Hidden Couple

By ssaellya

3.6K 1.7K 250

Yang orang lain tahu, Noa dan Esha adalah musuh bebuyutan. Atau kalau kata Lizard boy, mereka adalah dua boci... More

Introducing
000 || P R O L O G
000 || Lizard Boy
001 || Musuh Bebuyutan
002 || Perusuh Kelas
003 || Introgasi
004 || Kangen
005 || Terciduk
006 || Cemburu
007 || Vespa Biru Legend
008 || Dapat Rezeki
009 || Agan Ngambek
010 || Membujuk Agan
011 || Kecup
012 || Perhatian Kecil
013 || Bukti Kedua
014 || Telur Gulung
015 || Cooking Date
016 || Panik
017 || Akhirnya Terjawab
018 || Bazar dan Luka
019 || Tentangnya
020 || Merawat Noa
021 || Terciduk Part 2
022 || Jawaban
023 || Marah
024 || Berakhir
025 || Kembali
027 || Ungkapan Rasa Sayang

026 || Meminta Izin

104 23 0
By ssaellya

“Loh, Ibu sama Ayah kok gak bilang mau ke sini?”

Noa menghentikan tangannya yang akan memasukkan satu suap nasi ke dalam mulutnya. Beralih menatap Esha yang duduk di depannya dengan ponsel berada di samping telinganya.

Mendengar pertanyaan Esha, Noa yakin bahwa kedua orang tua gadisnya akan berkunjung hari ini. Noa menarik senyum simpul merasa ini adalah kesempatannya untuk meminta izin mengajak Esha ke Jepang bersamanya, padahal tadinya ia akan mengantar Esha pulang minggu depan sekaligus meminta izin.

“Ini kan Ibu bilang. Udah deh, kamu tunggu aja di apartemen jangan ke mana-mana. Ibu sama Ayah mau angkut dulu mas kamu.” 

Suara Ibu Esha terdengar di telinga Noa. Esha memang menambah volume agar Noa juga mendengarnya.

“Kenapa gak bilang dulu sih, tau gitu gue gak usah masak biar Ibu aja yang masak.” Cetus Esha kesal karena Ibunya yang memberi kabar dadakan.

Noa menggelengkan kepalanya, ia sudah biasa mendengar Esha mendumel seperti itu. Apalagi jika seperti ini. Esha memang tidak akan memasak apa bila keluarganya datang, katanya sih agar Ibunya memasak jadi ia bisa mencicipi masakan Ibunya yang sudah sejak lama ia rindukan.

“Kali-kali lo masak. Kasihan Ibu lo, datang ke sini malah lo suruh masak. Gak sopan itu.” Tegur Noa.

“Bukan gitu, gue kan mau lagi cicip rasa masakan Ibu.”

“Iya yaudah lah, nanti kalau Ibu lo mau pasti masak juga. Apalagi kalau lo yang minta.” Balas Noa lagi. Noa rasa Esha juga tak perlu bersedih karena Ibu Rosa, Ibunya Esha pasti akan menuruti permintaan putri bungsunya.

“Lanjutin sarapannya, gak usah nunggu keluarga lo. Mereka udah pasti sarapan dulu dari rumah.”

Esha tidak menjawab, ia langsung menyuapkan sesendok nasi dengan lauk kentang balado ke dalam mulutnya. Masih kesal karena keluarganya tidak memberi kabar lebih awal.

Selesai sarapan, Esha memilih untuk mandi dan membiarkan Noa sendirian di sofa bersama dengan laptop yang terbuka. Ada tugas presentasi yang belum diselesaikan, berhubung ia satu kelompok lagi dengan Esha. Noa jadi harus menyelesaikannya, karena di antara yang lain hanya Noa saja yang belum bekerja.

Kelompoknya memang di pilih secara acak, dan entah keberuntungan atau memang takdir, Noa dan Esha satu kelompok bersama dengan Anna, Bayu. Kemarin mereka melakukan kerja kelompok di rumah Bayu setelah pulang sekolah. Itu permintaan Anna dan Esha, katanya rumah Bayu dekat dengan sekolah dan juga mereka ingin tugas presentasinya segera selesai.

Suara bel berbunyi membuat jemari panjang Noa yang sedang mengetik banyak kalimat di laptop terhenti. Ia melirik kamar Esha, masih tertutup rapat, mungkin Esha masih mandi. Jadi, Noa memutuskan untuk langsung membuka pintu apartemen Esha, karena ia yakin yang di luar sana adalah keluarga Esha.

“Loh, kok kamu yang buka, Noa?” tanya Rosa setelah menyambut uluran tangan Noa yang baru saja mencium tangannya.

“Masih pagi, udah di apartemen Esha aja, lo.” Tambah Ezra, Kakak laki-laki Esha yang kelakuannya sebelas dua belas dengan Noa.

“Noa tadi habis sarapan sama Esha, terus sekalian mau beresin tugas juga.” Jelas Noa agar keluarga Esha tidak salah paham padanya.

“Lalu, Eshanya ke mana sekarang?” pria paruh baya dengan sorot wajah yang tegas itu membuka suara menanyakan keberadaan putri bungsunya.

“Esha tadi lagi mandi, Om.” Balas Noa seraya tersenyum ramah. Lalu ia menyingkir membiarkan keluarga Esha masuk ke dalam apartemen.

Dan untungnya setelah anggota keluarga Esha duduk, gadis yang di cari-cari keluarga itu keluar dari kamar dengan rambut yang masih setengah basah bagian atasnya.

“Kok udah sampe? Esha kira bakalan lama, soalnya kan Mas Ezra kebo.”

“Sembarangan kamu. Mas gak kebo, cuma sedikit susah di bangunin aja.” Bantah Ezra tidak terima di ejek kebo.

“Itu sama aja, Mas.” Balas Esha memutar bola matanya malas, ia beralih melirik Noa yang memilih duduk di bawah memangku laptop.

“Udah-udah. Kalian ini kalau ketemu suka ribut terus, heran Ibu. Sesekali anteng kayak Noa, gak bisa kayaknya ya?” Rosa menatap jengkel kedua anaknya yang masih bertukar pandang saling menyorotkan kekesalan.

“Anteng apanya. Dia tiap hari suka rusuh, Bu. Pencitraan aja itu,” cibir Esha menatap jengah Noa yang juga sedang meliriknya, dari tatapan itu Esha tahu Noa kesal mendengar ucapannya.

“Diem salah, gak diem apa lagi.” Cetus Noa, ia sudah biasa di perlakukan seperti itu oleh Esha. Gadisnya itu memang senang sekali membuat citranya buruk di depan orang tuanya.

“Lagian laga banget anteng begitu, biasanya juga udah satu kubu sama Mas Ezra.”

“Kan lagi kerjain tugas, Sha. Kenapa sih, sewot amat?!”

“Anak Ibu tuh, hobi kok ngajak ribut orang.” Esha langsung menoleh kepada Ezra.

“Gak sadar diri,” balas Esha tak ingin kalah.

“Udah astagfirullah. Telinga Ibu panas denger kalian ribut terus . Nih, mending makan tuh kesukaan kalian bertiga.” Rosa kembali membuka suara, ia merebut satu plastik besar berisi bolu susu dari tangan suaminya.

Esha langsung membawa satu kotak ke dalam peluknya, takut jatahnya malah di ambil Ezra atau Noa seperti dulu. Sisa satu kotak, dan Noa segera meraihnya. Sebenarnya merasa tak enak karena Ibunya Esha selalu tak lupa membelikan untuknya juga. Tapi kalau menolak, Ibunya Esha malah akan marah. Sudah di bilang kan, Noa sudah dekat dengan keluarga Esha bahkan sebelum hubungan mereka terjalin.

“Makasih, Bu. Noa jadi gak enak ngerepotin terus.”

“Kamu ini gak perlu merasa gak enak. Noa juga anak Ibu sekarang.” Dengan suara yang lembut Rosa membalasnya.

Beliau memang sudah menganggap Noa sebagai anaknya, setelah mendengar Esha bercerita perihal keluarga Noa yang ada di Jepang. Rosa prihatin maka setelah meminta izin kepada suaminya ia menganggap Noa sebagai anaknya, dulu ia tak pernah menyangka bahwa Noa dan Esha akan berakhir menjalin hubungan.

Karena ia dan suaminya sudah tahu sepak terjang hubungan Esha dan Noa yang terbilang cukup bising karena isinya selalu saja keributan.

“Tangan kamu kenapa, Noa?” tanya Johan setelah cukup lama diam memperhatikan tingkah istri dan anak-anaknya, tentu Noa juga.

Noa menghentikan kegiatannya, lalu melirik tangannya yang belum berbalut perban. “Oh, ini? Noa jatuh dari motor, Om.”

Setelahnya Noa melirik Esha. Sadar akan lirikan Noa, Esha langsung berjalan ke depan Noa mengambil kotak p3k yang tersimpan di lemari bawah televisi. Esha lupa membersihkan luka Noa tadi. Maka ia akan membersihkannya sekarang. Luka Noa masih cukup basah, jadi masih perlu di perban. Esha juga membersihkan goresan-goresan di kaki panjang Noa. Kebetulan Noa sedang mengenakan celana pendek hari ini, jadi itu memudahkan kegiatan Esha.

Rosa dan Johan tersenyum tipis melihatnya. Putri bungsunya itu sudah dewasa sekarang, bisa merawat kekasihnya sendiri dengan telaten. Satu lagi Rosa dan Johan percaya bahwa Noa memang anak baik maka mereka tidak banyak protes kala mengetahui putri bungsunya menjalin hubungan dengan Noa.

“Lain kali hati-hati kalau bawa motor. Jangan ngebut-ngebut, apa lagi sampe jatuh.” Pesan Johan setelah mencomot satu potong bolu susu yang Esha tinggalkan begitu saja di atas meja.

“Esha juga suka ingetin dia. Emang dasarnya aja bandel, suka gak dengerin Esha.”

Noa melirik Esha sinis. “Lo kayaknya seneng banget ya jelek-jelekkan gue. Mana ada gue ngeyel, gue selalu nurut.”

“Pencitraan terus!” Ejek Esha mendorong pelan tubuh Noa.

“Terserah lo deh. Kayaknya gue emang selalu salah di mata lo!” balas Noa sekenanya, ia memang tidak akan pernah bisa menang melawan Esha.

Esha mencibir, gadis itu masih mengejek Noa dengan suara pelan. Noa mendengarnya tapi ia membiarkannya.

“Oh, iya. Om, Noa boleh ajak Esha ke Jepang gak libur semester nanti?” tanya Noa setelah ingat dengan izin yang akan ia minta kepada Ayah Esha.

Semua orang di sana terdiam, apa lagi Rosa. Wanita paruh baya itu menatap Noa dengan tatapan yang lembut layaknya seorang Ibu kepada anaknya. Sejak dulu Rosa selalu senang dengan kehadiran Noa di antara keluarganya, selain karena Noa kekasih putri bungsunya. Ia juga sudah menganggap Noa sebagai anaknya.

“Lo mau ke Jepang? Ngapain?” tanya Ezra. Bukan hanya Esha dan teman-temannya yang tahu cerita menyedihkan Noa, keluarga Esha juga tahu, termasuk Ezra. Dan sama seperti yang lain, Ezra tak senang mendengarnya. Dekat dengan Noa sudah membuat kasih sayangnya sebagai seorang Kakak laki-laki tumbuh. Ezra bahkan marah saat pertama kali mendengar cerita Esha perihal keluarga Noa. Begitu pun Ayah dan Ibunya, mereka juga marah sekaligus tak menyangka karena baru mengetahui bahwa ada keluarga seperti itu.

“Iya, kenapa kamu kembali ke sana?” tanya Rosa juga.

“Adik Noa kritis, terus Papa minta buat pulang ke sana. Sebenarnya Noa di suruh pindah juga, tapi Noa gak mau. Terus kata Esha, Noa boleh ketemu Nauni, habis itu pulang dan gak tinggal di sana lagi.”

Rosa mengangguk paham. Ia tahu tentang Nauni, adik perempuan Noa. Gadis yang harus rela kehilangan fungsi kakinya sejak kecil karena kecelakaan.

“Yakin kamu ajak Esha?” tanya Johan.

Noa mengangguk. “Noa minta temenin, boleh gak? Dua minggu aja, Om. Noa janji bakal jagain Esha kok.”

“Bukan gitu. Kamu yakin ngajak anak om yang nyebelin itu, yang sukanya ngajak ribut itu.” Johan sengaja mengatakan itu, selain untuk menjahili putrinya ia juga ingin mencairkan suasana yang tiba-tiba saja terasa sangat serius.

“AYAH!!” Esha berteriak tak terima mendengar Ayahnya berbicara seperti itu.

Semua orang tertawa kecuali Esha yang mulai memajukan bibirnya kesal karena di tertawakan. “Nyebelin,” gumamnya pelan.

Johan mengangguk setelah cukup tertawa. “Boleh, asal kalian jaga diri. Dan ingat jangan macam-macam,” pesannya penuh peringatan kepada Noa. Jaga-jaga karena meskipun ia sudah menaruh percaya kepada Noa dan yakin bahwa Noa tidak akan macam-macam kepada anak gadisnya. Tidak menutup kemungkinan bukan bahwa Noa khilaf nantinya, bagaimana pun Noa seorang laki-laki.

Noa mengangkat tangannya seperti orang yang hormat seraya tersenyum. “Siap, Om. Makasih udah kasih izin.”

“Udah kamu bilang makasih terus, mending makan tuh bolu susu. Takut malah di serobot anak gadis Ibu.” Tunjuk Rosa ke sekotak bolu susu di depan laptop Noa, meminta agar segera memakannya.

Sementara Esha dia masih tidak sadar bahwa jatah bolu susu miliknya sudah raib karena Ayah Ibu dan Kakaknya. Ketika mendengar ucapan Ibunya barulah Esha ingat dengan bolu susu miliknya. Baru saja ia angkat kotak bolu susu itu terasa ringan, cepat-cepat Esha membukanya karena curiga. Dan kosong, satu kotak bolu susu miliknya telah hilang semua dari tempatnya.

“Loh, kok punya Esha udah kosong?” tanya Esha seraya berdiri memperhatikan satu persatu anggota keluarganya. Netranya berubah tajam kala melihat satu potongan terakhir masuk ke dalam mulut Ezra.

“MAS EZRA!!” teriaknya kesal. Dengan langkah cepat Esha menghampiri Ezra dan melayangkan pukulan di tubuh Kakaknya itu tanpa ampun. Berulang kali, tidak peduli dengan Ezra yang sudah merintih kesakitan.

“Aw, dek. Ya ampun, bukan Mas doang yang makan. Ayah Ibu juga, ampun argh!!” Ezra meringis berusaha menangkis semua pukulan adiknya. Sayangnya tidak bisa, Ezra lupa dengan satu fakta bahwa adiknya itu adalah salah satu anggota ekstrakurikuler taekwondo.

🌻🌻🌻

Halo, guys.
Kaget gak aku update bukan dari jadwalnya :((

Jadi gini guys, aku satu minggu kemarin kena writer block, alias aku gak tau lagi mau nulis apa, jadiii kalau chapter ini kurang nyambung maaf yaaa.

Nanti aku usahain buat update sesuai jadwal lagi, dan semoga aku gak kena writer block lagi.

Dah yaa, thank you sudah berkenan membaca ceritaku, jangan lupa untuk mengetuk tombol bintangnya. See you next chapter guys!!

Salam dari aku pacar Lee Heeseung

Sa

Continue Reading

You'll Also Like

865K 61.9K 35
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 226K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
3.9M 308K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.8M 279K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...