After Sunset

By lexjulia

6.1K 3 0

Sequel cerita dari "Namaku Maira" yang aku tulis di noveltoon. Cerita kali ini adalah tentang sudut pandang d... More

1 [Frame]
2 [Sunflower]
3 [Wind]
4 [Summer]
5 [Shrivel]
6 [Summer End]
7 [Chance]
8 [Deleted]
9 [Black Rose]
10 [Is It]
11 [Her]
12 [Red Lips]
14 [First]
15 [Second]
16 [Third]
17 [Mine]
18 [Forgotten]
19 [Sweet of her]
20 [Care]
21 [Just Began]
22 [After Birthday]
23 [The Night]
24 [Promises]
25 [Dina]
26 [Her Smile]
27 [Happiest Day]
28 [Zahra]
29 [Tea Time]
30 [Signature]
31 [Silly Student]
32 [Telenovela]
33 [Graduated]
34 [Declined]
35 [Kids]
36 [Celebration]
37 [Growth]
38 [End Of Moment]
39 [Fallen Tree]
40 [Before Everything]
41 [Candlelight]
42 [Fairless]
43 [Betrayal]

13 [Begin]

174 0 0
By lexjulia

Perjumpaan dimas dengan maira yang tidak lebih dari separuh malam, ternyata menyisakan bekas yang terlalu pekat di hati dimas.

"Arrggghhhh", teriak dimas sambil menjambak rambutnya.

Mahasiswa yang kebetulan ada di paviliun studio bersama dimas, langsung melihat ke arah dimas. Hanya sekilas, lalu kembali ke kesibukan mereka masing-masing.

Teriakan seperti yang dimas lontarkan, bukanlah hal yang baru, yang terdengar di studio mahasiswa arsitek.

"Kenapa dim", tanya kiara, salah satu asisten dosen yang kebetulan ada di paviliun studio.

"Nggak bisa konsen kak", jawab dimas pada seniornya.

"Oh, kirain ngulang lagi", jawab kiara dengan acuh.

Kiara langsung kembali ke mejanya, untuk mengecek ulang portofolio milik mahasiswa semester dua. Sementara dimas kembali melihat laptopnya, dan mengulang pekerjaannya, karena dia berulang kali salah menghitung komposisi design yang dia kerjakan.

Tak sampai dua detik, dimas langsung meraih handphone milikinya, begitu dia mendengar ada pesan masuk. Wajahnya kecewa, karena pesan yang masuk berasal dari nomer zahra, bukan pesan yang ia tunggu.

Bayangan maira di bosche malam itu, enggan lepas dari benak dimas meski sudah dua minggu berlalu, dan hal itu sangat menyiksa dimas. Setiap dimas memejamkan mata, benak dimas langsung memutar wajah maira dan tubuh seksinya.

"Dim design bangunan tiga lantai punya kamu udah jadi", tanya gusta, teman satu angkatan dimas, pada dimas yang masih menjambak rambutnya dengan wajah yang ia tenggelamkan di depan laptop miliknya.

"Kalau udah aku minta copy refrensinya dong", pinta gusta meski dimas tidak menjawabnya.

"Udah jangan diganggu dulu gus, lagi galau dia", ujar rumi pada gusta.

Kegalauan dimas sangat beralasan, karena dimas sudah mencoba mendekati maira disela-sela kesibukan kuliahnya, melalui pesan yang dia kirim setiap pagi untuk maira.

Sekali dua kali, maira terkadang langsung menjawab, tapi seringnya pesan yang dimas kirim berakhir senin kamis. Pesan senin kamis yang dimas maksud adalah, senin dimas kirim sms, kamis baru maira balas. Kenyataannya memang maira hanya membalas pesan dimas sesekali, seringnya maira membalas pesan dimas setelah tiga hari.

Kedatangan rizal dengan wajah segar dan rapi di paviliun studio mahasiswa arsitek, membuat suasana mulai ramai, tapi rizal datang disertai dengan usahanya untuk mengomentari rambut dimas yang mulai memanjang, juga mengomentari wajah dimas yang mulai ditumbuhi kumis dan janggut.

"Hidup di hutan kamu dim", ejek rizal pada dimas.

Dimas tidak menjawab ejekan rizal, dan memilih pindah tempat duduk ke depan rizal, yang mulai mengeluarkan laptop dari tasnya.

"Zal", panggil dimas pada rizal.

"Hmmm", jawab rizal.

"Kamu pernah nggak dihantui sama pacar kamu", tanya dimas.

"Di hantui gimana", tanya rizal.

"Ya kamu mikirin dia terus", jawab dimas.

"Pernah", jawab rizal.

Dimas menjadi antusias untuk memulai konsultasinya dengan rizal.

"Sama pacar kamu yang mana zal", tanya dimas sebelum ia memulai ceritanya.

"Tugas dosen", jawab rizal sambil melirik dimas.

Dimas menjadi sangat kesal, karena tidak ditanggapi dengan serius oleh rizal.

"Cuma tugas dari dosen aja yang bisa hantuin aku sampai kebawa mimpi dim", jawab rizal santai.

Dimas kembali ke mejanya dengan wajah kesal, karena merasa sia-sia sudah berfikir rizal bisa membantunya. Rizal boleh dengan mudah menaklukan cewek manapun, tapi dimas yakin, rizal belum pernah merasakan deep love.

"Deep love", guman dimas dalam hati.

"Maira tuh suka ke club malam nggak mungkin aku naksir dia", teriak benak dimas pada dirinya sendiri.

"Tapi kamu kebayang dia terus dimas", bisik suara hati dimas.

"Kalau bukan karena kamu naksir maira terus karena apa dong", bisik otak dimas.

"Yah mungkin karena maira seksi aja", gumam dimas pada dirinya.

"Karin juga seksi, cantik lagi, tapi kamu nggak kebayang dia terus", ujar benak dimas.

"Maira jauh lebih seksi", gumam hati dimas.

"Bisa diem nggak", teriak dimas lirih pada dirinya sendiri.

"Apa dim", tanya rizal yang duduk dibelakang dimas.

"Apaan", tanya dimas sambil melirik rizal.

"Barusan kamu ngomong apa, nggak denger aku", ujar rizal.

"Siapa yang ngomong, aku dari tadi diem aja", jawab dimas acuh.

Rizal merasa heran, karena dia yakin mendengar dimas mengatakan sesuatu.
Rizal kemudian berfikir, kalau mungkin dia salah dengar, atau dia mulai mendengar hal yang nggak seharusnya dia dengar.
Rizal bergidik sambil mengelus lengannya, membayangkan kalau ada hantu yang mengawasinya.

"Rum besok sabtu agenda kemana", tanya dimas pada rumi, yang sudah terlihat duduk di depan dimas sambil bersiul.

"Kamu nggak baca group di social media", tanya rumi balik pada dimas.

"Enggak", jawab dimas singkat.

"Pergi ke taman budaya kita, mau nonton pentas anak theater dari kampus maya", jawab rumi.

"Tampil di gedungnya atau di tamannya", tanya rizal.

"Di gedungnya, tiketnya bayar dua puluh ribu", jawab rumi.

"Aku bukan anggota vario versa bisa ikut nggak", tanya rizal.

"Bisa bisa", jawab dimas.

Setelah pertemuannya dengan maira, dimas yang sebelumnya selalu memilih mengerjakan tugasnya di hari sabtu, mulai kembali aktif berkeliling jogja bersama rumi dan anggota vario versa lainnya.

Tujuannya jelas, untuk bisa kembali bertemu dengan sosok maira. Sabtu lalu juga dimas hadir, tapi sampai mereka berangkat dari GSP, hanya kiki, teman maira yang hadir, sementara maira absen.

Sabtu minggu ini, dimas memulai sore dengan mencukur kumis dan janggutnya, lalu pergi ke pangkas rambut yang ada di dekat rumah kosnya. Dimas hanya ingin berusaha terlihat lebih manis di hadapan maira, dan dimas tidak ingin maira melihat sosok zombie dirinya karena jarang tidur.

"Ayo jalan, rizal udah dibawah tuh", ajak rumi pada dimas pukul delapan malam.

Dimas menyempatkan diri menyemprotkan parfume ke kaosnya, lalu berjalan mengikuti rumi.

"Wangi amat, parfum satu botol kamu tumpahin semua ya dim", tanya rumi yang mencium wewangian yang sangat berlebihan dari dimas.

"Enggak, cuma dikit kok", jawab dimas dengan acuh meski hatinya berbunga.

Rasa benci dimas pada maira yang selama beberapa hari terakhir meluap, terhapus oleh sebuah kesempatan untuk kembali bisa bertemu dengan maira.Hanya rasa bahagia yang coba dimas pupuk sepanjang perjalanan menuju komplek UGM.

Sampai di GSP, beberapa anggota aktif sudah terlihat hadir, dimas lalu melihat sekeliling, mencari sosok yang sudah menghantuinya sejak pertama mereka bertemu.

Dimas tidak menemukan maira, tapi wajah kecewa dimas kembali cerah saat melihat motor vario pink berjalan dari kejauhan ke arah dimas. Dari jauh, dimas melihat siluet dua cewek yang mengendarai motor tersebut.

"Kamu boncengan sama adit ya", bisik dimas pada rizal.

"Oke", jawab rizal.

Jantung dimas mulai berdegup saat motor vario pink yang dia lihat semakin dekat dan semakin mendekat. Dimas melihat kiki, teman maira yang mengendarai motor vario berwarna pink tersebut. Penumpang belakang kemudian turun dan melepaskan helmnya. Wajah susi yang dimas lihat, kekecewaan di wajah dimas, tidak bisa ia sembunyikan, dan kebenciannya untuk maira kembali muncul di permukaan.

"Tumben bareng susi ki", tanya fian pada kiki.

"Iya tadi kita dari kampus dulu", jawab kiki.

"Yaudah, jalan yuk, biar nggak telat", ajak susi pada semua anggota vario versa.

"Emang udah dateng semua", tanya dimas sambil menuliskan pesan di handphonenya.

"Udah kok", jawab rumi sambil menghitung jumlah anggotanya.

"Maira nggak ikut lagi ki", tanya ferdi pada kiki.

Sudut bibir dimas langsung tertarik, karena ada yang mewakili pertanyaan yang sudah mengendap di benaknya.

"Nggak dibolehin sama nenek katanya", jawab kiki.

"Emang neneknya galak ya", tanya fian pada kiki.

"Enggak, mager aja kali dia, palingan juga lagi makan cemilan sambil nonton telenovela sama neneknya", jawab kiki sambil memakai helmnya kembali.

Dimas menyembunyikan tawanya saat ia mendengar jawaban kiki.

"Zal, mau kemana kamu, kamu boncengan sama aku", teriak dimas pada rizal.

"Tadi, katanya sama adit", protes rizal.

"Kata siapa, adit tuh pasangannya susi", jawab dimas, sambil menyerahkan helm pada rizal.

Rizal mengambil helm dari tangan dimas, sambil melirik dimas dengan wajah kesal. Meski begitu rizal tetap ceria meski dimas membawa motornya dengan sedikit ugal-ugalan. Sampai di depan gedung kesenian yang ada di komplek taman budaya, maya sudah menunggu mereka di pintu masuk.

"Nih tiketnya", ujar maya sambil memberikan tiket pentas seni theater dari kampusnya pada rumi.

"Aku aja yang bagiin", ujar dimas setelah merebut tiket untuk anggota vario versa dari tangan rumi.

Dimas kemudian membagikan tiket satu persatu, dan masuk paling terakhir bersama rizal.

"Kamu yang duduk disampingku", tanya kiki pada dimas dengan muka bosan.

"Iya, nih kalau nggak percaya", jawab dimas sambil memperlihatkan nomer kursinya pada kiki.

"Kamu nggak pakai motor sendiri ki kesini", tanya dimas basa basi setelah ia duduk.

"Motorku itu", jawab kiki dengan sewot.

"Kamu kenapa sewot sama aku, naksir sama aku", tanya dimas sambil menatap kiki.

"Dih, kepedean banget dah", ujar kiki sambil tertawa.

"Sorry sold out", ujar kiki lagi dengan bangganya.

"Ohhh", jawab dimas.

"Kirain aku vario pink itu motor temen kamu", ujar dimas lagi.

"Bukan, punya maira warnanya hitam", jawab kiki sambil mempertegas pada dimas, kalau vario pink memang mutlak motornya.

"Kenapa, dia nggak suka warna pink", tanya dimas dengan acuh.

"Suka banget, tapi nggak dibolehin pilih yang warna pink sama kakaknya", jawab kiki.

Dimas tidak bertanya lagi pada kiki, karena lampu gedung kesenian mulai diredupkan, menandakan bahwa pementasan akan segera dimulai.

Informasi mengenai maira yang punya kakak, dan suka warna pink, sudah cukup bagi dimas untuk merasa senang di sabtu malamnya.

***
 

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 38.8K 31
Diana is an 18 year old girl about to start her senior year until she bumps into a woman at the bookstore who has quite the personality. The woman ta...
765K 108K 39
Yaduvanshi Series #3 it is a book under yaduvanshi series. But it could be read as standalone too. Nitya Raghavendra is a telugu businesswoman earnin...
794K 80K 55
3 lives got entangled due to the twisted Destiny...... Vidyut Rajvanshi married his college sweetheart Sanjana and was leading a happy life ......bot...
852K 8.4K 68
𝐢𝐧𝐜𝐥𝐮𝐝𝐞𝐬 𝐚𝐥𝐥 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐛𝐨𝐲𝐬 ✦ .  ⁺   . ✦ .  ⁺   . ✦ don't forget to vote, share and comment. 🤍