Surat Takdir Dari Tuhan ✔️

By __jummiazizah

23.2K 1.8K 284

[TAHAP REVISI] Setelah merasa bebas karena berhenti mondok dan melanjutkan pendidikan di bangku MA, Azlan pi... More

[1] Manusia-Manusia Ganteng!
[2] Saudara Paling Akur!
[3] Kelas Yang Sangat Rukun!
[4] Ada Bidadari!
[5] Jalan Menuju Mushola Sekolah!
[6] Rencana Makan Bakso!
[7] Seisi Kantin Jadi Heboh!
[8] Berterimakasih Itu Susah!
[9] Tempat Berteduh!
[10] Hukuman Di Lapangan!
[11] Majelis!
[12] Perihal Kesopanan!
[13] Saingan!
[14] Dia Datang!
[15] Menolak Menjadi Pecundang!
[16] Ada Yang Hilang!
[17] Kado Kecil Untuk Fyan!
[18] Takdir!
[20] Kedekatan!
[21] Keputusan!
[22] Terimakasih !
[23] Ikhlas?!
[24] Acara 2 sahabat!
[25] Foto Lama!
[26] Ada Yang Mengejar Dan Ada Yang Berhenti!
[27] Martabat Seorang Wanita!
[28] The Real Hijrah!
[29] Pondasi!
[30] Hari Kelulusan!
[31] Menyempurnakan Separuh Agama!
[32] Takdir Ilahi!
Surat Takdir Dari Tuhan [THE END]

[19] Do'a!

406 55 11
By __jummiazizah

"Ternyata benar adanya.
Cinta itu rumit, jika belum halal."

Hayatul Silmi Azizah—

***


"Agar silaturahmi tidak putus, pinjam dulu seratus." Fitrah menyodorkan telapak tangannya didepan wajah Randi sembari cengengesan tanpa dosa.

"Bayar dulu utang lo sama cewek-cewek sekelas." Kata Randi.

Fitrah mencebik. "Gue selama ini minta, bukan minjem. Kalau kali ini serius deh, gue minjem, 2 tahun kemudian gue bayar."

"Yang ada lo keburu melarikan diri ke Amerika."

"Nggak, deng. Gue mau beli skincare."

Agung melongo, "putih doang tapi modal ngutang."

"Setidaknya gue berusaha."

Azlan mencibir, sembari berbalik menghadap Sandy. Ia dengar dari cerita Wais, kemarin Sandy melakukan keajaiban dunia, memeluk adiknya dengan erat. Azlan tidak benar-benar percaya, tapi karena Wais yang mengatakannya —adik yang melebihi jujur, ia percaya saja.

"San." Panggilnya, Afnan ikut menoleh kebelakang. Sedangkan Sandy yang tengah menyalin jawaban dari buku Akhyar langsung mengangkat pandangan.

"Naon?"

"Lo hebat."

"Hah?"

Afnan merotasi mata malas, "ngelag."

"Lah, Azlan yang kagak jelas!"

Sulung Atharauf hanya tersenyum tipis. "Intinya lo hebat." Sembari cengengesan tidak jelas.

Afnan menyenggol bahu kakaknya main-main.

"Lo gimana sama si Maura?"

Seluruh temannya memandang Azlan penuh tanda tanya mendengar pertanyaan Afnan.

"Maura? Siapa lagi?" tanya Sandy. "Bukannya lo sukanya sama yang namanya, Silmi?"

Azlan menghela nafas berat. "Silmi bukan siapa-siapa gue. Kalau Maura—" Azlan menatap teman-temannya dari sisi ke sisi, mereka semua terlihat penasaran.

"Calon tunangan gue."

"HAH?" semuanya benar-benar terkejut, bahkan Akhyar sekalipun. Juga seluruh kelas yang menguping.

"Nggak salah denger gue?" tanya Randi masih tidak percaya.

Dan Azlan mengangguk sebagai jawaban. Ia mengulum bibir, berusaha tidak menunjukkan wajah menyedihkan yang hanya akan menambah penasaran mereka semua.

"Masih calon, masih calon." Seloroh Afnan cepat. "Ca.... Lon...." Afnan memanjangkan satu kata.

"Biasa aja!" Sahut Fitrah.

"Itu Maura, cewek 7 tahun yang lalu?" tanya Sandy memandang sepupunya.

Azlan mengangguk lagi, "yah, dia orangnya..." katanya namun diselingi rasa ragu.

"Kamu kayak nggak yakin." Ujar Akhyar. Sedangkan Azlan langsung tertawa, lagi-lagi berusaha meyakinkan.

Bungsu Atharauf menghela nafas sembari melirik sejenak orang yang berada disampingnya itu.

Topeng lu tebel banget ya, Zul.

***

"Kita healing yuk, Sil."

"Kemana?"

"Ke Rahmatullah."

Silmi mencebik, "mati kok ngajak-ngajak."

"Kan katanya sahabat dunia akhirat,"

"Nggak gitu konsepnya Nadhif cute dan mempesona!!"

Tawa Nadhif mengudara, melihat Silmi kembali seperti biasa, rasanya lega. Sebab Akhir-akhir ini sahabatnya terlalu banyak diam.

"Ke taman kalau gitu, taman yang ada kolam ikannya." Kata Nadhif.

"Buat apa?"

"Buat berenang bareng ikan-ikan."

Silmi lagi-lagi mencebik kesal. "Isshhhh..."

"Ya, ente banyak tanya sih. Ke taman buat apa emangnya? Gitu aja nanya!"

"Santai dong, Shurafa Nadhif Aziza. Calon bininya Atharauf Afnan Isrul, nggak usah ngegas!"

Giliran Nadhif yang kesal, namun malu diwaktu yang bersamaan. Bahkan diam-diam mengaamiinkan dalam hati ucapan sahabatnya.

"Apesih, ayo!" tangannya meraih pergelangan Silmi untuk ia genggam, berjalan santai menuju tempat yang telah ditentukan.

Masih ditengah lapangan, Nadhif dan Silmi menunduk dalam ketika tak sengaja berpapasan dengan segerombolan teman-teman Afnan-Azlan, hanya saja dua saudara itu tidak ada disana.

Karena Silmi dan Nadhif menunduk sembari menutupi  wajah dengan topi, teman-teman dua Atharauf tidak menyadari keberadaan mereka.

"Penasaran banget gue sama calon tunangan, Azlan." Celetuk Agung.

"Secantik apa ya sampai Azlan setia itu nungguin dia?" kata Fitrah penasaran.

Silmi menahan nafas, spontan menghentikan langkah mendengar perbincangan mereka. Nadhif juga begitu, ia melirik was-was disamping, sahabatnya terpaku lama.

Entah dorongan dari mana, dan keberanian apa yang menghinggapinya, Silmi berbalik melangkah mendekat pada gerombolan pemuda-pemuda tadi.

"Azlan punya tunangan?" tanya Silmi tanpa basa-basi, siswa 12A sukses terkejut.

"Hah?" tiba-tiba otak Fitrah dan Randi tak berfungsi dengan baik.

Akhyar meringis pelan, ia dapat menebak bahwa gadis didepan ini adalah gadis yang sama yang selalu dikaitkan dengan Azlan.

Sandy tersenyum paksa. "Bu-bukan tunangan, calon, masih calon!" katanya terbata-bata sembari meneguk ludah yang terasa pahit.

"Oh, ya?"

Nadhif menggenggam lembut tangan sahabatnya, menyalurkan kekuatan, sebab ia tahu pasti saat ini Silmi menahan luka baru disudut hati.

Semua pemuda-pemuda tersebut dapat merasakan kesedihan dari mata gadis itu. Agung dan Fitrah benar-benar merasa bersalah, seharusnya mereka lebih menyadari sekitar sebelum membahas privasi seseorang.

"Saya pamit dulu, assalamu'alaikum."

Nadhif mengerjap. Ia menunduk sopan pada pemuda-pemuda yang berdiri kaku didepannya, kemudian menyusul Silmi setelahnya.

Ia mensejajarkan jalannya dengan Silmi, agar jalan mereka beriringan.

"Kamu baik-baik aja 'kan?" Nadhif menimpuk mulutnya sendiri, pertanyaan bodoh.

"Baik, lah. Emang kamu pikir aku kenapa?" Silmi bertanya balik, sembari melengkungkan senyum termanis.

"Oh... Gapapa, sih. Nanya doang." Ujar Nadhif tersenyum kaku. Ia tahu Silmi berbohong, gadis itu sedang berusaha kuat, Nadhif tidak sebodoh itu percaya jika Silmi mengatakan dia baik-baik saja.

"Kita nggak usah ke taman dulu, yaa... Aku lupa belum nyalin fisika kamu." Kata Silmi.

"Oke!"

***

Pukul 03:00 dini hari.

Suara alarm yang berbunyi mengalihkan atensi Silmi. Ia menghela nafas, bisa-bisanya ia tidak tidur bahkan ketika waktu telah berganti sejak 3 jam yang lalu. Matanya sayu, namun tak membuatnya mengantuk.

Silmi turun dari kasur, berjalan terseok menuju kamar mandi. Berniat wudhu dan menunaikan sholat sunnah tahajjud seperti rutinitasnya setiap hari.

Selepas berwudhu, memasang mukenah dan melaksanakan sholat tahajjud dengan dua jumlah rakaat. Tangan Silmi menengadah untuk berdo'a.

Ia terdiam lama, hanya mengangkat tangan tanpa mengeluarkan suara.

Silmi menghela nafas. Setitik air mata jatuh tanpa diduga.

"Saya sebenarnya kenapa, ya Allah..." Silmi mencebikkan bibir, menahan diri tak mengeluarkan isakan.

"Saya sering merasa tidak tenang, perasaan saya seperti diluputi banyak masalah, padahal keluarga dan persahabatan saya baik-baik aja."

Denyut jantung Silmi berdegup kencang.

Terkadang yang membuatmu gelisah bukan masalah yang menguji, tapi bahasa rindu Allah yang gagal kamu pahami.

"Apa sekarang saya sejauh itu darimu, ya Allah?"

"Ya Allah, saya patah hati."

"Lupakan seseorang yang membuatnya sakit hati." Q.S. At-Taubah : 40

"Hati saya sakit..."

"Bahkan hati yang hancur berdetak lagi." Az-Zumar : 53

"Ya Allah, hamba rindu..."

"Aku akan berlari saat engkau memanggil namaku." Al-Baqarah : 186

"Ya Allah, terimakasih atas segala cinta besar yang engkau beri, hati hamba lega setelah melepas segala kesusahan hati pada-Mu. Tetap cintai hamba, ya Allah. Hamba akan mengejar kembali cintamu."

"Aku bersumpah akan mencintaimu dengan cara yang berbeda." Al-Ahzab : 43

"Saya ikhlas..." Silmi memejamkan mata, berdo'a dalam hati.

Ya Allah, hamba tidak tahu yang tertulis di lauhul mahfudz hamba itu seseorang atau kematian. Hamba tidak tahu mana yang lebih dulu menghampiri dan mengajak hamba berjalan bersama.

Ya Allah, bilamana yang tertulis di lauhul mahfudz hamba itu nama seseorang, semoga dia adalah seseorang yang mampu membimbing dan menuntun hamba untuk selalu berada di jalan-Mu, dia yang mampu menasehati tanpa ujaran kasar, dia berperilaku lembut, dia setia, laki-laki yang menempatkan kehormatan wanita diatas segalanya.

Semoga dia adalah seseorang yang bisa menjadi teman hidup terbaik, bukan sehidup semati, melainkan sehidup sesurga.

Namun, apabila yang tertulis di lauhul mahfudz hamba adalah kematian, panggil hamba saat hamba berada diatas keistiqomahan tertinggi, disaat hamba berada diatas ketaatan. Pulangkan hamba dalam keadaan, husnul khatimah.

—Hayatul Silmi Azizah—

















Tbc.

Follow IG ku :

wattpad.mejza_

Continue Reading

You'll Also Like

513K 41.8K 26
Romansa - Religi "Saya akan berikan kamu empat pilihan, Zivanna. Pertama, kamu harus menikah dengan saya. Kedua, saya menikah dengan kamu. Ketiga, ka...
23.9K 1.8K 24
"DEVAN ARRGHHH HIKSS...HIKSS... KENAPA LO TEGA NGELAKUIN INI SEMUA??? K-KENAPA DEV?" Teriak gadis itu di atas jembatan. "Hey kamu ngapain berdiri di...
13.8K 1.7K 30
Kisah seorang pemuda yang berjuang mengajak para pemberontak masyarakat yang tidak mau bertaubat. Hadwan Arkam Haryakan, seorang pemuda yang diperin...
5.6K 1.3K 28
Bagaimana jadinya seorang pemuda shaleh dan alim di ajak berpacaran oleh seorang mahasiswi cantik yang sedang KKN di kampung nya? ~~~~ "Mau kah kamu...