After Sunset

By lexjulia

6.1K 3 0

Sequel cerita dari "Namaku Maira" yang aku tulis di noveltoon. Cerita kali ini adalah tentang sudut pandang d... More

1 [Frame]
2 [Sunflower]
3 [Wind]
4 [Summer]
5 [Shrivel]
6 [Summer End]
7 [Chance]
8 [Deleted]
9 [Black Rose]
10 [Is It]
11 [Her]
13 [Begin]
14 [First]
15 [Second]
16 [Third]
17 [Mine]
18 [Forgotten]
19 [Sweet of her]
20 [Care]
21 [Just Began]
22 [After Birthday]
23 [The Night]
24 [Promises]
25 [Dina]
26 [Her Smile]
27 [Happiest Day]
28 [Zahra]
29 [Tea Time]
30 [Signature]
31 [Silly Student]
32 [Telenovela]
33 [Graduated]
34 [Declined]
35 [Kids]
36 [Celebration]
37 [Growth]
38 [End Of Moment]
39 [Fallen Tree]
40 [Before Everything]
41 [Candlelight]
42 [Fairless]
43 [Betrayal]

12 [Red Lips]

210 0 0
By lexjulia

Karin lalu menampar pipi dimas, dan berjalan meninggalkan dimas yang terkejut. Sambil mengusap pipinya, dimas kembali masuk ke dalam paviliun, diiringi ledekan yang terlihat jelas dari tatapan teman-temannya.

"Sakit nggak", tanya rizal pada dimas yang melihat dimas di tampar oleh karin.

Dimas hanya diam dan kembali duduk di depan laptopnya, sambil terus mengelus pipinya yang panas.

"Kamu deketin karin itu cuma untuk seneng-seneng aja", tanya rumi pada dimas.

"Aku temen aja sama dia, mana pernah aku deketin dia", jawab dimas masih sambil memegang pipinya yang terasa panas.

Bagi karin, setiap dimas merangkulnya adalah wujud rayuan yang dimas pamerkan. Satu botol minuman yang selalu dimas belikan untuk karin setiap mereka ke club malam, adalah harapan yang menurut karin, dimas berikan untuknya. Sementara bagi dimas, keduanya hanyalah wujud kasih yang dimas miliki untuk pertemanan mereka.

Semenjak hari itu, karin tidak pernah lagi mengundang dimas untuk hangout dengannya. Dimas juga tak sering lagi berjumpa dengan karin di kampus, dan sekalinya mereka berjumpa di kampus, karin bersikap seperti tak pernah mengenal dimas. Sikap karin yang berubah secara drastis, membuat dimas mengambil keputusan untuk menepikan kebutuhan asmara di hidupnya, dan hanya fokus pada kuliahnya.

Kesibukan tiada henti sebagai mahasiswa arsitek yang dimas jalani, tanpa terasa akhirnya memasuki semester enam.
Libur panjang semester lima juga telah usai, dan membawa dimas untuk kembali fokus dengan seluruh tugas kuliahnya. Semester enam dimulai, dan menjadi tanda hampir berakhirnya tahun ketiga bagi dimas di kampus.

"Komputer kamu terkoneksi sama laptop dim", tanya rizal pada dimas.

"Iya, aku minta tolong kakak iparku yang jago IT", jawab dimas dengan santai.

"Laptopku juga dong dim, tolong di koneksiin sama komputer, jadi laptop nggak berat nyimpan data render", pinta rizal.

"Aku nggak bisa zal, kamu minta tolong anak IT kampus aja", jawab dimas.

Handphone dimas bergetar, dan yang menelvonnya adalah zahra. Dimas hanya melihat dan membuang nafasnya, karena dia enggan untuk menjawab telvon dari zahra.

"Pacar baru", tanya rizal pada dimas.

"Bukan", jawab dimas.

Selain karin, dimas memang dekat dengan salah satu karyawan maminya, namanya zahra, tapi dimas ragu akan hatinya untuk zahra.

Zahra baik padanya, perhatian padanya, zahra juga sudah lama menjadi bagian dari keluarga toko milik maminya. Hanya saja, tidak ada satupun dari keluarganya yang mendukung dimas untuk memulai hubungan dengan zahra.

Setelah membuang nafasnya yang terasa berat, tatapan dimas bertemu dengan kondisi rizal yang terlihat damai. Dimas akhirnya memutuskan untuk berkonsultasi dengan rizal, akan situasinya dengan zahra. Menurut dirinya dan rumi, rizal adalah pakar cinta untuk mereka, karena dia selalu dengan mudah menaklukkan hati perempuan yang dia pacari.

"Jadi gini zal, waktu aku putus sama mantanku SMA, nih cewek tuh dampingi aku, nasehatin aku, terus bikin aku cepet move on, masalahnya, lama-lama aku jadi nyaman sama nih cewek, tapi aku ragu mau pacarin dia atau enggak", ujar dimas memulai curhatnya.

"Jadi kamu ngerasa nyaman aja, bukan karena suka", tanya rizal tanpa menatap dimas.

"Suka juga sih", jawab dimas dengan raut ragu.

"Kamu suka kangen nggak sama dia, atau deg-degan gitu kalau ketemu", tanya rizal.

"Enggak, biasa aja", jawab dimas.

"Kalau kamu pacarin tuh cewek yang kamu sendiri ragu suka atau nggak, paling cuma tahan tiga bulan, terus putus", jawab rizal dengan acuh.

"Aku kasihan zal sama dia, dia juga udah baik banget sama aku, sabar lagi", ujar dimas.

"Jangan pernah pacarin cewek karena kasihan dim, kedepannya nggak akan bagus, endingnya kalian cuma akan saling benci satu sama lain", nasehat rizal pada dimas dengan tatapan yang tetap fokus akan design di laptopnya.

Dimas memahami ucapan rizal, dan berkesimpulan, bahwa yang dia rasakan adalah rasa sayang yang didasari karena rasa kasihan, bukan rasa sayang karena dimas cinta padanya.

Mungkin background masa lalu zahra yang membuat dimas iba padanya. Belum lagi keluarganya yang selalu meminta zahra untuk mendukung keuangan mereka, hal itu membuat dimas ingin melindungi zahra.

Semua pemikiran tentang zahra dibenaknya coba dimas halau dan kembali memperbaiki  tugas struktur bangunan perumahan miliknya yang tak kunjung selesai.

"Ada anggota baru dim di vario versa, mahasiswa tahun pertama dim, cakep-cakep", ujar rumi yang masih menyusun maket dibelakang dimas.

"Cewek", tanya dimas.

"Cewek dua, cowok satu", jawab rumi sambil tersenyum pada dimas.

"Oke deh, sabtu besok aku ikut kumpul, mau lihat anggota baru, secantik apa sih", jawab dimas tanpa antusias.

(^_^)

Sabtu malam, sesuai ucapan dimas, dirinya, dan kedua temannya, rumi juga adit, berangkat dari kos mereka pukul 07.45 malam menuju komplek UGM.

Begitu mereka sampai didepan GSP, dimas langsung di perkenalkan dengan ferdi, anggota baru di geng mereka.

"Dimas ini udah lama gabung, tapi jarang ikut kumpul", ujar rumi pada ferdi.

Dimas tersenyum pada ferdi, dan menyalami susi yang sudah dia kenal sebelumnya.

"Kemana aja dim, nggak pernah ikut kumpul", tanya susi.

"Nugas, biasa anak rajin, lembur di studio", jawab dimas dengan santai.

"Kemana kita malam ini", tanya maya pada anggota lainnya.

"Imogiri aja gimana, ke bukit bintang", jawab dimas.

"Oke, fais belum pernah kesana, aku sih ayo aja", jawab maya.

"Mana nih cewek anggota barunya, kok belum dateng", ujar dimas.

Baru saja dimas menutup mulutnya, honda vario berwarna pink, datang ke arah mereka, lalu parkir di depan mereka. Dua cewek, yang satu memakai jaket jeans, dan satunya memakai sweter coklat, turun dari motor. Mereka menghampiri rumi dan yang lainnya, lalu rumi memperkenalkan keduanya pada dimas.

Cewek dengan sweter coklat berambut pendek bernama kiki, yang satunya, yang tingginya hanya sepundak dimas, bernama maira. Dimas berusaha menipu dirinya, kalau senyum maira saat menjabat tangannya, tidak membuatnya terpikat.

"Ra gelang kamu lucu banget beli dimana", ujar susi sambil menatap lingkar tangan maira.

"Di amplaz sus", jawab maira sambil tersenyum.

Setelah basa basi singkat, seluruh rombongan langsung berangkat ke imogiri.
Dimas membawa motornya sendiri, karena biasanya dia berboncengan dengan rumi, tapi spot dimas di jok belakang rumi, sudah terisi oleh kiki, dan cewek yang bernama maira, lebih memilih untuk pergi dengan ferdi. Dimas sedikit kecewa karena dari keduanya, tidak ada yang tertarik untuk pergi dengan dimas, terutama maira.

Sampai di bukit bintang, sesekali dimas mencuri pandang pada maira, dan tersenyum kecil, saat melihat maira tertawa tapi seluruh matanya tertutup.

Secara visual, maira bukanlah tipe cewek yang dimas sukai, tapi senyum maira membuat dimas penasaran. Sayangnya rasa penasaran dimas hanya sesaat karena maira mengatakan dia akan pergi ke bosche setelah dari bukit bintang. Dimas tidak menyukai cewek yang suka pergi ke club malam, tapi dimas menyetujui ajakan rumi untuk ke bosche, karena dimas enggan kembali ke paviliun kampus tanpa rumi.

"Ra kamu sama dimas ya", pinta rumi pada maira.

Dimas hanya tersenyum sinis, saat melihat maira terlihat ragu untuk berboncengan dengannya.

"Siapa juga yang mau boncengin kamu", maki dimas dalam hati.

Di perjalanan, dimas hanya diam, karena kesan pertamanya pada maira sudah tidak bagus, tapi saat maira menjawab pertanyaannya, dan payudara maira menyentuh punggung dimas, hasrat dimas langsung menyala. Hasrat dimas memang hanya menyala sebesar api lilin, tapi hal itu dengan mudah membuat dimas kehilangan konsentrasinya.

Begitu sampai bosche, hasrat yang dimas miliki, langsung di padamkan oleh maira dengan senyum yang maira paksakan untuk dimas. Mereka kemudian masuk ke dalam bosche, dan dimas membayar meja yang masih kosong yang ada di sebelah bar, sementara kiki dan maira berjalan ke arah toilet.

"Mau minum apa kalian", tanya rumi pada maira dan kiki yang sudah kembali ke meja mereka.

"Aku jus aja, bebas jus apa aja, maira juga", jawab kiki.

"Kalian nggak minum alkohol", tanya rumi.

"Enggak", jawab kiki sambil tersenyum.

Maira kemudian membuka tasnya, dan mengulurkan uang pada rumi sambil tersenyum.

"Santai", jawab rumi menolak uang dari maira.

Dimas yang hanya terdiam, ternyata sedang mengunci tatapannya pada sosok maira yang baru duduk di depannya selama dua menit. Saat maira mengembalikan rambutnya yang menjuntai dari depan ke belakang, wajah maira terlihat sangat jelas. Hal itu memberi kesempatan pada dimas untuk semakin terpukau pada sosok maira.

Kali ini dimas tidak bisa menipu dirinya lagi, kalau hatinya perlahan mulai berdebar dan debaran di hati dimas semakin intens, saat maira tersenyum padanya. Wajah sederhana yang sebelumnya maira pamerkan, berubah menjadi wajah cantik yang memukau.

"Kalian sering kesini ya", tanya rumi pada kiki dan juga maira yang terlihat santai tanpa rasa gugup.

"Sering sih enggak, kalau lagi pengen aja", jawab kiki pada rumi.

Saat di bukit bintang, maira terlihat manis dan imut bagi dimas, tapi begitu cahaya lampu bosche menyororti maira, maira terlihat cantik dan juga sangat seksi di mata dimas. Mata maira yang lebar dengan sedikit riasan sederhana, membuat maira bisa memikat siapapun dengan mudah, terutama dimas, yang masih menatapnya selama delapan menit terakhir.

Wajah kecil maira, serta bibirnya yang berwarna merah dan penuh, mulai membuat dimas goyah akan sumpahnya. Dress coklat selutut yang maira kenakan, dengan potongan di lengan, serta garis v di dadanya, menambah keseksian maira di mata dimas. Dimas juga bisa melihat sekilas payudara maira yang montok dan menyembul.

Apa yang maira bicarakan dengan kiki, dimas tidak mendengarnya, karena tatapan dimas hanya fokus pada bibir maira. Gejolak hasrat yang memenuhi otak dimas, dimas pancarkan dengan tegas melalui matanya saat menatap bibir maira yang sedang berbicara. Bagi dimas, bibir maira terlihat seperti anggur lezat yang dimas ingin lumat habis saat itu juga.

"Turun yuk ra", ajak kiki, dan keduanya langsung berdiri.

Wajah cantik itu menatap dimas, dan tersenyum pada dimas, lalu sedetik kemudian, dia menghilang dari tatapan dimas. Dimas langsung menghembuskan nafasnya saat melihat maira berjalan turun ke lantai dansa. Setidaknya dimas bisa terbebas sejenak dari hasratnya yang menggebu.

Namun tak berselang lama, maira memberi tontonan baru bagi dimas. Bibir seksi maira, juga payudaranya yang penuh, mengikuti tubuh maira yang meliuk bersama irama musik dari panggung, dan yang maira lakukan membuat willy terbangun tanpa komando.

Detik selanjutnya, benak dimas hanya terisi dengan maira yang meliukkan tubuhnya, dibawah cahaya lampu yang hanya menyoroti maira, kemudian membuat sekeliling maira menjadi gelap. Lagu more than words dari extreme, mulai beralun di benak dimas, mengiringi dimas, menikmati pemandangan seksi di depannya. Tubuh seksi, bibir menggoda, dan mata indah maira, mengobarkan hasrat yang dimas miliki sebagai pria dewasa.

"Dim", panggil rumi.

Tepukan tangan rumi di pundak dimas, yang akhirnya membuat dimas kembali mendengar alunan musik yang DJ mainkan di panggung.

"Ikut turun nggak", tanya rumi pada dimas.

Dimas hanya tersenyum pada rumi, dan menggelengkan kepalanya. Dimas kemudian menutup wajah dengan kedua tangannya, lalu menampar pipinya dengan halus, untuk sadar, kalau dia bersumpah, tidak akan mamacari cewek yang suka ke club malam, dan maira adalah salah satunya.

Dimas menghentikan tatapannya untuk maira, lalu berdiri menuju bar, karena dia butuh minuman yang keras untuk membuat willy kembali normal.

Ini adalah kali pertama bagi dimas merasakan ikatan secara seksual dengan seorang perempuan, dan hal itu membuat dimas sedikit terkejut.

"Ice tea aja", ucap dimas pada bartender, karena dia ingat masih harus mengantar maira pulang.

Saat dimas kembali ke tempat duduknya, dimas melihat tangan maira sudah ada di pundak seorang pria asing, dan hal itu membuat amarah dimas mulai menyala.
Dimas berusaha menguasai amarahnya, dan kembali melihat tawa maira serta liuk tubuhnya, yang maira pamerkan pada pria yang menaruh tangannya di pinggang maira.

Pemandangan yang dimas lihat, membuat dimas langsung membenci maira dan pria yang bersama maira seketika itu juga.

"Persetan dengan sumpah yang pernah aku ucapkan, tolong tuhan aku mau dia", gumam dimas lirih dalam amarahnya.

**
 

Continue Reading

You'll Also Like

5.4K 888 26
Not Edited Discover the electrifying tale of Maryam Abu Bakr, an elegant lady who wishes for nothing but to earn a job in a bank. she is presented w...
4.8K 467 9
The Blue Eyes is a story of a girl who was a pious Muslim. This is the story of a girl whose life,after a tragic,was completely changed. This is the...
3.3M 190K 77
Nobody ever loved him; she was the first who loved him. He did not have a family and then one day she entered into his life and became a world for h...
7.5K 571 13
2: Four drinks Four life โ— แž—แžถแž–แžแžปแžŸแž”แŸ’แž›แŸ‚แž€แž‚แŸ’แž“แžถแžšแž”แžŸแŸ‹แž˜แž“แžปแžŸแŸ’แžŸแž˜แŸ’แž“แžถแž€แŸ‹แŸ—แž‡แžถแž…แŸ†แžŽแžปแž…แž–แžทแžŸแŸแžŸ! แž”แžพแž˜แžทแž“แžŸแžถแž€แž˜แžทแž“แžŠแžนแž„! แž แžพแž™แž‡แžธแžœแžทแžแž€แŸแžŠแžผแž…แž‚แŸ’แž“แžถ! แž…แžผแž›แž’แŸ’แžœแžพแž“แžผแžœแžขแŸ’แžœแžธแžŠแŸ‚แž›แžขแŸ’แž“แž€แž…แž„แŸ‹แž‘แŸ„แŸ‡แž˜แžทแž“แžŠแžนแž„แž–แžธแžœแžถแž€แŸแžŠแŸ„...