แด˜แด‡แด›ส€ษชแด‹แดส€ {แด‡ษดแด…}

By _Chiraochi85

1.4K 126 22

Aroma feromon milik Arkhan seperti bau tanah kering yang bercampur dengan tetesan air hujan aromanya dapat me... More

แด˜ส€แดสŸแดษข
1. Petrikor
2. Petrikor
3. Petrikor
4. Petrikor
5. Petrikor
6. Petrikor
7. Petrikor
8. Petrikor
10. Petrikor
11. Petrikor
12. Petrikor
13. Petrikor
14. Petrikor
15. Petrikor
16. Petrikor
17. Petrikor
18. Petrikor
19. Petrikor
20. Petrikor
21. Petrikor
22. Petrikor
23. Last Chapter
24. Bonus Chapter

9. Petrikor

29 5 4
By _Chiraochi85

Arkhan berumur lima tahun ketika dia memulai karirnya, membuatnya menjadi aktor yang paling muda di antara yang lain namanya melejit naik selain karena bakatnya, juga karena wajahnya yang sangat tampan untuk anak seusianya.

Bahkan saat itu Papihnya sedikit menyesal karena telah membiarkan Arkhan menjadi seorang aktor akibatnya dia tidak bisa membebankan perusahaannya yang dirinya bangun sendiri kepada putra satu-satunya.

Namun dia tetap mendukung apapun yang Arkhan lakukan begitu juga dengan Istrinya yang selalu menemani Arkhan kemanapun dia pergi, nama Arkhan melejit naik bahkan sampai dia remaja mendapat banyak tawaran untuk menjadi wajah dari merek terkemuka.

Wajah Arkhan dengan mudahnya di temukan di manapun tapi dia juga sangat berhati-hati dalam mengambil proyek, membuat judul yang dia bintangi masih sedikit namun mampu memberi pengaruh besar dalam perjalanan karirnya.

Lima belas tahun Arkhan merasa bahagia, karena kebanyakan anak seusianya sedang sibuk belajar di sekolah tapi dia hanya perlu melakukan hal yang dirinya suka tanpa paksaan dan tanpa tuntutan dari pihak manapun termasuk kedua orangtuanya.

Hingga suatu hari kedua orang tuanya membawa seorang anak perempuan yang sangat manis dan cantik orang tua Arkhan memperkenalkan Reksa yang sejak saat itu resmi masuk ke dalam keluarga mereka.

Arkhan senang tentu saja karena kini dia tidak sendirian lagi Reksa sering membantunya mengerjakan banyak hal dan tidak jarang juga dia ikut menemani Arkhan jika Mamihnya sedang ikut dengan Papihnya.

Dan Reksa yang mendapat julukan sebagai sulung dari keluarga Alderick merasa bertanggung jawab untuk mengurus Arkhan sebagai adiknya meskipun gender keduanya adalah omega, gender yang puluhan tahun lalu di pandang rendah oleh banyak orang.

Sampai hari ini, hari dimana Arkhan mendapatkan skandal pertamanya dan itu bukan karena masalah keluarga apalagi masalah asmara tapi karena dia di tuduh sebagai alpha yang kerap membahayakan para omega.

"Shit" Umpat Reksa pelan begitu membaca sebuah judul artikel yang kini ada di barisan paling atas baru satu jam berita tersebut di rilis dan artikel itu kini telah menembus angka ratusan ribu vierws serta mendapat banyak ribuan komentar, sebagian besar menyalahkan Arkhan yang bahkan sama sekali tidak terlibat.

Reksa merasa dia harus bertanggung jawab atas itu semua kalau bukan karena ingin menolongnya, Arkhan pasti tidak akan gegabah dan mengubah wujudnya menjadi serigala di tengah kota dia menatap Arkhan yang sedang tertidur dengan pulas di sampingnya, Reksa menghela napasnya berat karena ketika Arkhan bangun nanti dirinya harus siap menghadapi masalah yang akan sulit untuk menemukan solusinya.

Dengan hati-hati Reksa turun dari kasur pergelangan kakinya masih terasa sakit hingga dia harus melangkah dengan pelan menuju ruangan kerjanya dirinya berniat menghubungi agensi sebelum masalahnya menjadi semakin menyebar dan sulit untuk dikendalikan.

Jefran adalah orang pertama yang Reksa hubungi.

"Halo Jef, kok bisa sampai gini sih?"

"Saya juga gak tau, saya sudah menghubungi reporter dan minta mereka buat ngehapus artikelnya tapi mereka nolak karena katanya informasi itu valid" Jelas Jefran dari telpon.

Reksa menghela napas gambar yang di ambil memang benar itu adalah poto Arkhan semalam tapi bisa-bisanya mereka menuduh Arkhan tanpa mencari tau yang sebenarnya.

"Seluruh karyawan di agensi juga lagi sibuk ngehapus semua komentar di sana, tapi gak nutup kemungkinan kalau komentar itu bakal muncul lagi"

"Atur jadwal rapat buat pagi ini, aku sama Arkhan bakal langsung kesana kalau dia bangun nanti" Perintah Reksa, Jefran menurut dan panggilan berakhir.

Netranya menatap ke arah layar laptopnya yang menampilkan artikel utama dengan nama Arkhan di sana, matahari bahkan masih bersembunyi tapi orang yang membaca berita palsu itu sudah ratusan ribu banyaknya, usaha agensi untuk menghapus komentar di sana juga terasa sia-sia.

"Aku gak mau" Ucap Arkhan membuat semua orang yang ada di ruangan rapat menatapnya tidak percaya.

Hampir seluruh karyawan yang hadir setuju agar Arkhan membuat klarifikasi di depan media berkata tentang apa yang sebenarnya terjadi semalam agar tuduhan yang ada di artikel itu terbantahkan.

Tapi Arkhan justru menolak dengan keras dan entah apa alasan di baliknya.

"Why?" Tanya Reksa yang duduk di kursi sebelah Arkhan dan Arkhan hanya mengangkat bahunya acuh enggan memberikan penjelasan.

"Arkhan, kamu tau gak sebesar apa namamu sekarang? Bukan cuma kamu, banyak hidup orang lain yang bergantung sama karir kamu" Ucap Reksa kesal dia muak dengan keangkuhan adik angkatnya.

Tapi Arkhan masih tidak peduli dan dia dengan santainya malah menyesap segelas moccacino latte yang ada di atas meja.

Jefran meminta karyawan lain untuk kembali ke ruangan mereka masing-masing membiarkan Reksa berbicara empat mata dengan Arkhan dia tau kalau kasus ini lumayan rumit karena tidak biasanya Arkhan sampai melawan ucapan Reksa.

"Jawab pertanyaan aku dengan jelas Arkhan, kenapa kamu gak mau kasih klarifikasi dan apa alasannya?" Tanya Reksa, nada suaranya bahkan terdengar keras dan bergema apalagi hanya ada mereka berdua di dalam ruangan tersebut.

"Males" Jawab Arkhan seadanya.

Sekuat tenaga Reksa mencoba menahan diri untuk tidak menampar wajah tampan Arkhan di depannya.

"Really?" Ucap Reksa dan sepertinya dia sudah benar-benar marah.

Lagi-lagi Arkhan mengangkat bahunya acuh "Lagian ngapain sih harus repot-repot buat klarifikasi? Kalau memang karirku berakhir di sini yaudah?"

"Raevano!" Kali ini Reksa berteriak dan dia yakin semua karyawan yang ada di luar dapat mendengar suaranya.

Arkhan menaruh moccacino latte yang ada di tangannya ke atas meja menoleh ke arah Reksa yang sejak tadi menatapnya dengan penuh amarah "Kenapa kak Reksa?" Tanyanya kemudian dengan nada paling menjengkelkan yang pernah Reksa dengar.

"Aku bakal atur jadwal klarifikasi kamu besok dan aku gak peduli kamu mau setuju atau enggak yang jelas aku sendiri yang bakal nyeret kamu kesana"

"Silahkan, tapi jangan harap aku akan datang"

Reksa menghela napasnya dengan kasar dia benar-benar harus ekstra sabar dalam menghadapi Arkhan "Kalau gitu setidaknya kasih alasan yang masuk akal" Ucap Reksa dengan nada yang lembut.

"Males, aku lebih setuju sama ide salah satu staff yang tadi, kasih aku libur dan biarkan masalahnya mereda sendiri lalu setelah itu baru aku akan ambil proyek baru"

"Masalahmu ini bukan masalah kecil Arkhan"

"Ya aku tau, tapi selama beritanya gak bener aku gak mau kasih klarifikasi"

Arkhan bangkit dari kursinya dan berjalan keluar dari ruangan tersebut tidak memperdulikan Reksa yang kini semakin di buat pusing olehnya.

"Kamu mau pulang atau tetep di sini? Aku masih ngantuk" Ucap Arkhan sebelum menutup pintunya menatap Reksa dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Minta antar Jefran saja sana, aku masih banyak urusan"

Arkhan mengangguk paham dia menghampiri Jefran yang menunggunya di luar ruangan dan meminta manajernya itu untuk mengantarnya pulang ke rumah.

Selama di perjalanan mereka berdua hanya diam mata Jefran terus melirik ke arah Arkhan yang fokus menatap ke luar jendela.

"I won't treat you like a kid, so tell me" Ucap Jefran membuat Arkhan sedikit terkejut karena dia hanya melamun sejak tadi.

"Reksa" Jawab Arkhan singkat.

"Why?"

"Dia bilang kalau kejadian semalam gak perlu di ingat lagi dan gw gak mungkin ngejadiin kejadian itu buat nutup kasus gw sendiri"

"Memangnya kamu pikir tindakan kamu saat ini sudah benar?"

"Entahlah, tapi gw gak mau nama Reksa ikut masuk dalam artikel jelek itu"

Jefran mengangguk paham dia kembali fokus dengan jalanan di depannya matahari pagi bahkan belum sepenuhnya terbit bahkan ketika mereka sampai di kediaman Arkhan, Jefran menghentikan kendaraannya di depan gerbang karena dia akan kembali lagi ke kantor agensi nantinya.

"Jangan kasih tau Reksa soal yang tadi dan tolong beliin plester nyeri di apotek terus kasih ke Reksa, kakinya masih sakit" Ucap Arkhan sebelum turun dari mobil, Jefran mengangguk dan dia juga tidak berniat membocorkan alasan Arkhan tadi, Jefran tau bahwa Reksa selalu ingin melindungi Arkhan dan Arkhan juga selalu ingin bertindak sama tapi dengan caranya sendiri.

Sejak hari pertama dia bekerja, Reksa sudah menjelaskan tentang sikap Arkhan yang kekanak-kanakan, padahal sikapnya hanya keluar saat Reksa memperlakukannya seperti anak kecil, padahal faktanya umur Arkhan hampir dua puluh tahun.

Jefran kembali lagi ke agensi dan dia tidak lupa membeli beberapa makanan dan barang titipan Arkhan tadi.

Suasana di depan kantor sangat ramai dia bahkan harus memarkirkan kendaraannya di gedung sebelah dan berjalan melewati pintu belakang, Jefran berjalan lurus menuju ruangan Reksa.

Dia meletakkan plastik yang berisi makanan di atas meja "Arkhan udah pulang" Ucapnya singkat.

Reksa mengangkat kepalanya menatap Jefran dengan mata lelahnya "Thanks Jef" Ucapnya kemudian.

"Makan, kita masih banyak perkerjaan yang harus di lakuin, kakimu masih sakit kan? Arkhan juga nitip sesuatu supaya rasa sakitnya berkurang"

Lagi-lagi Reksa mengangguk sementara Jefran berjalan kembali ke luar dia tidak ingin lama-lama berada di dalam ruangan yang sama dengan seorang omega yang dulu pernah memikat hatinya.

Tapi memangnya alpha mana yang tidak tertarik dengan Reksa? Meski tatapannya selalu terlihat dingin Reksa tetaplah seorang omega manis yang selalu menarik perhatian para alpha di sekitarnya, wajahnya yang cantik di tambah otaknya yang cemerlang, bahkan ada banyak puluhan orang yang Reksa tolak selama dia SMA, beruntung Jefran bukan termasuk salah satunya karena dia tau kalau Reksa sudah memiliki orang lain di hatinya.

Di lihat dari cara Reksa menjelaskan betapa bangganya dia memiliki Arkhan di hidupnya, cara Reksa tersenyum begitu melihat Arkhan di kursi penumpang ketika Mamihnya menjemputnya di depan gerbang sekolahnya, Jefran paham kalau hubungan mereka berdua bukan sebatas kakak dan adik angkat.

Maka perlahan dia mundur sebisa mungkin menghindari Reksa yang malah terus-terusan berada di sekitarnya usahanya juga sia-sia karena mendadak dia di tawarkan pekerjaan sebagai manajer Arkhan, bisa apa Jefran ketika melihat Reksa yang terus memohon hari itu, berkata bahwa dia tidak memiliki kandidat lain selain Jefran yang dapat dirinya percaya.

Reksa sudah pulang dan dia berjalan masuk ke dalam rumah dia menemukan Mamihnya Arkhan yang sedang duduk di sofa ruang tengah seperti sedang menunggu kedatangannya untuk meminta penjelasan soal kelanjutan kasus Arkhan, Reksa duduk tepat di sebelah Mamihnya memeluk tubuh omega yang telah bertahun-tahun mengisi peran Ibu di hidupnya.

"Arkhan makin susah buat diatur ya? Kamu mau Mamih marahin dia?" Tanyanya, Reksa menggeleng pelan.

"Arkhan pasti punya alasan sendiri, dia cuma belum mau kasih tau aku" Tolak Reksa.

Mamihnya Arkhan tersenyum mengusap lembut kepala Reksa "Dia gak mau keluar kamar sejak tadi, kalau kamu mau nemuin dia sekalian suruh dia makan"

"Aku mau pergi mandi dulu" Ucap Reksa setelah melepaskan pelukannya, Mamihnya Arkhan hanya mengangguk dan membiarkan omega itu berjalan menuju kamarnya.

Reksa menarik napasnya panjang dia sudah selesai mandi "Arkhan" Panggilnya dengan suara yang cukup keras dia hanya mendengar suara deheman dari sana, Reksa langsung membuka pintunya dan mendapati Arkhan yang sedang asik bermain game di ponselnya.

"Hebat ya kamu malah main game" Ucap Reksa.

"Kenapa? Memangnya aku gak boleh nikmatin waktu liburku"

Reksa langsung merebut ponsel di tangan Arkhan secara paksa, dua orang itu kini saling menatap penuh amarah "Berhenti bertingkah seperti anak kecil" Ucap Reksa dengan nada yang keras.

Dan Arkhan tertawa mendengar kalimat yang Reksa ucapkan "Anak kecil? Umurku udah sembilan belas tahun dan aku tau apa yang terbaik buat aku" Ucapnya dengan nada yang tidak kalah keras.

"Kamu baru sembilan belas tahun, masih banyak hal yang belum kamu tau"

"Apa? Hal apa yang belum aku tau?"

"Kamu gak tau! ada berapa banyak karyawan yang stress karena karirmu yang terancam berakhir Arkhan! seharusnya kamu sadar begitu kamu mutusin buat jadi public figure harusnya kamu tau kalau hidupmu bukan sepenuhnya jadi milik kamu sendiri semua orang di agensi lagi cari cara supaya karirmu bisa bertahan, dan kamu di sini malah sibuk main game tanpa mikirin orang lain di luar sana yang hidupnya bergantung di karirmu"

Napas Reksa terengah-engah begitu dia selesai bicara dia menatap Arkhan dengan tatapan buram karena air matanya yang tiba-tiba menggantung di sudut matanya Reksa berani sumpah dia tidak pernah ingin memarahi Arkhan tapi sikap Arkhan kali ini sudah keterlaluan.

"Oke kalau gitu biarin itu berakhir, biar hidupku gak lagi jadi milik orang lain dan sepenuhnya jadi milikku" Ucap Arkhan sebelum akhirnya pergi meninggalkan Reksa sendirian di kamarnya dan dia mulai menangis karena merasa bersalah sendiri.


Tobe Continue............

Ini Arkhan waktu umur 5 tahun

Continue Reading

You'll Also Like

7.5K 852 10
โš ๏ธโ— WARNING โ—โš ๏ธ cerita bromance / brothership โ›” gak suka, skip aja, gak usah baca Haechan x nct 127 . Tertanda Sayap Kiri . "Di ujung perjalanan kkn...
713K 73.3K 31
Tentang ia yang hanya bayangan di keluarga nya, tentang ia yang harus di paksa kuat oleh keadaan, dan tentang ia yang harus bisa tegar di saat semua...
394K 23.1K 35
"mungkin ini takdir, hidup bersama malvin" -Haikal Samudra "menjadikanmu sebagai pendamping hidup adalah keputusan yang tepat" -Malvin Abriandra kisa...
5.5K 957 11
ใ€Œ๐’๐š๐ค๐ฎ๐ซ๐š ๐ก๐š๐ซ๐ฎ๐ค๐š ๐ฑ ๐ซ๐ž๐š๐๐ž๐ซใ€ โŠฑ โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€ {.โ‹… โœฏ โ‹….} โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€ โŠฐ ๐—ฆ๐—ฎ๐—ธ๐˜‚๐—ฟ๐—ฎ: โ i could never choose to love another.โž ๐—ฌ๐—ผ๐˜‚: โ maybe one da...