Secret Admirer |Gofushi💙💚|

By Yunyun0864

1.4K 156 9

Sudah satu bulan berlalu sejak seorang Gojo Satoru yang terhormat, terkenal akan harta, kejeniusan dan ketamp... More

2. Nobara Bibi yang Baik.
3. Anonim-san dan Bekalnya. Hari Pertama.
4. Nanami! Sejak kapan kau kenal Gumi!
5. Nanami : Cukup Lama,Aku Bahkan Bisa Menggendongnya.
6. Susu Megumi.
7. Salah Paham.
8. Kanzashi.
9. Yuuji Anonimnya?!
10. Detektif
11. Date (1)

1. Fans Rahasia ?

276 25 0
By Yunyun0864

Disclaimer : Jujutsu Kaisen oleh Gege Akutami Sensei. (Pinjem bentar🙂)

Fanfiction oleh : Yunyun.

Pair : Gojo Satoru x Fushiguro Megumi. .

Genre : Romance, Drama, Alternate Universe, BL, School Life, (ingin kumasukkan komedi tapi aku payah dalam bumbu humor dan komedi🥲)

⚠️ : Out of Character (Khususnya Megumi 😂). Juga, beberapa komentar vulgar akan muncul di tengah-tengah narasi. Jadi, jangan terkejut. Sedikit SuguShoko & ItaNana.

FF ini terinspirasi dari : Gofushi AU "Secret Admirer" dari Kak Wiona @tokkwi di Twitter X.

(Aku sudah dapat izin, kunjungi Twitter X dan baca semua gofushi au miliknya, ceritanya bagus-bagus 😭)

(A/N : untuk sebuah kepuasan pribadi(⁠ ⁠´⁠◡⁠‿⁠ゝ⁠◡⁠'⁠))
.
.
.
.
.
==================================
Angin pagi berhembus, meniupkan embun pagi yang sejuk, bersama aroma bunga yang wangi merekah. Burung burung bernyanyi, bersiul ria, terbang kesana kemari, mengepakkan sayap kecilnya seolah tanpa lelah.

Pagi itu, mentari memancarkan sinar emasnya keseluruh bumi yang masih membeku. Menggantikan sang bulan dari tugasnya, menggantikan pernak pernik bintang yang berkerlap kerlip dengan sinarnya yang silau, menyala, bercahaya.

Nampak sesosok remaja laki laki jangkung dengan otot yang lumayan kekar diatas rata-rata siswa SMA pada umunya, tersembunyi dibalik seragam SMA yang hanya sedikit longgar. Senyuman, seringai lebar, representasi dari kesombongan, martabat, harta, percaya diri dan perfeksionis yang tinggi. Menghiasi wajah yang tampan bak seorang model kelas atas, anugrah dari dewa. Surai putih yang halus bak tumpukan salju begitu senada dengan kulitnya yang putih seperti porselen. Permata langka terbuat dari sepotong langit biru dengan pola awan yang menawan, mengalahkan batu mulia safir yang pernah berhasil ditemukan.

Gojo Satoru.

Gojo Satoru dengan riang menenteng ransel di bahu lebarnya. Berjalan dengan santai, berdampingan dengan temannya, junior yang tak kalah riangnya dengan mentari, representasi dari setetes, secercah bola matahari, yang panas, aktif dan berisik.

Itadori Yuuji.

Berbincang dengan nyaman dan akrab sembari menuju ke sekolah tujuan mereka, Sekolah Menengah Atas Metropolitan Tokyo. Salah satu dari sekian banyak SMA terkenal dan paling diminati di Tokyo.

"Yosh, sudah sampai, aku pergi dulu Gojo senpai." Kata Yuuji tatkala mereka tiba di area loker sekolah. Lambaian tangan penuh semangat diarahkan pada Gojo dibelakangnya.

Gojo hanya mengangguk dan membalas, melambaikan tangannya kearah temannya itu. Sementara ia masih sibuk berkutat pada sepatu chelsea hitam miliknya. Namun, ketika ia hendak memasukkan sepatu itu kedalam loker, pria itu mendapati sesuatu tak terduga, sebenarnya tidak juga karena hal itu sudah nyaris "biasa" dialaminya akhir-akhir ini, didalam lokernya. Tapi tetap saja masih selalu mengejutkannya.

"Oh, bekal bento dari anonim-san yang imut." Kata gojo heran, kendati demikian ia tetap mengambilnya dengan wajah riang. Memasukkannya kedalam ranselnya dan menuju ke ruang kelas.

Menyimpannya.
.
.
.
.
.
Sesampainya diruang kelas, Gojo menyapa sahabatnya yang asik berkumpul, entah melakukan apa. Gojo bergegas bergabung dengan sekumpulan sahabatnya itu.

Nimbrung.

"Yo guys, aku dapat bekal anonim lagi" ujar Gojo dengan penuh semangat.

Sayangnya......, Gojo dicuekin.

"Suguru, aku minta lihat PR matematikamu, bukuku ketinggalan dirumah" pinta Shoko pada Geto.

Shoko terlihat gelisah sembari mengeluarkan semua peralatan tulisnya. Mengabaikan suara Gojo sama sekali, seolah suara sebelumnya hanyalah lalat yang sedang lewat.

"Hah?! Kau serius?! Ingin menulis ulang soal sebanyak itu? Kau sanggup Shoko?." Tanya Geto terkejut, menatap tak percaya pada teman 'akrab' nya itu. Namun tetap memberikan buku miliknya pada Shoko. Sebagaimana yang dilakukan oleh teman 'akrab', itu sebelumnya, Geto sama sekali tak menaruh atensi apapun pada keberadaan baru disamping Shoko.

Shoko mendesah lelah, pasrah. Jemarinya yang lentik mengacak-ngacak surai rambutnya yang tidak gatal. "Lebih baik daripada harus berdiri di lorong kelas." Katanya sendu, gadis itu membolak balik buku geto, memeriksa jawabannya. "Nanamin, bisa lihat punyamu. Punya Geto banyak yang salah." Lanjut gadis itu, sembari melambaikan buku Geto. Ia harus mendongakan badannya sedikit agar bisa melihat Nanami yang tersembunyi dibalik tubuh jangkung kekar geto. Geto yang mendengar itu hanya bisa sweatdrop saja.

Kritikan pedas yang halus.

"Ambil saja di tasku." Ujar Nanami sembari beranjak diri. Agaknya ia hendak keluar kelas untuk keperluan lain.

"Oh, mau kemana kau?" Tanya Shoko, ia mengarahkan perhatiannya pada Nanami, sementara tangannya terulur untuk menerima buku Nanami yang diambilkan Geto sebelumnya.

"Kantin. Kau perlu sesuatu?." Tanya Nanami di ambang pintu. Agaknya pria berwibawa itu menawarkan diri untuk membantu menjadi kurir angkut makanan untuk sahabatnya.

"Onigiri salmon." Kata Shoko "sekalian susu pisang." Tambahnya, yang hanya dibalas anggukan singkat dari Nanami sebelum pria itu pergi.

Selepas Nanami pergi, Geto membantu Shoko mengerjakan aka menyalin tugas Shoko. Sekaligus mengganti jawaban tugasnya yang salah dengan jawaban benar milik Nanami. Menurut pria bersurai panjang itu, hal ini bukankah hal yang salah, ia hanya memanfaatkan keadaan. Demi nilai bagus, katanya.

"Tidak biasanya Shoko-tan. Kau yang paling rajin disini bukan? Makanya juara dua di ujian senasional." Kata Geto basa basi, pandangannya mengarah pada Shoko dengan penuh kasih. Penuh kasih. Senyum ala buddha yang palsu terbentuk di wajahnya, kepalanya ia miringkan sedikit sehingga membuat poni anehnya ikut bergoyang.

Sungguh aneh melihat orang dengan selera fashion dan pemilihan gaya rambut serendah itu. Tapi jikalau ada yang mengkritik gaya rambut Geto, orang itu akan melar seperti karpet yang dikibaskan.

Sungguh sikap yang terlampau berlawanan dengan wajah penuh senyum Buddha ramahnya. Lupakan.

"Tch, aku kesiangan. Aku marathon serial film Doctor Lawyer sampai jam 5 pagi." Ujar Shoko sembari mengacak-ngacak surai panjangnya, pandangannya masih terpaku pada buku dibawahnya. Sama sekali tak sempat melirik teman 'akrab' nya sedikitpun.

Geto mengerutkan kening mendengar hal itu, satu yang ia tahu adalah, sahabat aka crushnya itu begitu ingin sekali jadi dokter. "Apa kau ingin pindah jadi pengacara jika gagal mendaftar di Universitas Metropolitan Tokyo?." Tanya geto.

Pria itu menarik jepit rambut dari sakunya, mengulurkan tangannya untuk menjepit poni surai shoko yang berantakan. Tampaknya gadis itu benar benar kesiangan, dengan betapa acak-acakan surai coklat yang biasanya rapi itu. Shoko mendongakkan kepalanya pada Geto untuk berterimakasih sembari tersenyum. Akhirnya, Shoko melihat ke arah Geto dengan penuh kasih.

Penuh kasih.

Masih mengabaikan keberadaan baru diantara mereka, setidaknya telah diabaikan sejak hampir 10 menit yang lalu. Bahkan Nanami saja sudah sempat kembali dari kantin. Memberi pesanan Shoko, onigiri salmon dan susu pisang. Lantas menarik bangku disamping meja Geto untuk duduk melingkar bersama.

Masih mengabaikan Gojo lagi.

"Enghrem"

Gojo berdehem untuk mencairkan suasana, atau malah mengcanggungkan suasana?. Itu tak penting, sebenarnya Gojo hanya tak ingin diabaikan terlalu lama, itu saja. Usahanya membuahkan hasil, sahabatnya mulai menolehkan kepala menghadap ke Gojo. Namun hanya berlangsung 3 detik saja, sebelum dua sahabatnya itu memfokuskan perhatian pada buku matematika mereka.

Sukses membuat Gojo jengkel, kecewa dan cemberut untuk sekian kalinya. "Kalian tidak penasaran dengan beritaku?" Rengek Gojo.

"Tidak" jawaban yang terlampau kompak dari ketiga sahabatnya. Membuat Gojo merengek sekali lagi.

"Suguru, help me, please." Pinta Gojo. Mau tak mau Geto memberikan sedikit perhatian pada sahabat aka calon bosnya dimasa depan itu. Lagipula ia juga sudah terbiasa dengan keabsrudan dan kerandoman sahabatnya itu. Mari bertahan demi kantong tebal atas gaji sebagai tangan kanan keluarga Gojo.

Gojo menyeringai senang, lalu melanjutkan ceritanya. "Aku bilang aku dapat bekal anonim lagi" katanya dengan penuh semangat.

"Oh" sahutan tanpa ekspresi keluar dari pita suara tiga sahabatnya. Membuat Gojo merengut kesal untuk ke sekian kalinya.

"Kok 'oh' doang?! Yang semangat dong. Ini kejadian langka tahu!." Ujar Gojo dengan penuh semangat lagi.

Nanami fokus pada roti isi daging sayurnya, Shoko fokus mengerjakan PR sembari meminum susu pisang, Geto memasang muka kecewa. Semuanya nyaris tak peduli.

Geto meraih penggaris panjang milik teman 'akrab'nya Shoko, menggunakannya untuk menunjuk wajah Gojo dengan gerakan menuduh.

"Satoru! Itu hal yang biasa bodoh! Jangan libatkan kami dengan otak bodohmu itu!. Beberapa dari kami ingin punya otak normal dan terhindar dari virus gila yang ditularkan dari tubuhmu!" Geram Geto.

"Hey, begini begini aku juara satu ujian senasional poni aneh!." Kata Gojo sembari menampik penggaris yang disodorkan ke wajahnya itu.

Gerakan kesal, dan taring yang tajam Gojo pamerkan pada Geto. Ketika mulutnya hendak mengeluarkan sepatah kata untuk memulai perdebatan lagi, Shoko sebagai teman 'akrab' Geto menginterupsi melalui pembelaannya untuk Geto.

"Suguru benar, kau sudah sering mendapat bekal dan ajakan makan dari fansmu bukan?" Kata Shoko menengahi pertengkaran, "lagipula Gojo itu playboy" tambahnya tanpa dosa.

Sukses membuat Gojo sweatdrop, tak mampu menyanggah. "Tapi yang ini beda!." Bantah Gojo setelah beberapa detik terdiam.

"Apa bedanya? Bukannya sama saja?." Tanya Nanami.

"Ya pokoknya beda. Dengar ya, benar kata Shoko-tan, aku sering dapat ajakan makan dan kencan dari para gadis yang ngefans padaku. Tidak seperti kalian." Kata Gojo memutar bola matanya kesamping dengan menghina.

" Tapi aku langsung menolaknya Lo! Jadi jangan cap aku sebagai playboy. " Lanjut Gojo dengan nada sombong. Nyaris membuat Nanami ingin menyiramkan kopi hitam panas yang baru saja ia beli sebelumnya pada wajah model papan talenan dapur itu.

"Tapi anonim kali ini sukanya sembunyi-sembunyi. Jadi membuatku penasaran. Kenapa harus sembunyi-sembunyi begitu. Anonim ini bahkan menyimpan bekalnya di loker milikku jauh sebelum aku datang." Jelas Gojo sembari mengeluarkan kotak bekal dari dalam tasnya, menunjukkannya pada teman-temanya.

Shoko nampak berpikir sebentar usai mendengar cerita kawannya itu. "Mungkin karena dia jelek-."

"HAH!! JAGA MULUTMU LONTE!-"

*PLAK!!*

Gojo yang sebelumya memotong ucapan shoko, balas dipotong pula ucapannya, lengkap dengan tamparan penggaris panjang dari Geto tepat dikepala bodohnya.

"Gadisku belum selesai bicara otak udang." Bentak Geto, bentakan dengan nada halus namun senyum super sinis yang mengancam. Sekali lagi tindakan kasar yang berlawanan dengan senyum yang ramah.

"Maksudku orang itu merasa kalau dirinya jelek. Nggak pantas kalau dibandingin denganmu. Insecure lah intinya. Kamunya famous, sementara dia apa? Cuma remahan kacang goreng." Jelas Shoko sembari memakan onigiri salmon yang belum sempat ia sentuh itu. Pekerjaannya sudah hampir selesai, jadi saatnya sarapan.

Geto membuka mulutnya kearah Shoko, meminta suapan onigiri. Shoko hanya menurut saja, menyuapi Geto dengan onigiri lalu memakan setengah onigiri yang tersisa. Membuat Gojo dan Nanami gatel, canggung dan risih melihat adegan romantis dihadapan mereka.

"Tolong jangan bermesraan di depan umum. Apalagi di kawasan sekolah ramah anak." Tegur Nanami seraya menyibakkan poni menyamping yang jatuh di sisi kanan wajahnya. Menyelipkannya ke belakang telinganya.

"Hmn, onigiri salmon cukup enak." Kata Geto setelah menelan onigiri itu. Abai pada teguran Nanami dan semakin memamerkan kemesraan.

"Shoko-tan mungkin benar. Anak itu pasti merasa pesimis untuk pdkt denganmu. Jadi dia memilih untuk menyukaimu dalam diam, memberi perhatian dari jauh. Kayaknya orangnya pemalu deh." Lanjut Geto.

Gojo memikirkan nasihat teman temannya. Ia menyilangkan tangannya dan mengangguk setuju. "Tch, tapi kenapa anonim itu harus malu-malu sih. Padalah kan dia anaknya imut. Pasti imut. Pasti orangnya gemesin banget" Keluh Gojo. Sama sekali tidak sadar kalau perkataanya barusan sontak membuat tiga temannya memandangnya dengan penuh hina.

"Apa?" Tanya Gojo datar. Tuntutan tajam ikut menghantui nada suaranya.

"Iyuuhh, kau bahkan belum bertemu orangnya, namun sudah yakin dengan penuh percaya diri dan berani kalau orang itu punya wajah imut?." Kata Geto dengan wajah jijiknya.

"Tch, aku serius!!!. Lihat saja bekalnya, onigirinya dibentuk lucu lucu, kayak boneka. Terus catatan "Semangat" ditulis sangat bagus dan cantik, mana dihiasi dengan stiker pula.". Kata Gojo sembari membuka kotak makan siang dari anonim itu, tak lupa ia sertakan catatan cantik yang ia temukan sebelumnya.

Geto, Shoko dan Nanami menatap bekal makan siang yang terbuka itu. Memang benar, bekal itu sangat lucu, imut, sangat imut, terlampau imut untuk dimakan dengan sia-sia. Perlu keahlian, ketelitian dan kesabaran yang sangat besar untuk membuatnya secantik dan seimut itu. Bagaimana tidak, onigiri dibentuk seperti boneka lengkap dengan mata dan mulut tersenyum, telur dadar dicetak menjadi bunga dan diatasnya ditambahkan sosis berbentuk sama. Kemudian ada sosis goreng yang dibentuk seperti bayi gurita, Lengkap dengan beberapa sayuran dan buah yang tak kalah cantiknya. Mahakarya yang seharusnya dipajang, bukannya dimakan oleh mulut rakus seringai pemakan kotoran seperti Gojo.

"Lihat! Benar kataku kan! Aku yakin anak itu pasti sangat imut." Kata Gojo sembari menutup kembali bekal makan siangnya. Mengamankannya dari tangan nakal Geto yang hendak mencuri bekalnya. Geto hanya cemberut dan memilih mencuri sandwich daging milik nanami.

Memakannya.

"Atas dasar apa kau yakin anonim itu akan imut. Tidak. Lebih tepatnya, siapa yang kau bayangkan hingga berani mengatakan anonim itu imut?." Tanya Shoko, kini giliran dia yang meminta suapan sandwich daging dari Geto.

"Adik-nya" kata Nanami sinis.

"Ahahaha, Adik-nya" Geto menyahut diselingi gelak tawa yang nyaris menghina Gojo. Merendahkan. Memunculkan nada protes yang serius dari Gojo, lantaran adiknya, juniornya ikut dibawa-bawa. Namun, entah seberapa besar urat siku-siku yang muncul di pelipis dan lehernya, Gojo tak menyangkal apapun.

"Mungkin itu anak kelas sepuluh. Kebanyakan dari mereka masih malu-malu untuk mengajakmu bicara dan kencan secara langsung." Ujar Nanami sembari mengamankan satu sandwich daging miliknya yang tersisa.

Satu-satunya yang tersisa🥲.

"Eh? Kenapa kau yakin begitu?" Tanya Gojo terkejut.

"Banyak yang penasaran tentangmu namun mereka terlalu malu langsung bertemu denganmu. Ujung-ujungnya mereka memilih alternatif lain, perantara." Jelas Nanami sembari mengangkat dagunya kearah Shoko.

"Cih, itu benar. Jujur saja aku capek meladeninya. Sedang asik-asik makan, tiba tiba ada yang nyamperin 'temannya kak Gojo ya?' Cih, kotoran." Keluh shoko kesal. Sontak menimbulkan gelak tawa dari tiga temannya. Tentunya, tawa paling keras berasal dari Gojo saja.

"Ahahaha. Kenapa kamu tak mengaku jadi pacarku saja?." Ujar Gojo dengan seringai jahil khas miliknya.

Langsung menciptakan ekspresi wajah paling masam yang pernah ada dari Shoko, perpaduan masam, jijik dan kesal. "Iyuhhh, aku malas. Dan itu Menjijikkan." Katanya.

"Memangnya kalau ketemu orangnya mau kau apakan? Ajak nikah?." Tanya Nanami.

"Tidak. Aku suruh dia stop aja." Kata Gojo datar. "Aku suka orang lain." Lanjutnya.

"Idih, sok ganteng, aku yakin orang itu pasti sakit hati parah terus menyantetmu sampai hidup mati dibuat tak tenang." Kata Geto sinis yang langsung disetujui Shoko. Memang Geto dan Shoko selalu kompak dalam hal apapun, khususnya membully Gojo.

"Yah, itu lebih baik daripada dibiarkan saja. Kalau terus berlanjut, kesannya seperti memberi harapan palsu." Kata Nanami. Satu-satunya reaksi normal yang pernah keluar. Membuat Gojo tersenyum senang dengan dukungan Nanami itu, sebelum akhirnya dijatuhkan lagi moodnya dengan kata :

"Semangat dapetin hati si Adik." Kata Nanami dengan nada sinisnya.

"Cih, tidak ada yang benar benar ada dipihakku!." Keluh Gojo sembari melemparkan kepalanya kebelakang. Pasrah dengan tingkah tiga temannya yang tertawa dibalik kesusahannya.
.
.
.
.
.
Mentari memancarkan sinarnya yang terik. Angin musim panas menerpa dedaunan pepohonan yang mulai menguning. Udara yang kering nyaris membuat tenggorokan sakit. Hawa yang panas membuat siapapun gerah dan tak betah untuk melepas seragam sekolah.

Salah satunya adalah Megumi, remaja cantik itu sudah membuang blazer merahnya entah kemana. Hanya menyisakan kemeja putih tipis yang nyaris tembus pandang begitu terkena air ataupun cahaya. Memamerkan semburat kulit telanjang yang pucat jikalau angin sepoi menerpa kemeja Megumi.

Megumi menyusuri lorong dengan langkah gembira. Membawa beberapa buku sekretariat OSIS dan bekal makan siang diatasnya. Tujuannya adalah perpustakaan. Dibandingkan dengan kantin yang ramai, sibuk penuh hiruk pikuk, ataupun kelas yang berisik dengan anak laki-laki yang sibuk membicarakan preferensi wanita seperti 'bokong besar dan payudara besar, Mana yang kau suka?.' Perpustakaan adalah surga duniawi yang nyaman, sejuk dan sunyi, setidaknya bagi Megumi.

Sesampainya disana, ia menyapa Mei Mei, staf penjaga perpustakaan yang bertugas. Mengambil tempat duduk favoritnya disamping jendela yang menghadap ke taman belakang sekolah, tempat banyak siswa yang memakan bekal makan, ataupun sekedar berteduh di bawah pohon rindang. Megumi menoleh sesaat untuk mengagumi suasana musim panas yang akan berakhir beberapa Minggu lagi, lalu memfokuskan perhatiannya pada dokumen OSIS dihadapannya. Tertulis 'Rencana Festival Budaya' terpampang begitu jelas dan nyata, mengingatkan tentang betapa sibuknya ia dan kawan OSIS lainnya di akhir musim panas sampai pertengahan musim gugur nanti.

Keheningan memenuhi ruangan, sampai ketika seseorang yang terlalu berisik dan ceria bagi perpustakaan, suara yang nyaris mengganggu, datang dari ambang pintu. Megumi terpaksa menolehkan kepalanya ke sumber suara yang familiar itu, dengan wajah cemberut kecutnya. Di ambang pintu, terlihat sesosok jangkung berotot nyaris memenuhi seluruh lubang pintu. Memblokir. Pria itu lekas menghampiri Megumi begitu mereka bertatapan wajah beberapa detik yang lalu.

"Ohayo, Megumi-chan. Apa yang sedang kau lakukan." Sapa Gojo dengan nada yang terlalu sangat bersemangat dan ceria, merengkuh badan Megumi, mendekap wajah surai landak ke dadanya yang bidang berotot.

"Ugh, ini sudah siang idiot." Ronta Megumi sembari mendorong dada Gojo, membebaskan diri dari kekangan yang menyesakkan. Tak lupa wajah cemberut khas menghiasi wajah Megumi yang cantik, yang menurut Gojo sangat imut dan cantik seperti kucing.

Gojo hanya tertawa riang, mengacak-ngacak surai Megumi dan mengambil posisi duduk tepat dihadapan Megumi. Duduk rapi terlampau manis dengan senyuman lebar yang terlalu menjijikkan bagi Megumi. Gojo meraih buku dihadapan Megumi dan membacanya sekilas.

"Itu tugas OSIS, kembalikan." Pinta Megumi sembari meraih bukunya. Gojo malah semakin menggoda Megumi dengan mempermainkannya, mengangkat buku itu keatas jauh dari jangkauan Megumi yang notabene lebih pendek dari tinggi tiang listrik Gojo.

Sukses membuat Megumi kesal, dan akhirnya menyerah untuk mencoba, memilih duduk diam dan menunggu Gojo mengembalikannya. Tentu saja dengan muka cemberut khasnya, cemberut kucing yang menggemaskan.

"Huh, apa maumu?." Tanya Megumi.

Gojo menyeringai mendengar Megumi. "Gumy, aku butuh bantuanmu. Kau mau kan? Pasti mau. Oke terimakasih Gumy." Kata Gojo yang nyerocos tanpa henti.

"Hey, aku belum bilang iya!.", protes Megumi sembari menggebrak meja dibawahnya. Yang hanya menerima jentikan jadi didahi lebarnya.

"Aduh, sakit." Keluh Megumi, cemberut manyun dengan pipi kenyal menggelembung.

"Yah, Megumi, kamu tidak ikhlas kah menolongku." Kata Gojo dengan wajah puppy eyes yang dibuat-buat, membuat Megumi ingin menamparnya dengan panci penggorengan kesayangannya.

"Yah, tergantung permintaannya aneh atau tidak." Jawab Megumi sembari mengelus dahinya. Melindungi dahinya.

"Hah... Memangnya aku pernah minta yang aneh-aneh?." Tanya Gojo memelas.

"Banyak." Kata Megumi, sukses membuat Gojo speechless. "Mau kubuatkan list-nya?." Tawar Megumi dengan pena ditangannya.

Gojo cemberut mendengar jawaban Megumi. Namun tetap melanjutkan pembicaraannya. "Aku mau minta tolong untuk mencari orang. Kau bisa kan?." Tanya Gojo.

"Hah" guman Megumi heran, alisnya terangkat keatas dan mulutnya menjulur kedepan sebagai ekspresi herannya. "Kau tidak salah? Aku nggak kenal banyak orang loh kak?." Tanya Megumi balik.

Gojo harus menahan kegembiraan dari melihat ekspresi imut Megumi sebelumnya sekuat tenaga.

"Tidak tidak." Katanya sembari menyilangkan tangannya dan menggelengkan kepalanya. "Ini sangat cocok untuk Gumy, yang pengen aku cari anak kelas sepuluh kok." Kata Gojo.

*DEG!*

Jantung Megumi berdetak kencang sekali. Perasaan Megumi tak enak, membuat Megumi harus menelan ludah yang menyumpal tenggorokannya.

"Kenapa... Kenapa dengan kelas sepuluh." Tanya Megumi pelan.

Gojo menyandarkan punggungnya ke kursi, menjatuhkan kedua lengannya dengan santai, terjuntai di samping badannya. "Yah, ini hanya tebakan saja sih."

"Apa maksudnya, tolong jangan memberi penjelasan setengah-setengah dong kak!." Bentak Megumi yang mulai jengkel dengan penjelasan seniornya yang berbelit-belit.

"Ugh, kamu kalo marah itu lucu banget loh Gumy." Kata Gojo sembari mencubit kedua pipi Megumi dengan satu tangan besarnya, membuat bibir Megumi monyong dengan cara yang lucu. "Squishy squishy."

Sukses membuat Megumi kesal dan...

*BRAK!!* Suara buku menampar kepala seseorang diikuti erangan sakit dari Gojo.

"Ugh, itai ta ta, ahahaha. Maaf maaf." Kata Gojo sungguh-sungguh, namun tampaknya tak menyesalinya sama sekali. " Ano sa Memi, kau ingat ceritaku tentang bekal bento dan surat penyemangat dari anonim-san itu?."

*DEG!*

Jantung Megumi berdebar kencang sekali. Ia menarik buku yang dipegangnya, didekapnya erat didepan dadanya, jantungnya, berharap kerasnya debaran itu tak sampai terdengar keluar. Megumi menggangguk pelan dengan sedikit desahan. Menunggu Gojo untuk melanjutkan.

"Nah, ini sudah sebulan penuh berlalu dan bekal bento itu terus berlanjut. Jadi aku ingin tahu siapa orang itu." Lanjut Gojo sembari memainkan buku Megumi.

"Kenapa tiba tiba ingin tahu?." Tanya Megumi pelan. Rasanya hati kecilnya sedang dilempar-lempar seperti buku yang dimainkan Gojo tepat dihadapannya.

"Betsuni. Tidak ada yang khusus. Aku hanya penasaran saja." Kata Gojo

"Kenapa tiba-tiba penasaran." Tanya Megumi semakin lirih.

"Ya, habisnya baru kali ini aku didekati gadis diam diam begini. Jadinya penasaran itu siapa dan kenapa. Nanami bilang banyak yang tanya tanya tentangku pada Shoko karena nggak berani bilang langsung. Benar memang, semua yang mendekatiku secara langsung itu hanya gadis kelas 11 dan 12. Yah makanya aku tarik kesimpulan kalau anonim-san itu mau dekat dan bicara denganku namun malu, jadi memilih diam diam memberi bekal bento dan menganggumi dari jauh. Itu saja." Jelas Gojo panjang lebar.

Megumi terdiam akan cerita panjang itu, ia semakin mengencangkan pegangan tangannya pada buku didepannya. Mencoba menghilangkan ketegangan yang melilitnya bak kawat yang tajam. "Souka. Aku menolak." Katanya.

"Eeeeeehhh!, demo ne, tapi kan Megumi sudah bilang setuju." Rengek Gojo.

"Aku tidak bilang begitu!. Itu kak Gojo yang seenaknya mutusin sendiri." Bela Megumi. "Aku bilang tergantung permintaannya. Aku nggak kenal banyak orang kelas 10. Minta tolong sama Kugisaki saja, dia kenal banyak orang." Lanjut Megumi. "Atau sekalian saja minta tolong sama Itadori, toh kalian juga sangat dekat." Tambahnya dengan nada ketus, sedikit menyamarkan nada cemburu dan sakit yang keluar.

"iya da, tidak mau. aku maunya cuma sama Meguminyan." Rengek Gojo sembari menarik tangan Megumi. "Megumi cocok kok dengan tugas ini." Tambahnya.

"Ugh, jangan usap tanganku dengan ingusmu jorok!." Bentak Megumi sembari menarik tangannya. Mengusap punggung tangannya ke meja, mencoba menghilangkan ingus imitasi yang muncul disana. "Cocok gimana sih, idiot?."

"Yah, Megumi kan suka datang pagi. Anonim-san juga gitu, dia pasti menaruh bekal itu dipagi hari." Jelas Gojo. "aku cuma mau kamu mengawasi loker ku sebentar itu saja kok." Lanjutnya.

Megumi merenungkan keputusannya sebentar, menimbang-nimbang resiko yang ia dapat jika membantu seniornya itu. Namun, puppy eyes milik Gojo yang diarahkan padanya membuatnya semakin risih dan jengkel. Jadi dengan ringan tangan, Megumi menamparkan buku yang ia pegang tepat ke muka senpainya itu. Dan dengan berat hati, Megumi menyetujui permintaan senpainya itu.

"Aah, aku tidak bisa mengatakan tidak pada kak Gojo " guman Megumi.

"Ano ne, Gojo senpai, kalau... Kalau ketemu sama orangnya, memangnya mau apa?." Tanya Megumi gugup. "Apa kau akan mengajaknya jadian?." Tambahnya dalam hati. Penuh harap hatinya agar Gojo mau mengajak anonim itu jadian. Jadi ia bisa--.

"Aku suruh dia berhenti"

*Deg!

Jawaban Gojo nyaris membuat jantungnya meledak bak disambar petir.

"Kasihan sih kalau dia harus membuat bekal imut seperti itu lagi. Effortnya banyak, harus bangun pagi-pagi sekali pula." Jawab Gojo santai.

Hati Megumi yang awalnya pundung menjadi hangat tatkala mendengar Gojo mengatakan bekal bento itu sebagai bekal yang imut. "De..demo ne , tapi, kalau orang itu ikhlas kan bukan masalah kakak." Ujar Megumi.

"Tidak. Itu masalah." Kata Gojo sembari melambaikan tangannya diatas kepalanya. "Masalahnya adalah aku nggak bakalan bisa membalas perasaannya. Lebih baik gadis itu segera ketemu denganku dan ku tolak baik-baik. Lalu gadis itu bisa membuat bekal imut itu untuk orang yang menyukainya dengan tulus pula." Jelas Gojo sembari mengayunkan tongkat Harry Potter imajiner ditangannya bak guru yang sedang memberi penjelasan pada muridnya.

*DEG DEG DEG!.*

Jantungnya berdetak kesakitan.

"Gadis itu gadis itu... Bagaimana jika itu laki laki, bodoh." Megumi dengan ketus bergumam, suaranya super pelan yang pernah ada. Namun, nampaknya Gojo memiliki telinga super tajam karena ia mampu menangkap dengan jelas gumanan rendah kohainya.

"Uhm, laki laki? Ya sama saja akan kutolak. Aku nggak bakalan pacaran dengan laki laki!." Kata Gojo serius.

"Kecuali jika itu laki laki yang aku suka " katanya dengan riang sembari menatap penuh kasih kearah Megumi. Sayangnya Megumi terus menunduk sendari tadi dan melewatkan tatapan kasih dari Gojo itu.

*Plok plok!* Suara tepuk tangan. "Ja, karena kita sudah sepakat, aku tolong bantuannya ya Meguminyan." Kata Gojo.

Megumi hanya bisa menggangguk pasrah lantaran tidak peduli seberapa keras ia menolak, senpainya itu akan memaksanya dengan cara apapun juga. Lagipula Megumi sudah mengenal senpainya selama hampir lebih dari 1 dekade penuh, itu hal yang lumrah.

Megumi mendapatkan kembali buku sekretariat OSIS miliknya yang disita Gojo. Segera Megumi melanjutkan tugas yang menunggu untuk diselesaikan. Sementara Gojo masih duduk manis didepannya, mengamati Megumi lekat-lekat.

"Ano sa Gumy, apa kau tidak penasaran dengan orang yang aku suka?." Tanya Gojo dengan penuh harap

"Zenzen. Sama sekali tidak, tidak ada gunanya bagiku juga." Ujar Megumi datar dengan pandangan kasih terpaku dengan bukunya. Tidak melihat bagaimana raut muka cemberut dan kecewa dengan cepat menguasai wajah tampan senpai didepannya.

Gojo kehilangan topik pembicaraan. Ia bergerak tak nyaman, mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, mencari sesuatu yang dapat dijadikan topik bicara selanjutnya. Pandangannya jatuh pada kotak bekal bento yang anehnya cukup familiar. Setidaknya ia pernah melihatnya sekali, atau bentuk yang sama sebelumnya entah dimana. Namun segera mengabaikannya.

"Gumy bear, kau sudah makan? Mau makan bersama?." Ajak Gojo sembari mengeluarkan bekal bentonya sendiri--pemberian Anonim-san--di tas kecilnya.

Megumi mendongak kearah Gojo, menatap lekat lekat sembari menimbang-nimbang keputusan. "Doko? Dimana?." Tanyanya.

Gojo menyeringai lebar. "Rooftop." Katanya dengan penuh semangat.

Megumi mengalihkan pandangannya dari wajah tampan Gojo ke bukunya lagi. Terlalu malu dirinya karena terpesona oleh ketampanan seorang Gojo Satoru. Tepat saat ia hendak menjawab ajakan Gojo, kehadiran seseorang yang nyaris mengganggu tiba tiba-tiba datang.

"Yo, Gojo senpai. Maaf membuatmu menunggu lama. Ayo kita pergi makan bersama sekarang." Yuuji entah dari mana tiba tiba datang dan nimbrung ke percakapan Gojo dan Megumi.

Gojo memberikan atensi penuhnya pada kedatangan Yuuji lalu bercakap-cakap dengan begitu akrab. "Jangan dipikirkan Yuuji-kun, aku punya cukup kegiatan untuk mengisi waktu kok." Kata Gojo dengan riang.

"Jadi dia kesini menghampiriku hanya untuk mengisi waktu menunggu Itadori. Ugh, itai, sakit." Pikir Megumi dalam hati, diam-diam ia membenahi semua buku dan bekal bentonya, mencoba beranjak dari ruangan.

"Ah, Megumi sudah selesai? Ja, ayo kita pergi makan bersama." Ajak Gojo dengan riang sembari merangkul bahu Yuuji dengan begitu akrab. Membuat Megumi semakin sakit melihatnya.

"Gomen, maaf, aku berubah pikiran, kalian makan berdua saja. Aku masih punya tugas yang harus diselesaikan. Aku akan pergi ke ruang OSIS. Bye bye." Kata megumi dengan lembut. Tanpa mempedulikan ataupun menunggu balasan dari dua insan didepannya, Megumi segera beranjak dari perpustakaan dengan tergesa-gesa. Mencoba melarikan diri dari ruangan yang anehnya terasa begitu sesak semenjak kehadiran Gojo dan Yuuji didalamnya.

Surai runcing itu menyusuri lorong dan bersembunyi di tikungan, entah apa yang membuatnya melakukan itu. Namun, begitu ia menolehkan kepalanya kebelakang, yang dia dapati adalah sahabat baik sekaligus kakak laki-lakinya yang paling dipercaya, dengan begitu ringan merangkul bahu Yuuji. Berjalan beriringan dengan ringan dan akrab bak sepasang kekasih yang saling mengasihi.

Megumi menggigit bibirnya hingga berdarah. Memalingkan muka dari gambar paling menyakitkan dari sekian banyak gambar menyakitkan yang dilihatnya, dialaminya. Megumi mendekap erat buku dan bekal bento di dadanya, berjalan tergesa gesa menyusuri lorong. Mencari kelegaan dari ketegangan kawat yang memilih perutnya, bak kail pancing ikan dan dialah ikannya. Menggelepar kekurangan air dan oksigen di tanah yang becek, menunggu kehabisan nafas dan mati.

Tujuannya adalah taman belakang sekolah. Tempat dimana ia melihat sesosok surai karamel lembut yang pasti akan senantiasa membantunya. Menenangkan kegundahan hatinya.

"Ara... Nobara..."
.
.
.
.
TBC~>>>>>>💙💚

Vote dan komen onegaisimasu (⁠っ⁠.⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)⁠っ

Continue Reading

You'll Also Like

623K 78.3K 51
He was her past, her present, and her future. And he's gone... Kehilangan tunangan yang juga kekasihnya sejak bangku SMA, Kaniss memutuskan untuk pin...
3K 248 7
awalnya sukuna hanya penasaran saja, tapi tunggu, mereka berdua- intinya... jangan baca kalo masih suci!
2.3K 230 10
[END] Hanya mempokuskan ke chara Yamada Ichiro dengan kehidupannya. °•°•°•°•°•°•°•°• ๑◌⑅⃝●⋆◌๑ °•°•°•°•°•°•°•°• Sebagian dari kisah ini menceritakan...
718K 34.3K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...