After Sunset

By lexjulia

6.1K 3 0

Sequel cerita dari "Namaku Maira" yang aku tulis di noveltoon. Cerita kali ini adalah tentang sudut pandang d... More

1 [Frame]
2 [Sunflower]
3 [Wind]
4 [Summer]
6 [Summer End]
7 [Chance]
8 [Deleted]
9 [Black Rose]
10 [Is It]
11 [Her]
12 [Red Lips]
13 [Begin]
14 [First]
15 [Second]
16 [Third]
17 [Mine]
18 [Forgotten]
19 [Sweet of her]
20 [Care]
21 [Just Began]
22 [After Birthday]
23 [The Night]
24 [Promises]
25 [Dina]
26 [Her Smile]
27 [Happiest Day]
28 [Zahra]
29 [Tea Time]
30 [Signature]
31 [Silly Student]
32 [Telenovela]
33 [Graduated]
34 [Declined]
35 [Kids]
36 [Celebration]
37 [Growth]
38 [End Of Moment]
39 [Fallen Tree]
40 [Before Everything]
41 [Candlelight]
42 [Fairless]
43 [Betrayal]

5 [Shrivel]

176 0 0
By lexjulia

"Dimass", seru raka dengan suara baritonya begitu dia keluar dari arah kitchen.

Dimas yang masih mendengar cerita rendra soal anak-anaknya, langsung berdiri dan memeluk raka. Sementara rendra yang baru bertemu raka dua hari lalu, hanya mengangkat cangkirnya untuk raka.

"Kamu ngapain di kitchen ka", tanya rendra.

"Masak buat kalian dong", ujar raka pada rendra.

"Pesen aja belum udah di masakin", ujar dimas.

"Selera kamu tuh semua warga solo udah tau", ujar raka.

"Udang teriyaki", jawab rendra dan helda bersamaan.

Jawaban keduanya yang serempak, membuat wajah dimas memerah. Melihat wajah dimas yang memerah helda langsung tertawa.

"Setiap kemana aja pasti yang di cari udang", ujar raka.

"Sofi mana nih", tanya raka menambahi.

"Bentar lagi juga dateng", jawab rendra.

"Yang di omongin udah nyampe tuh", ujar helda sambil menunjuk pintu cafe yang terbuka.

"Sofiii", panggil dimas dan raka bersamaan.

Sofi dengan kecantikan dan keanggunannya langsung berjalan menuju suara yang begitu gemuruh memanggil namanya.

"Haii, apa kabar kalian", ujar sofi sambil memeluk satu persatu teman-temannya.

"Duduk sini sof", pinta helda karena sofi belum juga melepas pelukannya untuk dimas.

"Mau minum apa sayang", tanya rendra pada sofi, istrinya.

Ucapan rendra yang terdengar lembut dan penuh kasih sayang, hanya dibalas sofi dengan senyum sinisnya.

"Gimana kabar anak-anak", tanya helda pada sofi.

Sofi kemudian menceritakan dengan atusias soal perkembangan anak-anaknya, dan helda tersenyum sambil mengusap lengan sofi.

"Kamu yang kuat ya da, semuanya pasti bisa terlewati", ujar sofi pada helda, setelah usai menceritakan tentang anak-anaknya.

Kehidupan memang sudah mengambil sisi cerita bahagia dari masing-masing yang duduk di sofa cafe tersebut. Masing-masing punya cerita dengan ending yang masih terlihat samar. Begitupun dengan dimas, pernikahan miliknya yang dimas kira akan selamanya, nyatanya hancur dan membawa serta dirinya yang bisa ia tawarkan pada perempuan lain.

Dimas memang terlihat baik-baik saja dari luar, tapi pada kenyataannya, jiwanya terlampau rapuh. Berbeda sekali dengan dimas saat usianya tujuh belas tahun, saat hidup hanyalah untuk bersenang-senang. Kehidupan remaja dimas, nyaris tak pernah tersentuh kesedihan. Bahkan pertandingan basket terakhirnya sebagai murid SMA dulu, penuh gemuruh dan warna warni sorak sorai penonton.

Dua bulan sebelum dimas dan angkatannya mengikuti ujian nasional, pertandingan basket antar sekolah yang dimas dan timnya ikuti musim tersebut, adalah yang terakhir untuk mereka, sebelum mereka berstatus mahasiswa.

"Ini moment kita untuk mengukir memori yang kekal abadi", ujar vano.

"Sok puitis kamu no", ujar arvin.

Gelanggang olahraga yang di jejali oleh penonton dari berbagai siswa SMA di solo, menjadi saksi untuk dimas, raka, gilang, arvin dan vano yang ada di tim inti, untuk mengukir memori terakhir mereka sebelum lulus SMA.

SMA Nusa Bangsa saat itu menghadapi SMA Don Boshco di babak final. Ratih, nindy, helda, renata dan yang lainnya juga sudah duduk di tempat duduk penonton sejak setengah jam sebelum pertandingan dimulai. Tak ketinggalan Cheerleaders dari SMA Nusa Bangsa, tanpa lelah meneriakkan yel-yel mereka untuk memberi support tim basket SMA Nusa Bangsa.

Quarter pertama dan ketiga dimenangkan oleh tim dimas. Sorak sorai masih terdengar di bangku penonton, cheerleaders juga masih semangat untuk memberi support tim mereka masing-masing.

"Tih itu anak kelas berapa dari tadi teriakin nama dimas terus", tanya nindy pada ratih yang duduk disampingnya.

Ratih hanya mengangkat bahu dan tetap meneriakkan nama dimas. Helda juga sama, tak mengindahkan siswi lain yang berusaha merebut perhatian kekasihnya.

Quarter terakhir menjadi babak penentu tim yang akan menjadi pemenang. Persaingan di quarter terakhir jauh lebih ketat, perolehan nilainya sangat tipis, dan tim Don Boshco yang memimpin.

Raka kemudian passing bolanya ke arah dimas, waktu kurang dari tiga puluh detik sebelum peluit berakhirnya pertandingan ditiup. Dimas lalu menggiring bolanya keluar ke garis tiga point, dan melemparnya ke jaring. Bola yang dimas lemparkan masuk, kemudian peluit berakhirnya pertandingan ditiup oleh wasit.

"Dimasss", teriak ratih.

Lemparan bola dimas yang berhasil masuk ke jaring lawan, membawa kemenangan bagi SMA Nusa Bangsa meski hanya selisih dua poin dari SMA Don Boshco.

Dimas langsung menunjuk ratih, memberi isyarat bahwa poin yang dia menangkan adalah hadiah untuk ratih. Sorak sorai langsung membahana di kursi penonton, dan sikap dimas, sukses membuat ratih tersipu.

Perayaan kemenangan pertandingan basket, mereka adakan di lantai dua Ranger Cafe yang ada di jalan hasanudin. Semua anggota basket hadir dengan pasangan mereka masing-masing. Penonton dari SMA mereka juga hadir, tak ketinggalan anggota cheerleaders juga ikut serta.

"Cheers untuk SMA Nusa Bangsa", teriak gilang dengan semangatnya.

Semuanya kemudian berdiri, dan mengangkat minuman soda di tangan mereka.

"Makan sepuas kalian", ujar gilang lagi sambil memamerkan credit card warna hitam milik orangtuanya.

Dimas yang duduk di sudut meja bersama ratih, tak pernah melepaskan tangannya dari pundak ratih, dan membuat siapapun yang datang tanpa pasangan mereka, iri pada ratih ataupun dimas.

"Kita cari tempat makan lain aja yuk", ajak mila salah satu anggota cheerleaders pada temannya.

"Enggak ah disini aja, ramai, nanti kamu pulangnya aku antar", ujar teman mila.

"Oke deh", jawab mila dengan pasrah, lalu menegak sodanya setelah melihat dimas mencium kening ratih.

Sorak sorai kemenangan yang hanya sesaat, harus berlalu begitu semua siswa kelas tiga mulai sibuk dengan persiapan ujian nasional.

Pertemuan dimas dan ratih juga mulai terbatas, karena keduanya sibuk berjuang untuk masa depan masing-masing. Hanya tinggal hitungan bulan, kebersamaan dimas dengan ratih genap satu tahun.

Dimas yang masih sibuk belajar di kamarnya, berpikir bahwa dirinya akan selalu bersama ratih dalam hubungan yang stabil dan penuh tawa.

"Om dimasss", teriak rania yang baru masuk ke kamar dimas.

Dimas langsung mengulurkan tangannya untuk memeluk rania.

"Kesini sama siapa", tanya dimas pada rania.

"Mbak odah", jawab rania.

Mbak odah adalah baby sitter yang sangat dipercaya oleh mbak dina untuk menjaga rania, sejak rania masih bayi, karena rania sudah mulai besar, mbak odah lebih sering mengurus arya.

"Ina, ayo keluar dulu, om dimas masih harus belajar", ujar mbak odah yang ada di depan pintu kamar dimas.

"Nggak papa mbak", ujar dimas pada mbak odah.

Mbak odah kemudian meninggalkan rania yang duduk di pangkuan dimas, sambil mencoret-coret kertas yang dimas berikan pada rania.

"Mami kemana ina", tanya dimas pada rania.

"Ada di toko oma", jawab rania.

"Ina nggak ke toko oma", tanya dimas pada rania.

"Enggak, ina mau di rumah aja sama om dimas", jawab rania.

"Ina mau nonton kartun sama om dimas", tanya dimas.

Rania mengangguk, kemudian turun dari pangkuan dimas dan mengambil remot tv, lalu dia berikan pada dimas.

Dimas langsung naik ke tempat tidur, dan meminta rania untuk duduk di sebelahnya.
Dimas dan rania kemudian menonton kartun favorit rania, sampai mereka ketiduran.

"Dek bangun, udah sore", ujar dina yang berusaha membangunkan dimas.

Dengan kantuk yang bergelayut dimas berusaha membuka matanya, tapi tidak untuk bangun, tapi untuk kembali tidur. Dina membiarkan dimas tidur, lalu mengambil rania yang tidur disamping dimas.

Dimas hanya bergumam pada dina, kalau dia lelah belajar, dan meminta dina membiarkannya tidur, karena ujian nasional hari pertama besok pagi adalah matematika.

Matematika untuk dimas bukanlah perkara sulit, karena cita-citanya adalah menjadi arsitek. Seorang arsitek, menurut dimas harus kalkulatif dan pintar bermain dengan angka, sebab itu dimas membuat pelajaran matematika, menjadi pelajaran favoritnya.

"Mau belajar bareng nggak", ujar pesan yang ratih tulis untuk dimas dua hari sebelum ujian nasional dimulai.

"Boleh, kita belajar di rumah raka aja gimana, disana ada tutornya", balas dimas.

"Oke", balas ratih.

Ujian nasional hari pertama, dimas lalui dengan baik, begitupun ujian nasional hari kedua. Hari ketiga adalah Bahasa Indonesia, hal yang dimas anggap paling sulit.

Dimas merasa yakin bahwa bahasa indonesia akan menjadi nilai paling terjelek dimas, diantara mata pelajaran lain yang diujikan.

Begitu dimas menyelesaikan ujian nasional hari terakhirnya, dimas langsung ke lapangan untuk menemui raka dan gilang yang sudah mulai bermain basket.

"Kalian keluar dari tadi", tanya dimas pada gilang dan raka.

"Iya, bahasa indonesia mah kecil", jawab gilang.

Dimas yang mendapati bahwa pelajaran bahasa indonesia cukup sulit untuknya, hanya membuang nafas lalu melepas seragamnya dan bergabung dengan raka dan gilang.

"Kamu mau kuliah dimana dim", tanya gilang pada dimas.

"Jogja aja, kamu jadi kuliah di london lang", tanya dimas.

"Jadi dong, nanti main-main ya kalau aku udah tinggal sendiri", jawab gilang.

"Emang kamu mau tinggal dimana dulu", tanya raka pada gilang.

"Di rumah sepupuku dulu", jawab gilang.

Raka yang tidak punya kebebasan untuk menentukan pilihannya, hanya mendengar perbincangan dimas dan gilang dengan rasa iri, soal kebebasan mereka untuk memilih jurusan yang akan mereka tekuni.

Helda, ratih dan renata kemudian terlihat berjalan ke arah tangga disamping lapangan, untuk menonton pacar mereka bermain basket.

"Dimas keringet kamu bentuknya love", teriak renata yang melihat kaos abu-abu dimas yang basah karena keringat.

Dimas lalu melihat kaosnya, dan memanggil ratih, sambil menunjukkan keringat yang tercetak di punggungnya.

"Cieee", teriak helda dan renata.

Ratih hanya tersenyum pada dimas sambil melempar rambutnya yang sebahu ke belakang telinga.

Begitu ketiganya lelah akan permainan basketnya, mereka langsung keluar lapangan dengan menggandeng pasangan masing-masing. Ratih tersenyum melihat tangannya dalam genggaman dimas.

Masa-masa SMA mereka sudah usai, mereka hanya tinggal menunggu hasil dari perjuangan mereka selama tiga tahun di bangku SMA. Mereka bisa bernafas lega dan terbebas dari rasa khawatir akan masa depan mereka, saat hasil ujian nasional di umumkan.

"Nanti mau ikut liburan ke thailand nggak setelah pengumuman", tanya dimas pada ratih disela-sela waktu mereka menunggu pengumuman kelulusan.

"Nggak bisa, soalnya udah janji untuk liburan sama keluarga", jawab ratih.

Butuh waktu dua bulan untuk keduanya akhirnya menerima kabar yang mereka nantikan.

Semua siswa angkatan dimas dan ratih lulus dari sekolah, tidak ada satupun yang tertinggal, dan hal itu menjadi kabar baik akan usaha yang terbayarkan dari sebuah langkah perjuangan. Mereka kemudian convoi bersama, mengelilingi kota solo dengan seragam mereka yang penuh dengan coretan pilok.

"Aku kuliah di jogja tih", ujar dimas pada pacarnya, saat dimas mengantar ratih pulang seusai convoi.

Ratih tidak mengatakan apapun, dan masuk ke dalam rumah dengan wajah marah.
Dimas memilih untuk pulang karena enggan membujuk ratih.

Tiga hari kemudian, dimas kembali ke rumah ratih, untuk membuat ratih mengerti pilihannya.

"Dimas kamu udah janji mau kuliah di solo sama aku, kenapa sekarang kamu pilih kuliah di jogja", tanya ratih dengan nada kecewa.

"Aku pingin kuliah di jogja tih dari dulu, aku bisa kok pulang seminggu sekali untuk temuin kamu", jawab dimas pada ratih.

"Janji ya kamu akan pulang seminggu sekali", pinta ratih pada dimas.

Dimas mengangguk, lalu mencium pipi ratih, karena ratih menyetujui pilihan dimas.

Dua bulan setelahnya, dimas berangkat ke jogja untuk memulai hidup barunya sebagai mahasiswa. Ratih enggan mengantar dimas pergi, karena ratih tidak suka perpisahan.

Hanya saja, menemui ratih setiap satu minggu sekali yang dimas janjikan, hanya dimas penuhi selama satu bulan, karena dimas lelah harus bolak balik solo dan jogja setiap akhir minggu.

"Kamu bohong lagi, dua minggu lalu kamu bilang minggu ini kamu pulang ke solo, sekarang kamu bilang, kamu nggak bisa karena banyak tugas kuliah, kamu fikir aku nggak kuliah, jadi nggak tahu gimana kesibukkan anak kuliah, kamu fikir kamu aja yang sibuk kuliah, aku juga kuliah dimas, aku juga sibuk, tapi bukan berarti kamu harus bohongin aku terus gini", keluh ratih di telvon.

"Aku nggak bohong tih", jawab dimas, namun telvon langsung ratih matikan.

Ratih kecewa pada dimas, dan kekecewaan ratih membuat dimas semakin sulit menghubungi ratih, tapi dimas masih enggan untuk menyudahi kisah kasihnya dengan ratih.

Sayangnya selama sisa semester di tahun pertama dimas di kampus, ratih lebih sering marah pada dimas karena sulitnya mereka berkomunikasi, dan hal itu membuat dimas kelelahan.

Kegiatan dimas sebagai mahasiswa baru sangat menyita waktu dimas, belum lagi dimas harus membujuk ratih yang selalu marah padanya hampir setiap hari, dimas kemudian merasa, kalau dirinya tidak sanggup jika harus menjalani keduanya.

"Suntuk nih, refreshing yuk", ajak adit teman satu kos dimas, hari minggu sebelum mereka ujian semester di hari senin.

"Mau kemana", tanya dimas.

"Pantai aja gimana", tanya rumi.

"Gas", jawab dimas

Meskipun setiap dimas pulang ke solo, tujuan utamanya adalah ratih, tapi bagi ratih, dimas bukan lagi tujuan utamanya. Hubungan keduanya sudah berakhir dari tiga bulan lalu, saat ratih mulai merasa, bahwa tanpa dimas, dia baik-baik saja.

Saat libur semester dua, dimas duduk disamping ratih, mendengar vonis akhir hubungan mereka dari mulut ratih.

"Aku mau kita putus", ujar ratih dengan nada dingin, saat dimas menemui ratih, tiga hari setelah libur semester dua dimulai.

Rasa lelah untuk tetap mempertahankan hubungannya dengan ratih, merayap perlahan di lubuk hati dimas. Vonis ratih akhirnya hanya dimas tanggapi dengan senyum sinis.

"Dim", panggil ratih karena dimas hanya terdiam.

Sambil tersenyum, meski matanya tidak bisa berbohong kalau dirinya terluka, dimas menatap ratih.

"Oke, kalau memang itu mau kamu, kita putus, dan hubungan kita selesai", tegas dimas.

Dimas kemudian memakai helmnya, dan keluar dari teras rumah ratih. Ratih hanya bisa menatap dimas berlalu, dengan perasaan kecewa yang mulai merayapi hatinya. Ratih bukan tanpa pertimbangan sebelum menyudahi hubungan mereka.

Dimas adalah pacar pertama untuk ratih, tapi ratih sadar, kalau absennya dimas dari hidupnya selama tiga bulan terakhir, membuat hatinya untuk dimas perlahan pudar. Ditambah dengan dimas yang langsung menyetujui keinginan ratih untuk mengakhiri hubungan mereka tanpa keberatan, membuat hati ratih yang semula dingin, berubah menjadi sepenuhnya beku.

Dimas keluar dari rumah ratih, tanpa berusaha beradu argumen dengan ratih akan masa depan hubungan mereka, adalah hal yang tidak pernah ratih duga, karena selama dua tahun masa pacaran mereka, dimas terlihat selalu memuja ratih. Ratih kemudian merasa bahwa jogja sudah mengubah dimas yang dulu begitu mencintainya. Kekecewaan di hati ratih semakin pekat begitu dimas menghidupkan mesin motornya.

"Mbak udah pulang tamunya, ini pisang gorengnya gimana", tanya asisten yang bekerja di rumah ratih.

Ratih tak menjawab, dan berjalan masuk ke kamarnya, lalu mengambil buku untuk ia baca. Namun buku yang ratih genggam tak bisa mengalihkan perhatiannya, akan sikap dimas yang langsung menyetujui keputusan ratih dengan mudahnya. Tangis akhirnya membingkai wajah cantik ratih, meski sebelumnya ratih berikap sangat dingin pada dimas.

Mengubur kisah kasih remaja yang mereka lalui dengan manisnya, dan diiringi dengan setiap perjuangan yang dimas lakukan, ternyata membuat ratih patah hati. Ratih tersadar, kalau dimas yang selalu berjuang untuk hubungan mereka. Dimas berjuang untuk membuat ratih tersenyum, sementara ratih hanya tinggal duduk dan dimas sudah siaga untuk membuatnya senang.

"Aku lagi disurabaya nih, kamu mau oleh-oleh apa", sebuah memori yang muncul di benak ratih, akan tanya dimas di telvon, saat dimas mengantar dina ke surabaya, di libur sekolahnya.

"Kamu memang balik kapan", tanya ratih.

"Besok pagi", jawab dimas.

"Hmm apa ya, aku mau kue coklat", jawab ratih.

"Oke deh, besok begitu sampai solo aku langsung ke rumahmu", ujar dimas.

Memori manis tentang bagaimana dimas selalu teringat pada ratih saat dimas jauh dari ratih, membuat airmata ratih semakin deras membingkai wajah ratih.

Sayangnya semua memori manis itu merambat menemui titik akhirnya.
Akhir dari kisah cinta remaja yang selalu di bayangi dengan mimpi akan kebersamaan abadi, harus sirna, karena keduanya tidak memberi ruang pada kesempatan.

Meski terluka akan keputusan ratih, dimas yang mengendarai motornya, juga harus menelannya, karena dirinya sadar, bahwa dia juga butuh di perjuangankan. Ratih enggan berjuang untuk dimas, dan dimas juga lelah dengan perjuangannya sendiri.

"Kamu sadar nggak sih kalau senyum kamu manis banget", sebuah memori dari satu tahun lalu yang muncul dibenak dimas akan ucapan ratih yang membuat dimas tersipu.

Semakin jauh dimas dari rumah ratih, dimas mulai merasa menyesal karena sudah membiarkan amarahnya menang atas dirinya, dan menyetujui keinginan ratih tanpa berpikir panjang.

Dimas kemudian kembali memutar motornya menuju rumah ratih, karena ingin memberi kesempatan pada dirinya untuk berjuang sekali lagi akan hubungan yang sudah ia lalui selama dua tahun bersama ratih.

Dimas merutuki keputusannya begitu dia kembali masuk ke area perumahan ratih, dan melihat sebuah mobil berhenti di depan rumah ratih. Dimas langsung menghentikan motornya, lalu membuka helm yang ia kenakan, memastikan bahwa penglihatannya masih tajam. Tak lama, dimas menggariskan senyum sinis di bibirnya.

***

Continue Reading

You'll Also Like

647K 28.6K 41
ဒီဇတ်လမ်းလေးကတော့ ချမ်းသာတဲ့အလွှာကြားက စုံတွဲတစ်တွဲရဲ့အိမ်ထောင်ရေးပဏိပက္ခတွေအကြောင်းကိုရေးဖွဲ့ထားတာပါ။ မိန်းခလေးတိုင်းရဲ့ အိမ်မက်ကချမ်းသာတဲ့အမျိုးသား...
5.6M 229K 68
The story of Abeer Singh Rathore and Chandni Sharma continue.............. when Destiny bond two strangers in holy bond accidentally ❣️ Cover credit...
285K 19.5K 57
ABHIMANYU RATHORE :- Rude , workaholic CEO of Rathore Empire .Devilesing hot , every girls drools over him .But loves his family to dearest . . SAKS...
4.3M 236K 49
"Stop trying to act like my fiancée because I don't give a damn about you!" His words echoed through the room breaking my remaining hopes - Alizeh (...