NAVYA: Secreet Wife

By admla_

73.5K 5.8K 1.6K

-Don't forget follow, vote, and comment! -Don't copy my story! Jangan jadi plagiat kalau ingin mempunyai kary... More

PROLOG
NSW: Teman Lama
NSW: Permintaan Agnes
NSW: Bersama Papa
NSW: Samuel Marah
NSW: Sorry
NSW: Hilang?
NSW: Kembalinya Queen Of Darkness
NSW: Keluarga Psikopat
NSW: Tuan Samuel
NSW: Navya Cemburu?
NSW: Family Time
NSW: Teman Lama (2)
NSW: Kecurigaan Sean
NSW: Kedatangan Amberly
NSW: Klinik
NSW: Don't Leave Me
NSW: Sick
NSW: Malam yang indah
NSW: I'm Here
NSW: Apapun Untuk Keluarga
NSW: Tingkah Konyol Regal
NSW: Kedatangan Cegil
NSW: Sebuah Informasi
NSW: Pilihan Yang Berat
NSW: Wait For Me
NSW: Terungkap
NSW: Terasa Asing
NSW: You're Still My Princess
NSW: Peace
NSW: The Best Parents
NSW: Jangan Hina, Camila
NSW: Samuel vs Dua Ipar
NSW: Posesif Dad
NSW: I Hated That Incident
NSW: Shinning Day

NSW: Duo Spy

1.6K 111 53
By admla_


19.00 PM

Malam pun tiba. Malam ini Navya bersiap untuk pergi bersama Farhan menuju ke rumah keluarga Amberly. Namun, dirinya mengalami satu kendala, yaitu meminta izin kepada suaminya untuk keluar malam-malam. Sudah pasti nanti kalau Samuel tau tujuannya akan pergi ke mana, pastinya Samuel akan melarang dirinya.

Navya menatap ponselnya sejak tadi. Wanita itu tengah chatan bersama Farhan yang di mana pria itu sudah menunggunya di lobby rumah sakit. Navya mencoba cari alasan yang tepat.

Samuel yang tengah berkutik dengan laptop. Pria itu masih sibuk dengan urusan kantornya.

"Samuel," panggil Navya.

Samuel menatap ke arah sumber suara, "Kenapa, Sayang?" tanya Samuel lembut.

"Aku pulang ke rumah dulu, mau ambil beberapa baju aku," ucap Navya dengan menyembunyikan raut wajahnya yang gugup.

"Biar aku suruh maid aja," ujar Samuel.

Navya menggelengkan kepalanya cepat, "Jangan. Ini udah malem, lagian aku udah minta mang Ujang jemput aku di depan. Kamu jaga Nesa dulu, ya?" kata Navya.

Samuel menatap manik mata istrinya dengan tatapan dalam. Dia merasa ada sesuatu yang di sembunyikan oleh Navya saat ini. 

"Ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari aku?" ucap Samuel pelan, namun ucapannya terdengar dengan tegas.

Tubuh Navya terdiam. Lidahnya terasa keluh karena harus berbohong kembali kepada suaminya. Navya tahu kalau sekarang Samuel mulai curiga dengan gerak-geriknya. Tetapi Navya tidak bisa memberitahu sekarang. Semuanya akan terbongkar di waktu yang tidak tepat.

Tatapan Samuel tidak lepas dari istrinya. Melihat Navya yang hanya diam saja membuat Samuel semakin yakin, kalau ada sesuatu yang di sembunyikan oleh istrinya saat ini.

Samuel menghela napas panjang, "Pergi. Jangan lama-lama, nanti Nesa cariin kamu," pasrah Samuel. Dia tidak bisa memaksa istrinya untuk jujur. Navya tetap tidak akan membuka mulut pastinya kalau dia paksa.

"Aku  tau kamu nggak pulang ke rumah, kamu mempunyai tujuan lain, kan? Aku nggak bisa paksa kamu untuk jujur ke aku, Nay. Tetapi yang namanya suami istri harus saling terbuka," sambung Samuel tanpa menatap ke arah istrinya.

Navya menatap sendu suaminya, dia tak bisa membuang waktu lagi. Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi Navya langsung pergi begitu saja dengan membawa tas ransel kecil hitam miliknya.

Samuel menarik nafas dalam-dalam. Dia mencoba mengontrol emosinya. Bohong kalau dia tidak marah. Samuel marah karena istrinya terlalu tertutup kepada dirinya. Mereka menikah sudah bertahun-tahun, tetapi Navya selalu menutupi semua masalah yang sedang wanita itu hadapin.

Contohnya seperti saat ini. Samuel yakin kalau Navya sedang ada masalah.

"Sampai kapan kamu bersikap seperti ini, Nay?" gumam Samuel kecewa.

Navya menghampiri Farhan yang sudah berada di lobby menggunakan pakaian serba hitam. Navya pun sudah menggunakan baju misinya. Wanita itu menarik pergelangan tangan Farhan untuk menjauh dari keramaian.

Mereka sudah menjadi pusat perhatian banyak orang. Namun, tidak ada yang berani mengatakan bahwa mereka adalah orang yang mencurigakan. Karena di baju mereka terdapat logo Agency keluarga Narendra.

Farhan dan Navya masuk ke dalam mobil. Navya melepaskan masker hitamnya, "Lo udah dapet informasi lagi dari Bianca dan Al? Penyamaran mereka gimana? Aman?" tanya Navya kepada Farhan.

Farhan menjawab pertanyaan Navya seraya menjalankan mobilnya, "Gue belum dapet informasi lagi. Terakhir, Bianca sama Al kirimin gue pesan kode tadi pagi, dan gue belum sempat pecahin kode itu."

Navya melirik ke arah Farhan, "Pesan kode? Jangan-jangan penyamaran mereka terbongkar," ucap Navya yang membuat Farhan terdiam.

"Lo jangan takutin gue. Nggak mungkin penyamaran mereka kebongkar gitu aja," kata Farhan.

"Han, lo tau lawan kita siapa, kan? Freddy, keluarga Amberly, dan organisasi yang dibayar Freddy. Bisa aja penyamaran mereka terbongkar," pungkas Navya kepada patnernya.

Farhan termenung. Navya ada benarnya juga. Lawan mereka cukup berat, apalagi sekarang Freddy memiliki tiga backingan yang cukup kuat.

Navya mengeluarkan sebuah hologram yang berbentuk seperti jam. Navya menekankan tombol jam miliknya, "Look! Mereka udah sejauh ini menjalankan rencana mereka," ucap Navya dengan memperlihatkan pergerakan musuh.

Jam hologram yang dimiliki Navya bukan sekedar jam biasa. Itu adalah salah satu alat yang harus dimiliki seorang mata-mata. Tentunya harus didapatkan langsung dari pihak Agency.

Farhan masih merasa bingung dengan permasalahan ini. Pria itu benar-benar sangat terkejut ketika mengetahui tujuan kembalinya Freddy. Bukan hanya itu, dia juga terkejut kalau ternyata yang membunuh Abel adalah wanita yang ada di sampingnya saat ini.

"Jujur, gue masih bingung sama permasalahan antara lo, Freddy, Mila, Bianca dan Al. Freddy perkosa Mila. Terus lo yang membunuh Abel, dan sekarang Freddy kembali ke sini untuk membalas dendam dan membunuh keluarga Narendra?" bingung Farhan.

"Freddy balas dendam karena tuduhan dia yang membunuh Abel. Asal lo tau, ya, Han. Freddy tuh banyak kasus. Bukan hanya Mila yang menjadi korban dia, tetapi adiknya sendiri pun dia perkosa. Makanya kenapa dulu gue mau bunuh dia, tapi sayangnya Abel malah menggantikan posisi Freddy pada saat itu," jelas Navya yang teringat dengan kejadian beberapa tahun yang lalu.

Farhan mengangguk paham. Dirinya sudah tidak kaget kalau soal Freddy yang perkosa Abel. Farhan sudah mengetahui hal itu, karena dulu Farhan sebagai saksi kelakuan bejat Freddy kepada adiknya sendiri.

Farhan melirik ke arah tas ranselnya, "Nay, coba lo buka tas gue. Gue simpen buku diary milik Abel, siapa tau kita menemukan sesuatu yang bersangkutan dengan Freddy," kata Farhan dengan menunjuk ke arah tas ranselnya.

Navya mengambil tas itu, "Gue buka tas lo." Farhan menjawab dengan anggukkan singkat.

Navya mengambil buku diary yang Farhan bawa. Wanita itu melihat buku diary dengan sampul bermotif bunga, "Ini diary Abel?"

"Iya. Jendral suruh gue cari informasi lagi tentang Abel," ujar Farhan yang membuat Navya bingung.

"Informasi apa? Bukannya semua udah jelas?" bingung Navya.

Farhan menggeleng pelan, "Ada satu yang nggak kita ketahuin."

"Apa itu?"

Mobil Farhan berhenti di depan lampu merah, "Waktu tubuh Abel di otopsi pihak rumah sakit melihat seluruh tubuh Abel penuh dengan luka lebam. Jendral curiga kalau selama Abel hidup dia selalu mendapatkan kekerasan oleh keluarganya," jelas Farhan.

Navya cukup terkejut mendengar penjelasan dari Farhan barusan, "Banyak kasus yang harus kita selesaikan, Han. Kita nggak bisa terus bersantai. Abel, Mila harus mendapatkan keadilan di sini, dan Freddy harus terima hukuman yang setimpal," tungkas Navya yang disetujui oleh Farhan.

Farhan kembali melajukan mobilnya ketika lampu sudah berubah warna menjadi hijau.

"Kita harus bekerja sama dengan baik, Nay. Kita harus melindungi mereka," ucap Farhan.

Navya mengangguk setuju. Wanita menatap nanar buku diary yang ada ditangannya. Dia akan mencoba membaca buku diary milik Abel besok. Semakin cepat dia mencari tahu, semakin cepat juga misinya selesai.

**********

Sebuah mobil hitam berhenti di depan mansion besar yang sangat ramai di depannya. Navya dan Farhan saling melemparkan tatapan melihat halaman mansion keluarga Amberly yang sangat ramai, bahkan ada polisi dan ambulan. 

Navya dan Farhan pun dari dalam mobil dengan membawa tas mereka. Keduanya memakai masker hitam yang terdapat logo Agnency.

Para polisi terheran melihat kedatangan dua anggota FBI.

Farhan menghampiri para polisi, "Ada apa ini? Apa ada penyerangan?" tanya Farhan.

"Kalian suruhan Tuan Alvano untuk menyelidiki kasus ini?" Tanpa ragu Farhan mengangguk cepat.

"Thanks God. Ternyata pesan saya cepat sekali ditindak. Jadi begini, baru saja terjadi penyerangan di keluarga Tuan Bima. Seluruh anggota keluarga tewas secara tragis, dan sekarang kami akan melakukan otopsi kepada seluruh korban," jelas Polisi.

Farhan dan Navya terkejut mendengar penjelasan dari Polisi barusan. Navya berdeham pelan, "Penyerangan? Siapa pelakunya? Dan jam berapa penyerangan itu terjadi?" tanya Navya dengan beruntun.

"Kami tidak tahu siapa pelakunya, yang jelas kami hanya di telpon orang anonim dan mengatakan kalau ada penyerangan di keluarga Tuan Bima," jawab polisi yang membuat Navya semakin penasaran.

"Han, ayo masuk ke dalam," ajak Navya.

Farhan melirik ke arah sang polisi, "Tolong jaga diluar! Biar kami yang menyelidiki kasus ini!" tegas Farhan yang tak terima bantahan apapun.

Polisi pun setuju dengan perkataan Farhan barusan.

Navya dan Farhan pun masuk ke dalam kediaman keluarga Amberly. Ketika mereka masuk benar-benar dibuat terkejut melihat banyak genangan darah dan darah yang menyiprat ke tembok.

Keduanya melangkah semakin dalam. Navya menghentikan langkah ketika melihat sebuah jejak sepatu, "Han, lihat ini." Farhan menghampiri Navya.

Dia berjongkok dihadapan jejak sepatu itu, "Foto, Nay." Navya mengangguk pelan, ia mengeluarkan camera lalu memotret jejak sepatu tersebut.

Farhan mengeluarkan sebuah penanda angka delapan lalu meletakannya di dekat jejak sepatu itu.

Farhan mengambil sebuah benda kecil berwarna hitam dengan sebuah alat khusus, "Ini semacam peluru pistol nggak sih?" Navya melihat benda itu dari jarak dekat.

"Jadi, mereka dibunuh dengan cara ditembak?" kata Navya dengan melirik ke arah Farhan.

Kepala Farhan menggeleng pelan, "Gue nggak tahu pasti, Nay. Bisa aja pelaku membunuh mereka dengan berbagai cara." Farhan merasa tidak yakin dengan perkataan Navya barusan.

Farhan memasukkan benda kecil itu ke dalam kantong putih. Pria itu berdiri dan menatap seluruh rumah yang sangat berantak dan dipenuhi dengan darah yang berada di mana-mana.

"Kita berpencar. Gue mau cek ke kamar utama, dan lo tolong ke ruang cctv. Siapa tahu pelaku terekam cctv," ujar Navya yang disetujui Farhan.

Keduanya pun berpencar. Navya menaiki anak tangga satu persatu. Setiap anak tangga yang dia lalui selalu ada genangan darah.

Tepat di lantai dua bola mata Navya terbelalak. Dibalik maskernya Navya merasa mual mencium bau bangkai. Di atas ada tiga bangkai tikus yang tergeletak dilantai.

"Shit, bau banget," gumam Navya yang langsung pergi ke kamar utama.

Navya membuka pintu kamar utama. Ketika dia membuka pintu tersebut sudah dikejutkan dengan kekacauan kamar tersebut. Navya melangkah masuk. Ia melihat setiap sudut ruangan dengan seksama.

Pintu kaca menuju balkon pecah, dan serpihan kaca berserakan di lantai.

Pandangan Navya tertuju kepada ranjang tidur yang terdapat noda darah. Navya berdiri disamping ranjang, ia melihat ada sebuah pisau tajam tertusuk diatas bantal putih. Navya mengambil sebuah sarung tangan karet, dia tak akan memegang benda tersebut tanpa menggunakan alat pelindung.

Karena dia bisa melihat sidik jari pelaku. Navya mencabut pisau tersebut lalu memasukan ke dalam kantong putih sebagai barang bukti yang berhasil dia dapatkan. Saat sudah selesai pandangan Navya tak sengaja melihat sebuah lembaran kertas yang sudah lecek.

Bohong jika Navya tidak terkejut. Wanita itu memegang lembar kertas itu dengan tangan yang gemetar. Navya memasukan ke dalam tasnya kertas yang dia temukan barusan. Saat Navya baru selesai memasukan kertas tersebut, tatapannya tak sengaja melihat ke arah cermin. Di sana terdapat sebuah tulisan yang ditulis dengan sebuah lipstik.

Navya semakin dibuat diam. Wanita itu terdiam tak berkutik, "Apa maksud semua ini? Siapa dia?" gumam Navya pelan.

"Don't believe everything you think," celetuk Farhan tiba-tiba yang entah dari kapan berada dibelakang Navya.

Navya melirik kearah Farhan, "Lo dapet rekamannya?" tanya Navya.

"Nggak. Dia udah rusak cctv duluan, tapi ada sesuatu yang aneh, Nay," kata Farhan kepada Navya.

Tatapan mereka saling bertemu. Navya melepaskan maskernya karena merasa pengap, wanita itu menatap Farhan dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

Farhan memberikan sebuah lembar foto, "Gue rasa pelakunya orang terdekat di keluarga ini. Dalam rekaman tadi gue nggak lihat ada tanda-tanda orang asing masuk ke dalam kediamanan keluarga ini, terkecuali di jam 19.00 secara tiba-tiba cctv mati begitu aja," jelas Farhan. Navya yang mendengar hal itu seperti ada kejanggalan.

Navya kembali membuka tasnya dan mengeluarkan lembar kerta yang dia temukan tadi, lalu memberikan kertas tersebut kepada Farhan.

Farhan membaca tulisan yang tertulis di kertas itu. Bola matanya terkejut bukan main, "Gue semakin curiga, kalau orang yang bunuh mereka ada di sekitar kita, Nay. Tentunya dia tahu rencana kita."

"Gue juga mikir gitu, Han. Masalahnya di sini itu dia siapa? Yang tahu rencana kita cuma gue, lo, sama Jendral. Nggak mungkin Jendral bocorin tentang rencana kita," pungkas Navya yang semakin dibuat pusing dengan kasus ini.

Farhan berpikir sejenak. Dia mencoba mengingat kembali kejadian tadi siang di markas, "Ada pengkhianat di markas utama. Tadi siang gue sama Jendral ngobrolnya bukan di ruangan pribadi, tapi di ruang rapat. Gue rasa didepan ruang rapat itu ada orang yang sengaja dengerin pembicaraan antara gue sama Jendral," tutru Farhan yang kini mulai emosi.

Navya mengangguk paham, "Kita bicarakan lagi nanti. Sekarang ikut gue ke area belakang, entah kenapa hati gue menyuruh kita ke belakang," ajak Navya yang pergi terlebih dahulu.

Farhan yang mendengar itu pun mengejar Navya dengan membawa kertas tadi.

Ketika keduanya tiba dibelakang Navya pun menyalakan senter. Keduanya berjalan menelusuri lorong belakang kediaman keluarga Bima. Farhan menghentikan langkah Navya ketika keduanya melewati sebuah saluran air yang terbuka.

Farhan dan Navya berjongkok. Mereka berdua melihat ada sebuah belati yang dilumurin dengan darah di dalam saluran air tersebut. Farhan mengambil belati itu.

*Anggap aja ini Navya dan Farhan ya

"Kenapa belati ini dibuang ke sini?" tanya Navya.

"Mereka mau menghilangkan jejak. Mungkin pikir mereka kalau polisi nggak akan mencari barang bukti sampai ke belakang." Farhan memasukan satu lagi barang bukti yang sudah mereka temukan.

Kening Navya mengerut melihat sesuai yang bersinar didalam saluran air. Navya memasukkan tangan kirinya ke dalam saluran lalu mengambil sesuatu. Farhan yang melihat sebuah cincin yang diambil oleh Navya pun merasa bingung.

Navya mengangkat cincin tersebut dan melihatnya dengan seksama.

"Kira-kira ini cincin siapa, ya?" ujar Navya.

Farhan mengedikkan bahunya. Dia sendiri tidak pernah melihat cincin tersebut. Cincin berawarna perak dengan terdapat diamond kecil sebagai hiasannya. Navya memasukkan cincin itu ke dalam kantong putih.

Farhan menatap sekitar area belakang, dirinya salah fokus dengan pintu belakang yang terbuka sedikit.

"Katanya halaman belakang rumah ini nyambung sama ke hutan buatan. Mungkin nggak sih kalau pelakunya melarikan diri ke sana," celetuk Farhan yang membuat sebuah teori baru.

Perkataan Farhan ada benarnya. Tidak ada salahnya mereka mencari tahu kebenarannya.

Farhan dan Navya beranjak lalu kembali pergi menuju pintu belakang. Farhan membuka pintu tersebut, dan benar saja. Bahwa halaman belakang keluarga Bima terhubung dengan hutan buatan, lebih tepatnya jalan menuju hutan buatan.

Keduanya keluar dari rumah itu. Navya dan Farhan melangkah menelusuri jalan yang gelap karena hari semakin malam.

Navya berhenti ketika melihat sebuah jejak kaki, "Han, jejak kaki," tunjuk Navya. Farhan menatap ke arah tunjuk Navya.

Navya mengeluarkan sebuah foto jejak kaki yang berada di dalam rumah tadi, dia menyamakan jejak tersebut dengan jejak yang baru mereka temukan.

"Jejaknya beda, Han," kata Navya dengan menunjukkan sebuah foto kepada Farhan.

Farhan mengangguk setuju dengan perkataan Navya barusan. Memang berbeda jejak kaki yang mereka temukan didalam rumah dan diluar rumah. 

Hening. Tak ada suara antara Navya dan Farhan. Keduanya hanya saling bertatapan saja, namun tatapan keduanya seperti memberikan sebuah kode. Navya memikirkan sesuatu yang di pikirkan oleh Farhan juga.

"Berarti pelakunya lebih dari satu orang?" ucap Navya dan Farhan serempak.

Semakin rumit. Keduanya sekarang merasa buntu karena tidak tahu harus memulai darimana lagi.  Navya duduk ditanah karena merasa lelah. Farhan pun melakukan hal yang sama. Kasus yang mereka tanganin kali ini benar-benar rumit, satu petunjuk pun belum mereka dapatkan.

Sekarang sudah harus dibuat pusing kembali karena ternyata pelakunya lebih dari satu orang.

•••••••••

Hello, semoga suka ya bab ini. Have a nice day💗

Jangan lupa follow instagram aku @ayananadheera

See you next part!

Continue Reading

You'll Also Like

PRICELESS By sannn__

Teen Fiction

976K 48.3K 47
⚠️17+ Arrion artinya mempesona. Kedatanganya sebagai siswa baru pernah menggemparkan sekolah pada masanya. Nyaris semua cewek disekolah menyukai dan...
1.4M 120K 85
𝐒𝐄𝐐𝐔𝐄𝐋 𝐃𝐀𝐑𝐈 𝐃𝐎𝐒𝐄𝐍𝐊𝐔 𝐌𝐀𝐍𝐓𝐀𝐍𝐊𝐔 [ BUDAYAKAN FOLLOW DULU AKUN SEBELUM MEMBACA! ] ⚠️ Welcome to Toxic Relationship ⚠️ Tentang per...
470 114 13
Zayndra Alcatraz, Nama yang tak asing bagi siapa yang mengenalnya. Siapa yang tak mengenal sosok Zayndra Alcatraz, lelaki menyeramkan dengan tatapan...
12.9K 496 11
NOVEL TERJEMAHAN [ Terjemahan google no edit ]