LEESHIA

By itaaaaaja

1.4M 78.8K 6K

Cerita hidup Leeshia yang harus tinggal bersama kelima abang tiri yang baru saja ia kenal, Bunda yang pergi b... More

01. Dateng Ke Pernikahan Orangtua.
02. Pulang Kemana?
03. Sorry, Gua Ngerepotin Lo
04. Minta Pertolongan Konyol
05. Cih, Tebar Pesona Banget!
06. Pake, Tutupin Paha lo!
07. Ck, Sok Peduli Banget!
08. Gua Mau Jual Lo!
09. Kunci Kamar
10. Tim Medis Mana?!
11. Galaksi Kritis
12. Emosi Jarvis.
13. Perintahnya Adalah MUTLAK!
14. Labrak
15. Kantor Jarvis
16. Makan Malam.
17. Akal Bulus Bian.
18. Bullying
19. Damai Atau Di Tuntut
20. Lo Hanya Pendatang!!!
21. Malam Minggu.
22. Hangout
23. Perempuan Iblis
24. Lari
25. Kembali Bersama Hukuman
26. Rumah Sakit.
28. Membuka Diri...
29. Mimpi Jadi Nyata?
30. Hot Topic
31. Ada Udang Di balik Batu
32. Rumor
33. Gagal Jalan
34. Klarifikasi Di Depan Monster
35. Berantem 1
36. Barantem 2
37. Fitnah
38. Apa Keinginan Aria
39. Kalian Iblis
LEESHIA GRUP
40. Trauma LEESHIA
41. LEESHIA MENGHILANG?
42. Kembali?
43. Akan Leeshia kembali tertangkap?
44. Café Harmoni Alam
45. Gagal Berduaan
46. Warisan?
47. Niat Jahat
48. Darah???
49. Halusinasi
50. Di Jemput Dipta
51.
52. Abang
53. Kebersamaan Lei & Abang
54. Kepulangan Aria
55. Bicara Sebentar
56. Tertabrak?!
57. Leeshia Bangun???
58. Aria Minta Maaf

27. Gundukan tanah

27.3K 1.5K 48
By itaaaaaja

Dilarang meniru cerita ini!!!

Cerita ini hanya FIKSI Mohon maaf jika ada kesamaan Karakter dan Latar belakang.

¤¤¤

Tidak ada hari untuk Dipta tenang tanpa kehilangan Lei dari pandanganya. Seperti hari ini, jadwalnya Dipta pulang bersama Lei tapi ia sibuk mencari Lei yang sejak pelajar terakhir tidak terlihat. Sudah setengah jam ia mencoba menelfon Lei tapi sayangnya ponsel sang adik mati total.

Ia sudah memutari sekolah dan menanyakan satu persatu siswa/i yang berpapasan denganya, dengan pertanyaan serupa namun tetap saja semua jawaban sama yaitu 'tidak'.

Rasanya ingin menyerah tapi ia ingat dengan Galaksi, dengan cepat ia menghampiri kelas sang Kakak, namun yang ia dapatkan hanya kelas kosong tanpa penghuni. Jelas ini sudah 30menit setelah bel sekolah bunyi.

Dipta berlari menuju ruang osis sambil menelfon Lei dengan harapan ponsel adiknya sudah kembali aktif, lagi-lagi Dipta di kecewakan karna ruang osis yang terkunci berarti tidak ada siapapun di dalam sana.

"Dek, lo gak sengaja matiin hp kan," gumam Dipta.

Dipta mengotak atik ponselnya mencari kontak Jarvis kakak tertuanya. Tapi bukankah ini tandanya ia mempercepat dirinya untuk mendekat dengan ajal kematian?

Kemana ia harus mencari adiknya? Ia bahkan tidak tahu dimana biasanya Leeshia bermain.

Di titik putus asanya Dipta melihat ketiga temen adiknya, dengan cepat ia menghampiri gerombolan perempuan diseberangnya. Lena, Sera dan Selen yang di datangi Dipta membuat mereka bertanya tanya, ditambah dengan wajah putus asa Dipta.

"Kenapa lo?" Tanya Lena.

"Lei mana?" Alih alih menjawab pertanyaan Lena.

"Hah? Lo nanya gua?" Tanya Sera melihat kanan kiri untuk memastikan tapi benar tatapan Dipta jatuh padanya.

"Iya, lo yang ada di depan gua," ujar Dipta.

Seolah menjawab Sera menujuk kebeberapa teman yang sudah jalan mendahuluinya, yang kebetulan mereka baru saja mengerjakan tugas dari guru.

"Boda amat, gua nanya ke lo. Lo liat Lei?" Masa bodo sama orang lain ia hanya ingin bertanya pada orang di depanya.

"Nggak, kayanya terakhir pas istirahat." ucap Sera, Lena dan Selen yang penasaran ikut menghampiri mereka berdua.

"Kenapa, Ser?" Tanya Lena.

"Dia nyari Lei," tunjuk Sera.

"Dia gak bilang ke kalian mau kemana?"

Secara kompak mereka bertiga menggelekan kepala.

"Oke, kalo kalian tau Lei dimana tolong kabarin gua," ucap Dipta sebelum pergi meninggalkan ketiga teman adiknya.

"Tuh anak kerjaanya ngilang terus," ucap Selen setelah Dipta pergi.

"Dia cuma butuh ruang aja, El." Jawab Sera.

"Tapi gimana cara kita hubungin Dipta, kita aja gak punya kontaknya." Gumam Selen.

"Bener! Dipta," pekik Lena yang baru sadar.

"Gua follow ig dia, tenang aja" ucap Sera.

"Hah! Sejak kapan?" Ucap Selen dan Lena bersamaan.

"Smp," cicit Sera setelah itu berlari sebelum di serang kedua temannya.

Duduk di loby sekolah dengan wajah yang menunduk lesuh. Ia tak tau harus mencari Lei kemana lagi, apakah semua yang dibilang Galaksi benar? Kini semua ucapan buruk tentang Lei yang Galaksi selalu ucap terus berputar di kepalanya. Dia selalu dibuat khawatir oleh Lei, baru beberapa minggu lalu Jarvis marah besar pada Lei kini ia sudah menghilang lagi.

Dari kejauhan Galaksi mengamati sang adik, ada rasa iba tapi ia rasa percuma karna Dipta pasti akan terus membela Lei.

Setelah berfikir lama Galaksi memilih membuat ego nya untuk mendatangi Dipta yang masih setia dengan kepala yang taruh dilipatan tangannya.

"Kenapa lo?" Tanya Galaksi, walaupun sebenernya ia tau kenapa adiknya uring uringan seperti ini.

"..." tidak ada jawab dari lawan bicaranya.

"Sekarang lo percaya gua?" Tanya Galaksi.

"Bang, gua percaya Lei gak seburuk itu. Tapi omongan lo ada benarnya juga, gua bingung..." lirih Dipta mengangkat kepalanya menatap Galaksi dalam.

"Kenapa lo sepeduli itu sama dia? Bahkan kita gak ada hubungan darah,"

"Apa harus sedarah untuk peduli sama keluarga sendiri?" Tegas Dipta.

"Gua males ngomong sama lo kaya gini Dip, jelas dia bahkan bukan--" Ujar Galaksi yang ikut terpancing emosi.

"Bang, kita udah janji untuk gak bahas ini ya!" Pekik Dipta.

"Dipta! Kayanya kita tau Lei dimana," pekik Selen membuat mereka tersadar.

"Dimana?," tanya Dipta dengan cepat.

Di depan gundukan tanah, seorang gadis yang tak pernah bisa manahan tangisnya jika sudah sampai sini. Manatap nama yang tertera membuatnya kembali rindu setengah mati. Seorang yang menjadi nomer satu dihatinya, sampai ia mati pun nama itu masih ada dibayangan nya.

Juan Fortuna, sosok yang selalu menjadi penutan Lei. Tidak akan pernah ada yang bisa menggantikan sosok itu, Lei telah banyak kehilangan arah dalam hidupnya setelah sang Papah pergi meninggalkannya.

Menatap sendu gundukan tanah di depannya, tidak pernah ada dibayangan Leeshia jika masa mudanya akan di habiskan untuk mendatangi tempat sepi dan dingin ini. Ia rindu sosok Ayah dalam dirinya, walaupun Om Jarvas bisa menggantikan Juano.

Sudah satu jam Lei duduk di sini, tangisnya selalu lebih dominan membuatnya sulit untuk bercerita pada sang Ayah.

"Pah..." baru saja memanggil tangisan Lei kembali pecah, ia benar benar rapuh.

Mengusap air mata yang membasahi pipinya dan mencoba mulai berbicara. "Pah, susah untuk Lei tahan air mata di depan Papah. Kenapa dari dulu Lei selalu cengeng di depan Papah, tapi Lei selalu inget kata Papah untuk lepas aja semuanya, Papah siap dengerin Lei." Ucap Lei berulang kali menghapus air mata yang jatuh.

"Papah dulu bilang gak boleh ngeluh cape, Lei harus terus bersyukur. Tapi untuk hari ini izinin Lei ngeluh cape ya, Pah?" Lirih Lei sambil menaburkan bunga yang ia beli satu jam lalu.

"Kalo Lei ngeluh cape sama hidup Lei, Papah gak akan marahkan? Bukan Lei gak bersyukur masih di kasih kesempatan hidup untuk kedua kalinya sama, Tuhan. Tapi Lei rasa lebih sakit setelah kejadian hari itu. Apalagi waktu tahu Papah ninggalin Lei untuk selama lamanya. Kenapa bukan Lei aja yang pergi? Kenapa Papah ninggalin Lei."

"Jiwa Lei lelah, Pah," gumam Lei.

"Pah, Lei tau kok. Bunda selalu menyibuk-kan diri untuk menghindari Lei. Maafin Lei Pah, karna sudah buat kalian pisah. Setelah kepergian Papah, Bunda selalu menyibuk-kan diri di kantor bahkan pulang satu minggu sekali hanya untuk menukar baju kotornya. Tapi sekarang Bunda udah dapet sosok kaya Papah, jadi Lei gak khawatir Bunda di luar." Ucap Lei dengan tangan yang sibuk menyabutkan rumput kering di kuburan Juan.

"Lei punya lima abang! Seneng banget akhirnya Lei punya saudara, walaupun bukan kandung. Makasih ya pah, udah ngirimin lima manusia yang semoga aja bisa jaga Lei, walaupun mereka galak." Tukas Lei sambil mengingat apa saja yang telah abangnya lalukan padanya.

"Papah lihat tangan Lei? Ini karna Bang Jarvis... tapi Lei tau abang ngelakuin ini karna Lei udah nakal. Pah, Lei denger percakapan Om Jarvas sama Bang Jarvis waktu mereka mengantar Lei periksa tangan ini. Om Jarvas nanya ke abang "suka tidak hadirnya Lei di rumah mereka?" Tapi Lei gak denger jawaban apapun dari dari luar."

Ada sedikit rasa bangga dihati Lei pada seluruh abangnya karna berhasil menjaga Lei yang tidak tau aturan ini, abangnya yang selalu merelakan meeting penting demi menangkap Lei.

"Maaf ya Pah, Lei jadi banggain mereka di depan Papah."

"Papah tau gak? semua masih terus nyalahin Lei atas kejadian hari itu... Kalau saja Doraemon jadi temen Lei pasti aku udah pinjam mesin waktu untuk menolak ajakan Papah keluar hari itu. Tapi sayangnya Doraemon cuma fiksi..." kata Lei diakhir dengan sendu mengingat semua yang telah terjadi, sangat menyeramkan.

"Kalau Papah ada waktu tolong dateng ke mimpi Lei, karna Papah gak pernah dateng, Lei perlahan lupa suara dan wangi Papah. Padahal ini baru tahun ketiga Papah pergi..." ucap Lei dengan sendu.

"Papah bisa bilangin ke Bunda gak, supaya luangin waktu untuk Lei. Aku kangen jalan berdua sama Bunda. Perasaan Papah yang pergi kenapa Lei ikut kehilangan sosok ibu. Bunda gak pernah datang ke sini lagi, maafin Bunda ya. Pah... berkat Papah ninggalin perusahaan Bunda jadi semakin sibuk tapi makasih karna itu bisa bantu kehidupan kita selama dua tahun dan itu yang buat Bunda ketemu Om Jarvas hehehe..."

"Papah gak nyesel kan udah ninggalin perusahaan yang buat Bunda dan Om Jarvas ketemu bahkan mereka sudah nikah sekarang." Tukas Lei terdengar seperti nada mengejek.

Lei milihat sekitarnya dengan pemandangan matahari yang hampir tenggelam, rasanya hatinya tenang sekali... sedikit harapan semoga Papahnya duduk bersamanya dan mendengarkan seluruh ocehan dari mulut kecil putrinya

"Lei tau kalo Papah di sini pasti Papah akan marah karna Lei yang kelewatan batas dalam pergaulan, kalo aja Papah masih ada pasti Papah udah omelin Lei dan motong uang jajan Lei. Tapi cuma mereka yang berhasil buat Lei tetap waras, Lei gak punya rumah selain mereka tapi temen-temen Lei baik kok, Pah." Ucap Lei sambil menujukan beberapa foto bersama teman temannya.

"Semenjak Papah pergi, Bian jagain Lei layaknya adik dia sendiri... ternyata kata Papah bener, kalau dia anak baik."

Dulu ketika Bian datang berkunjung menumui Juano, seketika pandangan Juano pada Bian berubah. Juano dapet menyimpulkan jika Bian adalah anak baik karna berani mendatanginya ketika seluruh teman teman Lei takut padanya.

Bian selalu menarik perhatian Juano, tidak ada henti-hentinya pria paruh baya itu menayakan Bian pada Lei. Padahal saat itu mereka masih kanak-kanak dan Bian hanya teman dekat Lei.

Lamunanya buyar katika seseorang memanggilnya. "Leeshia!" Suara teriakan jauh dari belakangnya.

Mencari sumber suara dan mendapati ketiga temannya bersama Galaksi dan Dipta, mereka masih menggunakan baju seragam sama seperti dirinya.

Menghapus air mata yang membasahi pipinya, namun dia sudah menangis lebih dari satu jam tanpa berhenti tidak menutup kemungkinan jika matanya sembab.

Menatap dari jauh ketiga temannya datang dengan senyum membuat Lei ikut tersenyum, ini lah yang membuat mereka berteman lama.

"Kebiasaan! Kalo pergi itu izin bisa gak?" Peringatan Lena sambil menjitak kepala Lei pelan.

Lei memeluk ketiga sahabatnya erat. "Makasih," cicit Lei.

"Kalian bisa sampai sini gimana?" Tanya Lei dengan wajah bingung.

"Tuh, kak Galaksi," ucap Selen menujuk Galaksi yang berada di belakang Dipta.

"Sore Om Juan." sapa Galaksi yang sudah berjongkok di depan makam membuat semua yang di sana terkejut.

"Hai, Om aku Dipta," sambung Dipta, menambah rasa bingung dalam hati Lei.

Tapi tidak bisa berbohong, mutulnya melengkung membentuk senyuman hangat. Tak pernah disangka jika kedua abangnya akan menyapa ayah Lei.

"Om tolong kasih tau Lei, biar dengerin abangnya dan gak ngeyel terus. Kalo sama Om pasti dia langsung dengerin, kaya sekarang dia pergi tanpa izin ke saya atau ke abang... anaknya rada bandel ya Om," ucap Dipta sambil melirik kearah Galaksi ketika ingin menyebut abangnya.

"Tolong kasih tau lewat mimpi Om," ujar Galaksi membuat Lei semakin terkejut, tidak pernah ada dibayangan Lei abang nya akan datang menemui sang ayah.

Ketika sedang serius tiba tiba sana ponsel Dipta berbunyi membuat semua perhatian tertuju pada Dipta. Dilayar menampilkan nama Jarvis Kakak tertuanya.

"Hallo?"

"Leeshia sudah ketemu?"

Semua orang terkejut ketika mendengar Jarvis bertanya seperti itu. "Luh bilang abang?" Bisik Galaksi.

Dipta menganggukan kepala sebagai jawaban.

"Tolol!" Pekik Galaksi dengan pelan.

"Sudah," ujar Dipta ragu ragu.

"Bagus, sekarang kalian pulang sudah jam berapa ini." Ucap Jarvis terdengar perintah dari nada bicaranya.

Begitu panggilan Dipta mati kini ponsel milik Lena yang berbunyi, membuat mereka saling pandang.

"Papah gua," ucap Lena sambil menunjukan ponselnya.

"Bokap gua nunggu di parkiran kayanya gua harus duluan," ucap Lena.

"Bareng, kita bareng lo!" Ucap Sera, ia tak ingin ikut campir urusan keluarga Lei.

"Baiklah, kita pulang duluan semua." Ucap Selen pamit pada tiga saudara.

Kini hanya tersisa mereka bertiga, tidak ada percakapan... hanya hembusan angin lah yang terus menyapa mereka. Dipta mau Galaksi tidak ada yang ingin memulai pembicaraan, Lei pun ikut kikkuk canggung.

"Pah, Lei sama abang pamit yah... kalo Papah ada waktu tolong datang ke mimpi Lei," lirih Lei segera bangkit.

"Om, pamit ya. Maaf Dipta gak bawa apa apa. Next time janji kalau kesini lagi pasti bawa kok Om," ucap Dipta dan pergi meninggalkan Lei yang masih tidak rela meninggalkan tempat ini.

Dipta yang perlahan berjalan semakin jauh dan Galaksi yang berdiri tak jauh dari Lei menunggu sang adik beranjak dari tempatnya.

"Pah, lain waktu jemput Lei ya..." cicit Lei dan berlari menghampiri Galaksi.

Walaupun Lei bicara pelan Galaksi samar samar mendengar apa yang Lei ucapkan.

Udah lama gak nulis  sebanyak ini terakhir kayanya tahun 2020 waktu nulis Rista ternyata 2000 kata langsung bisa bikin ngebul nih otak, kalau kalian yang baca bosen gak sebanyak ini?

THANKYOU TELAH MEMBACA LEESHIA
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN SEBAGAI TANDA SUPPORT KALIAN PADA CERITA INI.

Tbc

PENULISAN
25 Des 2022

PUBLIKASI
Rabu, 8 Nov 2023

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 43.3K 46
Bahagia? Aku ingin mengalaminya Tertawa? Aku ingin merasakannya Keluarga? Aku ingin memilikinya Namun, ku rasa aku tidak beruntung. Semua itu belum h...
1.5M 68.1K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
185K 9.9K 44
"Lo bukan Ria yang gue kenal lagi. Kecemburuan lo buat gue benci dan muak liat muka lo." Renindro Hidayah. "Gue benci banget sama lo! Gara-gara lo, W...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5M 284K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...