DEORANTA

Oleh silviatan01

6.7K 780 61

DEWASA, Harap bijak mencari bahan bacaan 🙏🙏 Hidup Dara berubah setelah kecelakaan tunggal yang di alami ole... Lebih Banyak

DEORANTA | [Prakata].
DEORANTA | [1.Kecelakaan Itu].
DEONTARA| [3. Tangan Kanan]
DEONTARA| [4.Fakta Baru].
DEONTARA| [ 5. Cobaan Apa lagi]
DEONTARA| [6. Ciuman Itu]
DEONTARA| [7. Terpergok]
DEONTARA| [8. Kenangan Itu]
DEORANTA | [9. Dendam Itu]
DEORANTA | [10. Meradang]
DEORANTA [11. Tawaran]
DEORANTA | [ 12. Seluk Beluk Deo]
DEORANTA | [13. Rencana Mama]
DEORANTA| [14. Flashback]
DEORANTA| [ 15. Permintaan Mama]
DEORANTA | [16. Terasa Beda]
DEORANTA | [17. Syarat Deo]
DEORANTA | [18. Meratapi Nasib]
DEORANTA | [ 19. Tidur Bersama 18 ++]
DEORANTA| [20. Perasaan Aneh Deo ]
DEORANTA| [ 21. Dejavu]
DEORANTA | [22. Detakan]
DEORANTA | [23. Mulai Nyaman]
DEORANTA | [24. Tak Terduga 21++]
DEORANTA | [25. Tergila-Gila]
DEORANTA | [ 26. Terungkap]
DEORANTA | [27. Merasa Bersalah]
DEORANTA | [28. Bisahkah Dia Melewatinya]
DEORANTA | [29. Melepas Rindu]
DEORANTA | [30. Cemburu]
DEORANTA | [31. Penguntit]
DEORANTA | [32. Terpergok]
DEORANTA | [33. Penolakan]
DEORANTA | [34. Pernyataan Cinta]
DEORANTA | [ 35. Gagal]
DEORANTA | [36. Sikap Aneh Deo]
DEORANTA | [37. Mabuk]
DEORANTA | [38. Terkejut]
DEORANTA | [39.Kecewa]
DEORANTA | [40.Jadian]
DEORANTA | [41. Bucin]
DEORANTA | [42. Penasaran]
DEORANTA | [43.Masa Itu ]
DEORANTA | [44. Kemarahan Dev]
DEORANTA | [45. Kebenaran Waktu Itu]
DEORANTA | [46.Takut Terjadi]

DEORANTA| [2.Pertemuan]

252 40 1
Oleh silviatan01

Jangan lupa vote dan komen cerita ini.

S E L A M A T  M E M B A C A

2. Pertemuan

Tatapan nanar itu mengarah ke arah beberapa koper besar yang saat ini berada di pinggir jalan. Dara bingung harus pergi kemana untuk mencari tempat perlindungan sementara waktu, sebelum menemukan tempat tinggal yang tepat untuknya.

Kenapa menjadi serumit ini.

Rasanya sudah sangat begitu lelah berjalan tanpa arah di tengah hari seperti ini. Kepalanya menoleh ke sana kemari, namun ia tak kunjung menemukan ide yang tepat. Mungkin dengan kembali melanjutkan perjalanan ini dia bisa menemukan tempat istirahat untuk sementara waktu, sebelum akhirnya dia bisa leluasa mencari kosan baru untuk di tinggalinya.

Helaan nafasnya kembali terdengar entah ke berapa kalinya, Dara kembali melangkahkan kakinya melewati trotoar pinggir jalan raya yang begitu ramai. Keringat di dahinya bercucuran seiring langkah kakinya melangkah, sehingga membuat lelah menghampirinya tepat di persimpangan jalan.

Dara melihat ada pohon besar di pinggir jalan tak jauh darinya. Gadis itu mendekat ke sana untuk beristirahat sementara waktu hingga tenaganya kembali pulih.

Namun saat sampai di sana, ia melihat ada seorang pria berpenampilan bringas bersandar di pohon itu dengan memejamkan kedua matanya. Dengan sedikit ketakutan, Dara duduk di batu cor samping jalan karena tak ada cara lain selain berdiam diri di sini untuk beberapa saat hingga rasa lelahnya hilang.

Saat itu juga, Dara merasa ada tangan kasar yang mencekal lengannya dengan kuat. Kepalanya menoleh dan mendapati pria tadi yang bersandar di pohon itulah yang kini sedang mencekal lengannya dengan senyuman menakutkan.

"Mimpi apa tadi, sekarang bisa di hampiri bidadari secantik dia." Gumam takjub pria itu dengan kedua matanya seolah-olah ingin memakannya hidup-hidup.

"Tolong lepaskan saya?" Teriak Dara berusaha melepas cekalan tangan pria itu yang semakin terasa kuat di pergelangan tangannya.

"Nggak! Aku nggak akan melepaskan apa yang sebentar lagi menjadi milik ku." Tekan pria itu berusaha mendekat ke arahnya.

Dara semakin ketakutan, ingin rasanya dia menangis sejadi-jadinya dan berteriak meminta tolong kepada seseorang yang ada di sekitar. Namun, keadaan tak berpihak kepadanya karena jalanan ini terlihat begitu sepi.

Dara semakin kebingungan, rasa lelah yang tadi terasa begitu melelahkan kini hilang sirna dan berganti rasa ingin segera berlari dari pria yang terlihat sangat menakutkan ini.

Dengan cepat Dara berusaha bangkit dari duduknya. Tetapi, pria itu semakin menarik tubuhnya hingga membuat sedikit kehilangan keseimbangan. Dan untunglah Dara masih bisa sedikit mengelak dari pria itu dengan mendorong pria itu ke belakang hingga terjatuh.

Saat itu juga, Dara langsung berlari dengan kesusahan karena membawa banyak barang di tangannya. Hal itu mampu membuat pria itu dengan mudah menangkap Dara kembali ke dalam genggamannya.

"Aku mohon, tolong lepaskan saya." Isak Dara yang sudah tak berdaya di pelukan pria itu.

Tetapi pria itu malah kembali membawanya ke tempat tadi. Dan saat perjalanan itu, tak henti-hentinya Dara berteriak meminta tolong kepada seseorang yang lewat jalanan itu.

Untunglah, ada mobil merah menghadang langkah kaki pria itu. Sehingga membuat pria itu menggeram tak terima dengan tindakan mobil itu yang saat ini sudah menghalangi rencananya.

"Siapa kamu? Berani-beraninya kamu menghalangi apa yang saya inginkan." Teriaknya tak terima.

Pintu mobil itu terbuka dan memperlihatkan sosok pria berkacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Pria berjas hitam itu melangkah ke arahnya dan menarik paksa tubuhnya dari pria itu.

"Anda masuk ke dalam mobil saya." Suara dingin pria itu yang terdengar begitu arogan di telinganya.

Tak ada cara lain, Dara menyetujui perintah pria itu untuk memasuki mobilnya.

Dara berteriak saat pria bringas mencoba mengambil sebilah pisau tajam dari saku celananya, tetapi pria berkacamata tak mengetahui bahwa pria di depannya kini sedang membawa senjata tajam.

Saat pria berkacamata hitam itu menoleh ke arahnya karena teriakannya, saat itu juga pria bringas itu menggerakkan pisaunya hingga mengenai lengannya.

Dara semakin berteriak histeris dan meminta tolong saat melihat darah mengalir di pergelangan tangan pria yang tak di ketahui namanya.

Dan untunglah, pria bringas itu langsung berlari ketakutan setelah mendengar teriakan minta tolong darinya. Dara bergegas keluar dengan terburu-buru karena pikirannya saat ini sangat khawatir dengan keadaan pria itu.

Dengan cepat Dara mencari sesuatu di dalam kopernya. Setelahnya, dara menghampiri pria itu yang terduduk seraya memegangi lengannya yang darahnya semakin banyak.

"Maafin saya, karena bapak menolong saya, bapak menjadi seperti ini." Ucapnya tak enak pada pria itu.

"Sakit! Pelan-pelan saja." Lirih pria itu, saat jemari Dara mengusap darah di lengan itu yang ternyata luka sobekannya cukup panjang dan sedikit kedalam.

"Saya anterin ke rumah sakit ya?" Tawar Dara, yang langsung di balas gelengan oleh pria itu.

"Wajah bapak pucat loh, saya takut terjadi apa-apa sama bapak." Jelasnya khawatir.

"Saya nggak apa!" Jelasnya memberi pengertian, namun di wajahnya masihmenahan rasa nyeri.

Hal itu membuat Dara semakin tak enak. Apalagi, saat pria itu bangkit menuju ke mobilnya dan telinganya mendengar erangan kecil.

Dara mengejarnya berusaha menghampirinya.

"Uhhh."

"Pak, bapak nggak mungkin mengendarai mobil sendirian dengan keadaan seperti ini." Dara menatap pria itu yang sejak tadi mengabaikan keberadaannya."Saya akan tanggung jawab dan membantu bapak untuk mengantar ke rumah bapak, karena bagaimanapun bapak begini juga karena menolong saya." Lanjutnya.

"Baguslah kalau kamu sadar dengan kejadian ini." Tukas pria itu terdengar begitu dingin."Apa bisa mengendarai mobil ini?"

Dara langsung mengangguk dan membuka pintu mobil itu."Saya bisa kok pak! Tapi masih belum terlalu handal." Ungkapnya saat mencari dimana letak kunci mobil ini.

"Itu." Tunjuk pria itu.

Dara tersenyum malu.

"Namamu siapa?" Tanya pria itu setelah sekian lama berdiam diri.

"Dara." Balasnya singkat karena saat ini Dara sudah mulai menjalankan mobilnya.

Dan setelah pertanyaan itu, pria itu terlihat acuh dan semakin dingin dan tak lagi mengatakan sesuatu padanya, kecuali petunjuk arah rumahnya.

Sesampainya di rumah, pria itu langsung pergi begitu saja meninggalkannya. Namun saat ingin menyusul, jemarinya tak sengaja melihat kartu nama yang tergeletak di kursi kemudi. Dara langsung mengambilnya dan melihat nama pria itu.

Deontara Raharja.

"Oh, ternyata seorang pengusaha dan pemimpin perusahaan tambang batu bara di Kalimantan." Dara tersenyum menatap punggung tegap yang berjalan menuju ke dalam rumah besar itu.

"Cepetan kesini?" Teriaknya yang langsung membuat Dara tersadar dari lamunannya.

Dengan cepat, ia berlari ke rumah itu hingga nafasnya terasa ngos-ngosan.

"Apa ada lagi yang bisa saya bantu?" Tanya Dara pada pak Deo yang saat ini sedang berdiri di depan dapur.

"Ada lagi? Seharusnya kamu mikir, karena kamu, aku tak bisa mengambil makan sendiri." Teriaknya menatap tajam Dara yang saat ini sedang ketakutan.

"Lalu apa yang harus saya lakukan pak?" Tanya Dara bergetar.

"Ku harap kamu bersedia menjadi tangan kanan ku selama tangan ini belum sembuh." Tegasnya yang langsung membuat Dara panik dan terkejut."Kalau saja tadi tidak menolong kamu, mungkin saat ini aku masih bekerja di kantor, nggak seperti sekarang."lanjutnya lagi, lalu pergi meninggalkan Dara yang terdiam tak bergeming.

Deo menoleh sejenak di antara anak tangga yang menghubungkan kamar dan ruang kerjanya. Sebenarnya, tadi dia menolong ikhlas, tetapi setelah mendengar nama Dara. Rasa yang dulu datang kembali, dimana keadaan Om Arfan yang semakin hari semakin parah itu hanya karena perbuatan keluarga Dara.

Dan Deo yakin Dara yang di tolongnya ini adalah Teman kecilnya dulu yang sangat di sayanginya itu, namun semua berubah begitu saja setelah kejadian yang membuat hati dan pikirannya  akan membalaskan semua yang terjadi pada om Arfan.

Dan karena itulah dia tak lagi bersikap formal padanya seperti saat pertemuan tadi.

Jangan lupa vote dan komen part ini sebanyak-banyaknya.

Terima kasih

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

DERLION Oleh ʚɞ

Fiksi Remaja

85.8K 1.6K 6
Bukankah kita terlalu semu untuk menjadi warna?
69.7K 7.8K 50
---NEW VERSION---- Harap sebelum baca d follow dulu, Aku mencintainya, Aku menyayanginya, sejak lama, sejak ratusan atau ribuan tahun yang lalu, tapi...
6.5M 334K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
117K 8.4K 67
[WARNING! CERITA MENYEBABKAN HALU BERAT, BAPER SAMPAI URAT, DAN MENGUMPAT] "Jangan kasih tau siapa pun kalau gue petinju. Oke?" Sadena Rasya Arcandra...