a/n: terimakasih kepada episode terbaru Rurouni Kenshin (episode 14) karena berkat tu anime semangat nulis aku balik. Kenshin stan ✨✨
Kalo CFYM jelek, biarin dulu aja. Biar aku yang nge-overwork otak aku. You guys can just chillin sembari mengeluhkan kualitas CFYM yang menurun. I will deal with this myself
_____________
Di Kediaman Sera yang berada di wilayah bagian utara Hayden. Willard Sera sang Markuis memandangi kertas surat yang amplopnya baru saja dibukakan oleh pelayannya. Dari tekstur amplop, warna, dan cap lilinnya dia sudah bisa tau siapa pengirim surat itu. Kini dia membaca isi surat itu untuk mengetahui pesan apa yang ingin disampaikan oleh si pengirim.
Frey.
Dia membacanya.
--- Paman. Kuyakin kau sehat. Putramu juga sudah bilang padaku kalau kau sedang sangat sehat hingga kau bisa menepis titipan pesanku dengan begitu tanpa pertimbangan nya.
Aku punya kejutan untukmu. Kau hanya tinggal menunggu.
Tapi aku ingin mengatakan ini.
Ada kemungkinan aku akan memintamu meminjamkanku tiga puluh orang ksatria kebanggaanmu. Ada yang sedang kukerjakan. Jika kau ingin tau apa sebenarnya yang kukerjakan itu, sebaiknya kau pergi mendatangiku dan membawa serta putramu bersamamu.
Frey. ---
Willard mengerutkan keningnya.
Tiga puluh ksatria? Ada perlu apa dengan mereka? Kenapa tidak ksatria istana saja?
Benaknya mengingatkannya pada apa yang sempat dikatakan Lucius putranya tempo lalu.
"Frey bilang dia ingin ayah meluangkan waktu untuk menemuinya. Dia sedang merencanakan sesuatu."
Willard sudah berketetapan. Kalau dia tidak akan menaruh perhatiannya pada putra sulung Chalis mantan teman seumurannya itu. Dia tidak ingin sama sekali tau tentang putra sulung keluarga kerajaan itu
Tapi Frey sampai membuat surat terkirim untuknya. Dan mengatakan tentang keinginannya untuk meminjam sejumlah ksatrianya.
Akan dia gunakan untuk apa mereka? Dan rencana apa yang Lucius sebutkan?
Willard betul-betul enggan untuk melihat anak berumur dua puluh dua tahun itu. Tapi dia punya firasat kalau kali ini dia harus sementara mengesampingkan ketidak inginannya, dan menetapkan waktu untuk pergi ke istana sebagaimana yang diinginkan Frey.
.
.
Di titik lain dari Kediaman Sera itu, dua wanita pasangan bangsawan bergelar Marchioness dan Countess sedang saling bertemu di sebuah ruang tamu. Tepatnya, ruang penerimaan tamu sang Marchioness. Mereka menempati satu sofa panjang yang sama, menyandarkan miring bahu mereka pada sandaran sofa, lalu keduanya sama-sama menaikkan kaki mereka ke bantalan duduk soda yang mereka duduki. Posisi duduk yang tidak pantas dimiliki oleh seorang bangsawan di tempat duduk tapi sang Marchioness bilang bahwa dia sedang ingin memiliki perbincangan santai dengan sang Countess selayaknya ketika mereka masih berusia belasan dahulu. Meskipun mereka sama-sama telah memiliki jejak penuaan masing-masing tapi dengan posisi mereka sekarang mereka merasa bahwa mereka bisa melihat bayangan sosok gadis muda yang mereka kenal dahulu di wajah masing-masing.
"Usiamu empat puluh dan akan menjadi empat puluh satu di bulan depan, kan? Apa yang menjadi harapanmu? Liburan dengan Hadden?" Judith Sera mengangkat topik itu dalam perbincangannya dengan Ruri.
Warna merah muda samar bersemu di puncak pipi Ruri. Dia menjawab dengan setengah mencicit. "Aku tidak mengharapkan apapun." Dia mendapatkan ketenangannya dan berubah berujar lembut. "Aku hanya ingin berdoa untuknya dan ketiga anak itu."
Judith tau kebenaran tentang tidak ada satupun dari keturunan Bardev itu yang merupakan anak kandung Ruri. Dia pun tidak membiarkan Willard suaminya mengetahui keberadaan fakta itu. "Valias ... sikap dan tingkahnya sudah membaik?"
Ruri tersenyum lembut dengan mata yang sendu. "Aku masih merasakan kesulitan untuk bicara dengannya. Tapi dia anak yang baik. Aku sudah tidak mengkhawatirkannya."
Judith teringat saat dia pertama kali dibuat tercengang diberitahu hal yang sebenarnya oleh Ruri. Mereka sahabat karib sejak mereka masih berusia sepuluh tahun. Mereka tidak menyembunyikan apapun dari satu sama lain. Saat itu Judith dibuat sangat tercengang mendapati betapa lugunya Hadden sebenarnya. Pandangannya terhadap pria yang merupakan seorang kepala keluarga Count itu langsung berubah. Dia jadi merasa kalau pria empat puluh dua tahun itu cukup menggemaskan. "Yang akan meneruskan jabatan suamimu itu Danial, kan?"
Ruri mengiakan. Judith bertanya. "Kenapa tidak Valias?"
Senyum Ruri sendu. "Hadden bilang Valias sendiri yang menolak."
Judith bergumam. "Hayden... akan dirajai oleh seorang pemuda berusia dua puluh dua tahun. Aku jadi penasaran akan menjadi seperti apa Hayden nanti."
"Willard ... dia bilang dia sudah siap jika dia harus memberikan dukungannya untuk Putra Mahkota. Tapi dia menetapkan sikap acuhnya."
"Aku harap tidak akan ada peristiwa besar yang terjadi." Judith menghela napas. "Entah kenapa aku merasakan suatu kegelisahan tapi aku tidak begitu tau sebenarnya aku gelisah untuk apa."
Ruri termenung. Berbeda dengan Judith dirinya tidak merasakan kegelisahan apapun. Tapi dia mengerti kenapa Judith bisa mempunyai rasa gelisah itu. "Kita bisa menunggu. Tuan Markuis Willard dan Hadden pasti tidak akan tinggal diam jika ada sesuatu terjadi."
Di tempat lain, di antara banyaknya jumlah manusia yang menjadi penduduk dari Kerajaan Hayden, salah satu di antara mereka adalah Kafin. Dia saat ini merangkap sebagai tutor ilmu berpedang Tuan Muda Danial Bardev. Yang sebelumnya merupakan Tuan Muda Pertama dan merupakan tuan muda satu-satunya, tapi lalu seorang anak remaja delapan belas tahun muncul dan dikatakan sebagai putra pertama Count Bardev yang sebelumnya tidak bisa ditemukan. Kini Tuan Muda Pertama yang dia tau sudah berubah menjadi Tuan Muda Kedua dan yang memegang panggilan Tuan Muda Pertama kini adalah Tuan Muda Valias Bardev. Yang memiliki warna surai yang asing dan hingga di detik ini belum Kafin ketahui alasan perbedaan warna surai yang dimiliki sosok tuan muda yang baru itu.
Hadden Bardev adalah seorang ayah yang di samping dia menginginkan segala yang paling tepat untuk anak-anaknya, dia juga adalah pemimpin wilayah yang peduli dengan orang-orang masyarakat yang ada di wilayahnya. Sebagai salah satu orang yang menjadi warga dari wilayah itu, sejauh ini dia merasa menjadi warga yang bertempat tinggal di wilayah yang dipimpin oleh Count Bardev adalah hal yang bisa dianggap sebagai sebuah berkah baginya.
Count Bardev di saat ini Kafin ketahui adalah seseorang yang sangat mematuhi daftar aturan yang dibuatnya sendiri, tapi di dalam beberapa hal dia juga bisa menjadi sangat fleksibel dan menawarkan kesepakatan yang memudahkan pihak yang ditawari kesepakatan tersebut olehnya.
Kafin mempunyai satu kakak perempuan yang sudah menikah dan sebenarnya sudah memiliki seorang anak. Tapi delapan belas tahun lalu kakak iparnya itu meninggal akibat kecelakaan kuda yang kehilangan kendali, lalu keponakannya yang saat itu masih bayi yang seharusnya ada bersamanya tidak bisa ditemukan di manapun.
Kafin kehilangan keponakan dan seorang kakak laki-laki. Dan akibat tragedi menyesakkan itu kewarasan kakaknya terganggu.
Kakak perempuannya yang sebelumnya tinggal bersama kakak iparnya di kota wilayah Adelard, kini tinggal di rumahnya bersama ibu mereka di wilayah Bardev.
Kafin sebelumnya adalah seorang ksatria Kediaman Duke Baldwin. Dengan kakaknya yang sakit, dia mengundurkan diri dan berpendirian untuk membantu ibunya merawat kakaknya. Sebelumnya mereka berkependudukan sebagai bagian dari warga wilayah Baldwin. Tapi Rudiv waktu itu mengunjunginya dan memberitahunya untuk pindah tinggal di wilayah Bardev saja.
"Count Bardev adalah bangsawan pemimpin wilayah yang berbeda dari kebanyakan bangsawan. Jika kau mempercayai perkataanku kau tidak akan menyesal."
Dengan bantuan Rudiv, Kafin membawa ibu dan kakak perempuannya pindah ke wilayah Bardev. Dia membeli sebuah rumah dengan uang tabungannya selama dia menjadi ksatria Kediaman Duke Baldwin, dan hingga sekarang dia dan ibu serta kakaknya masih bertempat tinggal di rumah itu.
Kafin bisa menjadi instruktor putra dari Count Bardev berkat rekomendasi yang dibuat oleh Rudiv kepada Hadden. Kafin waktu itu baru tau kalau Rudiv ternyata memegang posisi yang cukup tinggi. Seorang komandan pasukan ksatria Bardev. Saat itu Kafin terlalu terkejut hingga dia selama beberapa saat kehilangan kemampuannya untuk membuat suara apapun meskipun Rudiv telah menggoyang-goyangkan kedua bahunya.
Kafin mendapatkan peran instruktor seorang putra bangsawan itu berkat orang dalam. Harus dia katakan kalau itu adalah sebuah jalur yang cukup curang. Tapi dia tidak bisa menyangkal kalau dia membutuhkan pekerjaan itu. Menjadi seorang instruktor seorang putra bangsawan membuatnya mendapatkan tawaran sejumlah uang yang besarannya tidak bisa dia remehkan.
Di saat waktu itu dia sedang dilanda dilema moral, Rudiv muncul memberitahunya bahwa sang Count ingin dia datang menemuinya.
Waktu itu Kafin bersama dengan Rudiv datang langsung ke ruang kerja Hadden dan di sana Hadden secara langsung menyambutnya dan mempersilahkannya untuk duduk di salah satu dari kedua bangku yang sudah ada di depan mejanya.
Waktu itu Hadden bicara bahwa dia sudah tau apa yang terjadi dari Rudiv dan dia menerima rekomendasinya. Dia tidak mempermasalahkan kemungkinan-kemungkinan kendala yang sudah disebutkan oleh Rudiv dan Hadden berkata bahwa dia menerima Kafin untuk menjadi instruktor Danial. Berkat kemurahan hati itu dia memperoleh penghasilan yang cukup untuk menghidupi ibu dan kakaknya dari menjadi instruktor berpedang Tuan Muda Danial Bardev dan dia diberikan keleluasaan untuk menetapkan hari libur kepada sang tuan muda jika memang kehadirannya sedang dibutuhkan di rumah oleh ibunya.
Di beberapa waktu yang acak kakaknya bisa tiba-tiba menjadi histeris dan ketika itu terjadi Kafin harus ada memelukinya sampai dia tertidur. Di luar momen-momen yang tidak bisa diperkirakan kapan akan kambuhnya itu ibunya bisa mengawasi kakaknya itu sendiri. Tapi ketika kakaknya sedang menjadi histeris, yang bisa menenangkannya hanyalah Kafin.
Mempertimbangkan pada akhirnya akan tiba waktu dimana Danial sudah tidak membutuhkannya lagi menjadi instruktornya, Kafin mencoba menyisihkan hasil bayaran yang dia terima untuk memanifestasi suatu sumber pendapatan lain. Dia memunculkan dirinya di depan anak-anak kisaran umur dua belas sampai lima belas tahun, membuat kesan dari seorang orang dewasa yang bisa membuat anak-anak itu memiliki pengalaman bekerja, lalu dia membuat anak-anak itu yang bekerja untuknya sembari dia membuat mereka menerima insentif dan membuat mereka merasa berbangga diri karena sudah bisa memiliki uang saku mereka sendiri.
Itu yang sedang dia kerjakan dalam persiapannya jika sampai dia harus kehilangan sumber pendapatannya dari menjadi seorang instruktor berpedang. Dia juga tidak merasa dirinya pantas untuk semacam bertanya pada Count Hadden atau Rudiv apakah akan ada pekerjaan lepas lain yang bisa dia lakukan. Dia sudah merasa dirinya tidak pernah mempunyai hak untuk mendapatkan peran instruktor Tuan Muda Danial itu dia tidak ingin menambah ketidakberkhakkannya yang lain.
Dirinya saat ini tengah ada di kota berkeinginan untuk berbelanja untuk kebutuhan makanan ibu dan kakaknya. Di saat dia baru saja menyapa penjual bahan makanan yang ingin dia beli dan tengah memilih-milih yang mana yang akan dia kantongi, di situ dia melihat sefigur gadis yang tengah dibuat kerepotan oleh sekelompok anak kecil yang membuat tunjukan-tunjukan jari telunjuk ke arahnya. Lokasinya cukup jauh dan berada di daerah yang jarang dikunjungi orang. Kafin tidak tau apa sebenarnya yang diributkan anak-anak itu. Tapi dia sadari gadis itu mengenakan jubah yang menutupi setiap bagian dari penampilannya. Dia rasa itu sudah cukup untuk menjadi alasan sekelompok anak dengan perkiraan umur kisaran umur lima sampai enam tahun itu menyangkutkan perhatian mereka padanya.
"Aku butuh pergi sebentar." Dia meletakkan kembali tomat yang sebelumnya sudah dia niatkan untuk beli, bergerak melangkahkan kakinya untuk mendekati sekelompok anak dan figur gadis itu. Membuat bingung si penjual dan menjadikannya menggunakan matanya untuk mengekori kemana perginya Kafin dari tempatnya.
Semakin dia mendekat semakin dia mampu mendengar beberapa ucapan yang saling tertukar di antara si gadis dan sekelompok anak kecil yang hanya berisikan empat orang itu.
"Aku tidak mencuri apapun! Kalian juga pergi bermain saja! Kenapa kalian malah mengganggui orang dewasa sepertiku??"
"Kakakku masih lebih tua darimu dan dia tidak sepertmu! Kau masih belum termasuk orang dewasa!" Salah satu dari anak kecil itu berseru.
"Jangan lari! Ibuku memberitahuku kalau aku melihat pencuri aku harus membawa orang itu padanya!" Yang satu lagi gantian berseru.
Kafin mendekati mereka dan menunjukkan keberadaannya. "Kalian sedang apa?"
Keempat anak itu menoleh ke arahnya. Ekspresi wajah menunjukkan keterkejutan.
""""Paman Kafin!!"""" Keempatnya bersamaan berseru lalu berubah berlari ke arahnya.
"Aku tau Paman! Kakakku memberitahuku tentangmu!"
Kafin memandangi rupa wajah kesetiap dari keempat wajah anak-anak itu. Tidak ada satupun yang dia kenali. "Kakak itu kenalanku. Kalian pergi bermainlah."
"Ehh??? Sungguh??" Mereka sama-sama memelas tidak terima.
Tapi Kafin menepuk-nepuk kepala mereka dan akhirnya dengan tidak rela mereka pergi seperti yang dia bilang.
Dia mulai menghampiri sang gadis dengan jubah itu. "Nona. Apakah kau bukan dari sini? Apa yang membuatmu harus menyembunyikan penampilanmu?"
Gadis dengan jubah itu mempertahankan posisi tudungnya dengan kedua tangannya. Dari gestur itu, Kafin bisa tau kalau yang paling ingin disembunyikannya adalah area kepalanya.
"Terimakasih sudah membantuku dengan anak-anak bocah itu. Tapi aku akan pergi sekarang. Aku tidak akan menjawabmu." Gadis itu bicara.
"Aku perlu tau apakah kau seseorang yang perlu dicurigai atau tidak. Barangkali kau imigran gelap?" Kafin membalas datar.
Gadis itu menggerutu. "Jika kubilang aku tau Tuan Muda Bardev, akankah kau membiarkanku pergi?"
Sebelah alis Kafin terangkat. "Tuan Muda Bardev yang mana yang kau maksud?"
"Tuan Muda Valias Bardev." Gadis itu menjawab. "Aku akan bekerja untuknya tidak lama lagi. Ada alasan kenapa aku harus menyembunyikan siapa diriku. Jika kau menghormati bangsawan yang memimpin wilayah tempat tinggalmu bukankah kau akan membiarkanku pergi tanpa harus menunjukkan siapa diriku?"
Kafin terhenyak. Mungkinkah itu? Dia membuat satu kakinya membuat satu langkah ke belakang tanpa sadar.
"Sepertinya aku mengerti. Kau bisa kembali pergi untuk urusanmu, Nona." Dia dengan singkat merendahkan kepalanya sedikit lalu berbalik pergi.
Dia bisa merasakan gadis itu pergi melangkahkan kakinya namun dia tidak memeriksanya sama sekali. Dia membatasi dirinya dari apa yang memang menurutnya sesuatu yang memang dia tidak seharusnya perlu ketahui.
Gadis itu sebenarnya adalah Pralta. Yang menyembunyikan penampilannya, terutama rambut berwarna pirang pucat dan telinga elf nya. Dia kembali ke tempat tinggal para manusia, karena kesuntukannya di rumah. Tidak menyangka kalau dia baru saja membuat Kafin memiliki sebuah kesalahpahaman tentang Valias.
Tapi Valias juga tidak akan menyadari adanya kesalahpahaman itu sekalipun Kafin benar-benar sudah membuat sebuah dugaan yang aneh tentangnya. Karena perhatian Valias pasti sudah lebih dulu tersita oleh orang-orang yang bergantung padanya.
Di waktu malam setelah jam makan malam berakhir di hari yang sama dengan hari itu, dua figur penting sebuah kelompok yang hidup dalam persembunyian itu hadir bersama rekan-rekan mereka menemui sang calon raja dan juga sang putra bangsawan kepercayaannya.
Mereka akan memberitahukan kebersediaan mereka untuk bekerja untuk sang raja Hayden.
"Kami sepakat untuk bekerja dalam unit yang ingin kau buat itu, Yang Mulia."
Radja berujar dengan senyum lebar.
29 - 30 Efra, 1768
07/10/2023 13.33 2235
_______________
Motivasi nulis cfym:
• Vetra punya momen bersinar
• Hayden jadi kerajaan paling kuat di benua Reiss (kayak Roan)
• Valias mati
Yoggu's a/n: Markuis Sera ini, aku ada berdasar pada Jiang Cheng. Yang tau, berarti tau, yang gak tau, gak usah searching. Mungkin emang sebaiknya gak tau 乁| ・ 〰 ・ |ㄏ( ⚠️ berpeluang untuk memunculkan unsur 18+ jika disearching)
Ini lah Jiang Cheng untuk yang gak tau
a/n: kalo lagi mampet ya baiknya coba pindah ke projek lain. Tapi alam bawah sadar aku selalu ngebawa aku kembali ke CFYM dan CFYM lagi. Karena CFYM emang sebenarnya yang paling gampang dibangun (dan emang udah comfort zone nya aku. Karena ada Valias<3 ). Aku udah punya segala basicnya dari semua referensi-referensi itu. Kendalanya cuman; 'setelah chapter sebelumnya, baiknya chapter ini diisi apa dan dimulai dari mana'. Otak aku overwork dan ngebul (◡ ω ◡)
Aku ngebayangin.... Carla masih hidup, terus gimana kalau dia tinggal di kediaman Bardev bareng Ruri. Aku ngebayangin kompleksitas dan drama angst satu suami dua istri itu//plak
Kalo Ruri punya manhwa nya sendiri dedicated to her pov kayaknya menarik deh. Cuma dibikinnya Carla masih hidup terus Hadden buat tinggal bareng mereka. Turn out nya bakal kayak manhwa manhwa ala sinetron itu kan. Kali aja bakal jadi kayak Ayat-Ayat Cinta (yang kutau itu doang)
Tapi misal kayak gitu, Vidor pasti bakal ketawa-ketawa. Hadden yang kayak polos lugu banget, justru malah punya istri dua. AHAHAHAHAHA
Kalo ada yang bertanya-tanya 'kenapa Hadden nikah sama Ruri', take a guess. Alasannya gak ribet kok. Masih tipikal. Jadi silahkan membuat spekulasi sendiri ( ꈍᴗꈍ)
Fact: aku berusaha ngerjain bab ini dari tanggal 30 september