Surat Takdir Dari Tuhan ✔️

By __jummiazizah

23.1K 1.8K 284

[TAHAP REVISI] Setelah merasa bebas karena berhenti mondok dan melanjutkan pendidikan di bangku MA, Azlan pi... More

[1] Manusia-Manusia Ganteng!
[2] Saudara Paling Akur!
[3] Kelas Yang Sangat Rukun!
[4] Ada Bidadari!
[5] Jalan Menuju Mushola Sekolah!
[6] Rencana Makan Bakso!
[7] Seisi Kantin Jadi Heboh!
[8] Berterimakasih Itu Susah!
[9] Tempat Berteduh!
[10] Hukuman Di Lapangan!
[11] Majelis!
[12] Perihal Kesopanan!
[13] Saingan!
[14] Dia Datang!
[15] Menolak Menjadi Pecundang!
[17] Kado Kecil Untuk Fyan!
[18] Takdir!
[19] Do'a!
[20] Kedekatan!
[21] Keputusan!
[22] Terimakasih !
[23] Ikhlas?!
[24] Acara 2 sahabat!
[25] Foto Lama!
[26] Ada Yang Mengejar Dan Ada Yang Berhenti!
[27] Martabat Seorang Wanita!
[28] The Real Hijrah!
[29] Pondasi!
[30] Hari Kelulusan!
[31] Menyempurnakan Separuh Agama!
[32] Takdir Ilahi!
Surat Takdir Dari Tuhan [THE END]

[16] Ada Yang Hilang!

406 44 8
By __jummiazizah

***

Azlan tak pernah segugup ini jika hanya untuk bertemu sepupu yang selalu menjadi teman debatnya, namun suasananya terasa berbeda.

Wais tidak turun sejak tadi, ia berdiam diri di balkon kamar milik Azlan sembari sibuk bermain game dengan emosi. Bocah 10 tahun itu marah sebab Azlan tak mau mendengarnya, ia kesal karena Azlan terlalu memendam perasaannya.

Ia melirik dengan ekor matanya ketika suara kenop pintu terdengar. Mungkin saja sang pemilik kamar sudah ada dibelakangnya saat ini.

"Cil."

Benar'kan. Itu suara Azlan. Wais tak menggubris sama sekali, ia semakin brutal membunuh musuh-musuh didalam game yang ia mainkan.

Melihat itu, Azlan terkekeh kecil, membuat Wais spontan melempar handphonenya.

Azlan melongo sejenak. "Eh, Cil, slebew... Gue tau uang bapakkee banyak, tapi jan ngelempar HP kek lagi ngelempar bola!"

"Nyenyenye..." cibir Wais.

"Astagfirullah... Kebanyakan bergaul ama Afnan, ya gitu."

Sulung Atharauf mendekat dengan hati-hati, mendudukkan diri dilantai balkon kamar.

"Lo marah, Cil?"

"Kamu nanyeak?"

Tolong tambah kesabaran Azlan menghadapi bocil kematian ini.

"Iyalah gue nanya, nggak lagi kayang."

"Nyenyenye..." lagi-lagi Wais membalas dengan cibiran.

"Bunuh sepupu sendiri, dosa nggak sih?" gumam Azlan misuh-misuh sendiri.

"Abang!" panggil Wais, kali ini suaranya melembut.

"Napa?"

"Sukanya sama siapa?"

"Hah?"

"Sama yang tadi atau sama kak Silmi?"

"Cil?"

"Abang beneran suka sama yang tadi?"

"Guee..."

"Tadi Wais sempat nguping pembicaraan abang sama bunda, abang bakal tunangan pas tamat sekolah'kan?"

Memang benar, selepas kepergian Maura tadi, Azlan kembali berbicara serius dengan umminya. Membicarakan tentang rencananya yang akan bertunangan dengan Maura selepas tamat sekolah, kemudian mencari pekerjaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka saat itulah Azlan akan melamar Maura dan menjadikannya sahabat meraih keridhoan Allah hingga surga. Pertanyaannya, apakah Azlan sudah ridho dan ikhlas menikah dengan Maura?

"Gue suka kok sama dia." Balasnya dibarengi dengan senyuman tipis.

Wais menatap langsung mata pemuda itu, ia memiringkan kepalanya lucu.

"Abang bohong."

"Pa maksud?"

"Mulut bisa bohong, tapi mata sama hati nggak bisa."

Azlan menghela nafas berat, membuang pandangan kesegala arah, memutus pandangan dengan sepupu yang bisa-bisanya paham sekali dengan perasaannya.

Tak sadar mata pemuda itu berkaca-kaca.

"Iya, Cil. Padahal dia orang yang selama ini gue cari-cari, tapi kenapa gue nggak puas? Batin gue selalu bilang, dia bukan Aya. Bukan, Aya-nya Azlan."

"Bang..." Wais jadi ingin menangis.

"Tapi gue udah janji, gue nggak mau ingkar."

"Lo kenapa jadi bego?"

Azlan dan Wais spontan berbalik kebelakang, dimana diambang pintu Afnan dan Fyan berdiri kaku. Bungsu Atharauf itu mendekat, dan Fyan mengekor dibelakang.

Ia berjongkok mensejajarkan diri dengan saudaranya.

"Lo kek bukan Azlan yang gue kenal? Kenapa lo nggak egois aja, pentingin juga perasaan lo, bang. Gue..." air mata Afnan luruh. Ia menggigit kuat-kuat bibirnya upaya menahan isakan yang ingin keluar.

"Gue... Gue mau abang, bahagia sama pilihannya."

"Dia pilihan gue sejak awal."

"Bang!"

"Gue bisa, gue pasti bisa cinta lagi sama Aya yang sekarang. Meskipun nggak sebesar cinta gue ama Aya yang dulu, tapi gue bakal berusaha."

"Terus Silmi?"

"Dia bukan siapa-siapa gue."

"Dia-"

"Belum tentu juga dia punya perasaan ama gue."

"Lo nggak bakal paham perasaan Silmi."

"Lo juga nggak bakal paham."

Fyan dan Wais hanya menjadi pendengar, perdebatan mereka terlalu serius, hingga mereka tidak ingin ikut campur.

Melihat adiknya yang terus menangis, Azlan merengkuh tubuh Afnan dengan erat.

Hingga suara tangis Afnan benar-benar keluar, ia sakit hati. Sakit sekali melihat kakaknya menderita karena perasaannya, karena janjinya.

"Abang gue... gob..lok banget!" katanya dengan isakan yang terus keluar, membuat kata-katanya terbata-bata.

Sebab Wais dan Fyan berada didepan Afnan, otomatis mereka tidak dapat melihat Azlan yang memunggungi mereka.

Bahkan Afnan sekalipun tidak tahu, Atharauf Azlan Nuzula menangis dalam rengkuhannya.

***

"Saya bantu kamu kerjain tugas bahasa indonesia, mau?" tawar Raiz.

Silmi tanpa mengangkat pandangan hanya menjawab dingin. "Nggak usah."

"Saya punya jawabannya."

"Saya bisa jawab sendiri."

"Beneran nolak nih?"

Nadhif melayangkan tatapan sinis kearah Raiz, sumpah yaa, telinganya panas mendengar celotehan Raiz yang tiada ujungnya.

"Dia bilang nggak usah, anda tuli kah?" Sarkas Nadhif.

Raiz menghela nafas pelan. "Yaudah, oke." Kemudian ia kembali ke bangkunya yang paling depan.

"Berisik banget jadi cowok." Kesal gadis itu.

Silmi terkekeh pelan nyaris tak terdengar. "Udah, gapapa."

"Dia lupa kali, ya... Secara kamu ratunya bahasa indo."

"Haha, berlebihan kamu. Kamu juga ratunya bahasa inggris."

Nadhif membuang pandangan. "Biasa aja."

"Definisi merendah untuk meroket."

Kemudian keduanya tertawa bersama, sebenarnya humor mereka receh sekali. Apa-apa ketawa, cuma tertutupi wajah kalemnya.

"Saya ke toilet dulu, Dhif." Kata Silmi sembari berdiri dari duduknya.

"Aku temenin?"

"Nggak usah, bentar doang."

Setelahnya Silmi keluar dari kelas saat Nadhif mengangguk mempersilakan.

Koridor sepanjang kelas masih sangat sepi, tak ada suara murid-murid yang ribut seperti biasa, sangat sunyi.

Silmi mengulum bibir, sejenak ia menoleh kesamping tepat di kelas 12B, semua murid terlihat begitu fokus mencatat. Tak ada guru sama sekali, namun luar biasanya tak satupun dari mereka yang berbuat onar.

Cocok sekali sebenarnya 12B menjadi 12A.

Hingga ketika ia kembali menoleh kedepan, eksistensi Azlan berjalan berlawanan arah -semakin dekat jaraknya dengan Silmi, gadis itu secara sengaja menunduk dalam.

Pemuda tinggi tersebut juga tak melirik sedikitpun, ia menatap koridor dengan pandangan lurus kedepan.

Bahkan tak cukup waktu satu detik bagi keduanya berjalan sejajar. Langkah keduanya dipercepat. Benar-benar enggan berada ditempat yang sama terlalu lama.

Tepat didepan kelas 12C, Azlan spontan menghentikan langkah. Ia berbalik ke belakang hanya untuk sekedar menatap sejenak gadis bercadar itu.

Silmi terlihat berlari kecil, hingga siluetnya tak terlihat lagi.

Gue ngerasa ada yang hilang dari hidup gue semenjak ketemu lagi sama, Aya. Ada suasana yang berubah, dan perasaan gue yang nggak pernah tenang.

Azlan tersenyum masam sembari menghela nafas berat. Ia meneguk ludah susah payah yang terasa pahit.

Bertemu dengan Maura tidak membuatnya lega, justru dirundung gejolak aneh dalam dada. Rasa tidak percaya masih menggerogoti hatinya. Bahkan suatu harapan masih tinggal dalam benaknya, semoga fakta kemarin hanyalah bunga tidur untuknya. Jika benar seperti itu, Azlan tidak akan mampu tertidur lagi. Mimpi ini terlalu buruk.

Lagi, Azlan menghela nafas penuh beban. Kemudian melanjutkan lagi langkahnya yang sempat ia tunda.

Sedangkan didalam kelas 12C, Nadhif yang sejak tadi memperhatikan gelagat Azlan dari dalam sini, mengerutkan kening bingung.

"Dia liatin siapa?" gumamnya bertanya-tanya. "Silmi, kah?"

Nadhif mudah menduga-duga. Ia seakan bisa mengerti raut wajah yang ditunjukkan Azlan tadi. Patah hati? Yah, jelas sekali seperti itu.









Tbc.

Hehehe, nyengir aja dulu

Follow IG :

wattpad.mejza_

Continue Reading

You'll Also Like

1K 385 8
Aku akan menyerah, setidaknya aku sudah berusaha ~Batin Khansa. "Apa aku boleh menyerah?" tanya Khansa lesu. "Aku tidak akan membiarkan kamu menyerah...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.6M 43K 19
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
107K 8.5K 21
CERITANYA LANJUT DI INSTAGRAM MATCHAENAK17_ Lembah menerima tantangan dari saudaranya demi mendapat warisan dari kedua orang tua. Tantangan berupa me...
13.6K 1.7K 30
Kisah seorang pemuda yang berjuang mengajak para pemberontak masyarakat yang tidak mau bertaubat. Hadwan Arkam Haryakan, seorang pemuda yang diperin...