukan," pesannya. "Aku melakukan semuanya untuk kepentingan semua orang."

"Tentu, beberapa akan bertanya."

"'Kenapa'. 'Siapa' sebenarnya yang kumaksud."

"Tapi jika aku diharuskan untuk menjelaskan semuanya. Akan ada waktu yang terbuang. Dan juga, identitas seseorang yang akan terumbar dengan secara tidak terkendali," Valias bicara pelan. "Untuk itu, aku akan membiarkan beberapa hal tetap menjadi rahasia."

"Aku menyukai kepribadian Anda, Nona." Valias berucap dengan senyum sederhana. "Mungkin beberapa orang akan beranggapan Nona mudah dipengaruhi dan mudah dimanfaatkan."

"Tapi menurutku itu bukan perspektif yang benar." Dia berujar. "Daripada itu, akan lebih tepat jika Anda dibilang memiliki keluasan hati untuk membantu seseorang bahkan ketika Nona sebenarnya masih ragu dengan siapa orang itu. Untuk ke depannya Nona akan menjadi sumber kekuatan untuk lebih banyak orang lagi."

"Meskipun begitu, hal yang wajar jika Nona menaruh curiga padaku. Dan sama seperti kepada yang lainnya, aku tidak akan membuat usaha untuk menghilangkan kecurigaan Nona."

"Nona bisa memilih sendiri. Apa yang akan Nona lakukan selanjutnya. Tapi jika Nona memilih bahwa Nona masih akan tetap bersedia membantuku dan Yang Mulia Frey, maka aku akan sangat berterimakasih, dan terus mencari dengan cara apa aku bisa membalas kebaikan Nona."

"Aku sudah berbicara banyak. Kurasa ini waktunya untuk aku pergi." Valias membuat senyum lalu berpamitan pergi. "Aku akan meminta Tuan Mage Edgar untuk menghubungi Nona lagi."

Vetra hanya bisa diam di sana. Menonton kepergian Valias yang bisa Vetra lihat hanya dari bagian belakang penampilannya saja. Bagian isi kepalanya sangat ribut tapi saking ributnya dia justru malah tidak tau apa sebenarnya yang dia pikirkan di dalam kepalanya.

Tapi lewat apa yang Valias katakan tadi, dia jadi mengetahui bagaimana sebenarnya Valias melihatnya. Dan akan menjadi keputusannya, apakah dia akan tetap berada di pihak bangsawan Bardev itu, atau mendengarkan apa yang dikatakan Caessar.

07, Ocbert 1768

31/10/2023 16:12 2822
_____________

Yoggu: ngasih tau diri sendiri kalo aku harus update karena kalo gak update maka waktu dimana aku bisa bikin angst yang barbar dan tiada-ampun nya gak akan dateng-dateng

Aku punya sepak terjang delapan tahun dalam bidang angst, aku harus manfaatin dengan sebaik-baiknya (⁠*⁠˘⁠︶⁠˘⁠*⁠)⁠.⁠。⁠*⁠♡

Yoggu 2: di CFYM kagak bakal ada romance nya tapi aku gak bisa nahan air mata keluar ngebayangin Vetra itu figur perempuan yang tepat banget buat Abimala, aku ngebayangin mereka pasangan yang meant to be untuk satu sama lain tapi alas Abimala nanti,

Aku gak akan nyebut, karena nanti jadi spoiler. Pokoknya, AAAAA AKU MAU LIAT GAMBAR ABIMALA SAMA VETRA BEING A COUPLE. Rentang umurnya juga cuma dua tahun. It's just perfect muach

Ngomong-ngomong, mumpung inget, aku pernah bikin editan meme ini

Authornya sok asik lol

Anyway.... mengangkat ketenaran lagu ini lagi di masanya, karena aku nulis bab ini sambil dengerin ni lagu berulang-ulang repeated non stop. Karena aku senagih itu <3

I Know What You Did Last Summer
- Shawn Mendes & Camila Cabello -

Continue Reading

You'll Also Like

6.3K 767 49
Selama empat abad lamanya dunia jatuh kedalam neraka. Semua itu hanya didasari atas perbuatan manusia yang memiliki hawa nafsu yang tinggi. Sejarah h...
7K 1.3K 25
ADA sesuatu yang ingin ku katakan padamu sejak dulu, sampai sekarang aku belum mengatakannya karena.... yah, karena berbagai alasan. Dan alasan utama...
53.2K 7.8K 26
Web novel berjudul 'Revenge', menceritakan kisah seorang Putra Mahkota yang tahtanya di renggut oleh seorang Grand Duke dari wilayah utara yang di pe...
20.6K 2.3K 26
Aku lelah. Kali ini aku ingin hidup tanpa penyesalan, dan hanya akan hidup menyendiri, lalu menjalani hidupku dengan tenang *** Zenovia Ralliade. Buk...