Memories [ Zalesing ]

By RennMCS_

15.9K 1.6K 184

Memori artinya kenangan. Sesuatu yang akan membekas dalam ingatan, sebuah cerita yang selamanya tidak akan te... More

CAST | Main character
⏳ 02 | Old dream
⏳ 03 | New friends
⏳ 04 | With Zayyan
⏳ 05 | With Zayyan (2)
⏳ 06 | Good job Oyin-na
⏳ 07 | Miss you
⏳ 08 | Grand Opening
⏳ 09 | A quarter past two
⏳ 10 | Alexa
⏳ 11 | Trusted partner
Special chapter : Sing's day🐰🎉
⏳ 12 | Before: Leo
⏳ 13 | Leo
⏳ 14 | Leo (2)
info new project 🎮
⏳ 15 | Leo (3)

⏳ 01 | Welcome back

1.8K 126 10
By RennMCS_

Beberapa Minggu terakhir hujan deras terus menerus menghujani wilayah barat laut, Korea Selatan. Detik-detik yang menandakan Musim panas akan segera tiba. Benar saja, tepat pada pagi ini Musim panas benar-benar telah menaungi langit Seoul.

Semilir angin berhembus pelan menyapa setiap kulit manusia di dalam gedung nan tinggi. Tiupannya membelai lembut wajah pemuda manis yang berdiri diam di depan pintu berbahan kaca, helaian rambut hitamnya melayang mengikuti arah hembusan angin.

Zayyan, pemuda mungil pemilik surai legam itu sudah berdiri di sana cukup lama. Tatapannya terfokus pada satu titik di hadapannya, tak pernah berubah sejak beberapa menit yang lalu. Sinar keterkejutan di dua matanya tersirat begitu jelas, percikan ragu dan kebingungan pun menumpuk dalam wajahnya.

Zayyan mengamati dengan seksama, dapat dia tangkap dengan manik indahnya terlihat seorang pemuda dengan perawakan tinggi berdiri di depan pintu masuk.

Entah mengapa tersirat ekspresi kesal di wajah Zayyan. Bagaimana menjelaskannya? Ini memang sedikit konyol tetapi, jujur saja Zayyan merasa iri. Mengapa? Tentu karena pemandangan didepannya.

Ya, pria mana yang tidak iri melihat pemandangan seperti itu? jauh berbeda dengan dirinya, pemuda jangkung yang sedang sibuk berbincang dengan salah satu manager itu memiliki perawakan yang sangat diidam-idamkan oleh para pria, Zayyan contohnya. Sejak dulu mempunyai tubuh atletis adalah impiannya.

Namun, apa boleh buat, dengan kondisi tubuhnya yang sekarang mustahil untuk membentuk tubuh seperti itu, pada kenyataannya mimpi itu akan tetap menjadi mimpi untuknya.

Karena itulah, terbesit rasa kagum dalam benaknya ketika melihat pria dibalik pintu itu. Bahkan sedari tadi Zayyan terus menatapnya tanpa berkedip. Seorang pemuda bersurai pirang nampak seperti seorang atlet dengan kaki panjangnya, pungungnya tegap, bahunya juga lebar, dan jangan lupakan otot yang tercetak jelas menghiasi setiap jengkal tubuhnya.

Berbeda dengan tubuhnya yang begitu menunjukkan sosok lelaki sejati, visualnya justru berbanding terbalik. Pemuda itu memiliki wajah yang mirip dengan seorang idol, apa sebutannya? Benar! Flower boy. Kulit putih khas darah Chinese, mata kecoklatan, serta hidung mancung yang mempesona.

Cantik dan tampan disaat yang bersamaan. Tapi kita singkirkan dulu semua itu, yang terpenting adalah lekukan di kedua pipinya, sebuah lesung pipi yang melahirkan senyuman begitu manis. Ah, semakin dipandang Zayyan menjadi semakin iri.

Namun, rasa irinya tadi seketika hilang ketika menyadari identitas pemuda tampan itu. Zayyan menghela nafas panjang kemudian tersenyum lebar, tidak salah lagi! Pemuda itu adalah Mak Chun Sing. Tidak mungkin dia salah mengenali sosok dengan lingkar mata yang tak terlalu besar, namun menyiratkan kedalaman yang luar biasa itu.

Apa ini mimpi? Sing disini? Bagaimana bisa?

Meski awalnya sedikit tak percaya tapi Zayyan tidak peduli, nyata atau tidak dia senang melihat Sing ada di sini. Zayyan semakin melebarkan senyumnya. Sementara, pemuda yang dikenali bernama Sing itu mulai melangkahkan kakinya, perlahan masuk melewati pintu utama.

Netranya mengedar menjelajahi sekeliling sembari sesekali membungkuk saat berpapasan dengan seseorang, tanpa sengaja matanya menangkap sesosok mahluk kecil dibalik pintu transparan tengah berdiri menatap dirinya.

Sing membalas tatapan itu sehingga kini pandangan mereka bertemu. Sing memincing, menyipitkan kedua matanya guna menyelediki sosok di depannya. Tampak samar sebab dari kejauhan dia tidak bisa melihat dengan jelas.

Beberapa detik kemudian rautnya pun seketika berubah saat mengenali siapa seseorang dibalik pintu itu. Senyum terlewat manis mengembang dari wajah sang pangeran Hongkong.

"Zayyan!" teriaknya menggelegar.

Tanpa basi-basi Sing segera bergegas menghampiri Zayyan, berlari menerjang pemuda yang lebih tua 2 tahun darinya.

Zayyan menyambut dengan senang hati, merentangkan tangannya dengan senyum merekah. Terhitung sudah 4 tahun sejak mereka tidak bertemu, Sing benar-benar tidak berubah. Teman masa kecilnya itu selalu saja memperlakukannya seperti anak kecil.

Seperti sekarang ini, tanpa mengubris reaksi orang-orang disekitarnya Sing langsung mendekap tubuh Zayyan, memutarnya, mengakibatkan tubuh Zayyan terangkat.

Sing memang selalu begini, tidak kenal tempat! Zayyan menepuk pelan punggung Sing. "Sudah, turunkan aku."

Sebenarnya Zayyan tidak masalah, dia sudah cukup terbiasa dengan perlakuan Sing padanya. Tetapi begitu menyadari adanya beberapa pasang mata yang terlihat menatap aneh pada mereka ada baiknya mereka menghentikannya.

Sing berhenti, melonggarkan dekapannya agar bisa menatap wajah Zayyan, wajah yang sekian lama tidak dia lihat.

Senyum lebar tersunging diwajah Sing, lalu memindahkan posisi tanggannya yang melingkar di pinggang Zayyan dan beralih melingkari leher, memeluknya lagi.

"Aku merindukanmu," ujar Sing lembut.

Zayyan tersenyum membalas pelukan Sing. Gantian kini dia yang melintangkan lengannya pada pinggang Sing, menengelamkan wajahnya pada dada bidang pemuda yang lebih tinggi dan memejamkan matanya, menyalurkan rasa rindu setelah sekian lama tidak bertemu.

"Aku juga..."


••••


"Kapan kau sampai?" Tanya Zayyan mengawali.

Sing menompang kedua sisi wajahnya dengan telapak tangan. "Kemarin," sahutnya santai. Pandangannya tak beralih dari pemuda manis di depannya.

"Kenapa tidak mengabari?" Tanya Zayyan lagi.

"Sengaja, tadinya berniat mengejutkanmu di dorm tapi kita malah bertemu di Company."

Beberapa menit telah berlalu sejak mereka duduk di bangku cafe dan Sing masih tetap setia memandangi Zayyan sembari tersenyum-senyum tidak jelas, entah apa yang ada dipikirannya.

Zayyan mengangguk lesu lalu menegak minumannya kembali. "Seharusnya kau menghubungiku dulu."

Sing yang mendapati raut wajah Zayyan yang terlihat tidak ceria, segera menghentikan aktivitas tatap menatapnya. "Ada apa?"

Zayyan menggeleng. Tersenyum kecil. "Aniya, tidak ada."

Percaya? Itu tidak mungkin, Sing hafal betul sifat Zayyan. Dari nada bicaranya saja Sing langsung tau bahwa ada sesuatu yang menggangu pikiran pemuda mungil itu.

Sing meraih tangan Zayyan yang tengah meremat kecil cup minumannya. "Katakan saja, ada apa?" Tanya Sing tak lepas dari senyum manisnya.

Zayyan menatap lesu tangannya yang digenggam lembut oleh Sing, pemuda mungil itu sedikit menunduk.

"Kau akhirnya kembali setelah pergi selama 4 tahun lamanya tetapi, aku malah tidak ada di sana untuk menyambutmu saat kau sampai, aku hanya... merasa buruk," lirihnya.

Sesungguhnya Zayyan sangat senang mengetahui Sing telah kembali. Tapi tidak adanya dia saat Sing datang membuatnya merasa sedih, 4 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Zayyan, sesudah Sing pergi butuh waktu lama untuknya menyesuaikan diri.

Setiap hari Zayyan menjalani aktivitasnya dengan pikiran yang melayang, mempertanyakan pertanyaan yang sama. "Kapan Sing akan kembali?"

Oleh karena itu, Zayyan memutuskan akan menjadi orang pertama yang menjemput Sing saat dia tiba di Korea nanti, namun belum sempat melakukan itu Sing malah sudah ada di sini, Zayyan sedikit kecewa.

Sing mengerutkan dahinya. "Apa maksudmu? Kenapa berkata begitu? Aku tidak mengabarimu karena sengaja ingin memberikan kejutan."

Sing menarik kursinya mendekati Zayyan, mengeratkan genggaman tangannya. "Maafkan aku... seharusnya aku menghubungimu lebih dulu, aku tidak tau kau akan berpikir begitu."

Zayyan mendongak, menatap Sing yang juga tengah menatapnya. Wajah itu, wajah yang sangat dia rindukan. Zayyan melepaskan genggaman Sing, satu tangannya terangkat untuk membelai lembut surai pirang yang setengah menutupi mata, jemarinya turun mengusap lembut pipi Sing.

Sing diam, memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut Zayyan pada wajahnya, sudah lama dia tidak dapat merasakan ini, tangan hangat yang dia rindukan.

Zayyan menutup matanya sejenak. Sebenarnya apa yang dia pikirkan? Sing baru saja kembali setelah perjalanan yang melelahkan dan dia malah mengatakan sesuatu yang sudah pasti akan membuat Sing merasa sedih, Zayyan menyesali ucapannya tadi. Tidak seharusnya dia mempermasalahkan masalah kecil seperti itu disaat seperti ini. Seharusnya mereka tengah berbahagia sekarang.

Zayyan mengangkat kepalanya kembali, senyum tersungging di wajahnya, begitu pula dengan Sing. "Maaf," ujar mereka bersamaan. Keduanya tertegun, mereka pun kompak mengerjapkan matanya, sedetik kemudian tawa renyah terdengar dari bilah bibir kedua sahabat lama itu.

Seolah tak terjadi apa-apa, suasana kembali seperti semula, Sing melebarkan senyumnya dengan tatapan yang menghangat. Menarik Zayyan untuk berpelukan lagi untuk yang ketiga kalinya "Aku kembali..."

Zayyan balas tersenyum lebih lebar. Anggukan kecil mengiringi ucapannya. " Selamat datang..."






.

.

.






TBC.

Continue Reading

You'll Also Like

730K 58.6K 63
Kisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu ba...
78.1K 8.4K 86
Sang rival yang selama ini ia kejar, untuk ia bawa pulang ke desa, kini benar-benar kembali.. Tapi dengan keadaan yang menyedihkan. Terkena kegagalan...
90.6K 9.1K 37
FIKSI
90.1K 10K 30
"Tunggu perang selesai, maka semuanya akan kembali ketempat semula". . "Tak akan kubiarkan kalian terluka sekalipun aku harus bermandikan darah, kali...