After Sunset

By lexjulia

6.1K 3 0

Sequel cerita dari "Namaku Maira" yang aku tulis di noveltoon. Cerita kali ini adalah tentang sudut pandang d... More

2 [Sunflower]
3 [Wind]
4 [Summer]
5 [Shrivel]
6 [Summer End]
7 [Chance]
8 [Deleted]
9 [Black Rose]
10 [Is It]
11 [Her]
12 [Red Lips]
13 [Begin]
14 [First]
15 [Second]
16 [Third]
17 [Mine]
18 [Forgotten]
19 [Sweet of her]
20 [Care]
21 [Just Began]
22 [After Birthday]
23 [The Night]
24 [Promises]
25 [Dina]
26 [Her Smile]
27 [Happiest Day]
28 [Zahra]
29 [Tea Time]
30 [Signature]
31 [Silly Student]
32 [Telenovela]
33 [Graduated]
34 [Declined]
35 [Kids]
36 [Celebration]
37 [Growth]
38 [End Of Moment]
39 [Fallen Tree]
40 [Before Everything]
41 [Candlelight]
42 [Fairless]
43 [Betrayal]

1 [Frame]

1.2K 2 0
By lexjulia

Dimas prasetya, usianya genap tiga puluh tujuh tahun saat ini. Dengan kulit coklat cerahnya, serta tingginya yang mencapai 180 cm, membuatnya menjadi sosok yang mudah di dambakan.

Kemeja warna putih serta celana selutut yang dia kenakan, membuatnya terlihat gagah. Sambil bersiul, dimas menaiki tangga menuju lantai dua dengan membawa dua box kardus ditangannya. Dimas kemudian membuka kamar yang terletak persis disebelah ujung tangga. Kamar dengan luas dua puluh sentimeter persegi, terlihat ramai dengan box-box kardus yang masih tersegel sempurna.

Wajahnya yang mulai diwarnai kerut halus, terlihat lelah, tapi dimas lebih memilih untuk membuka segel kardus-kardus yang ada di kamar tersebut dan mulai membongkar isinya. Kardus pertama yang dia buka, berisi berbagai foto-foto dengan bingkai warna putih dan hitam. Dimas menoleh dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya, saat pintu kamarnya yang terbuka lebar, diketuk oleh sosok wanita yang hampir memasuki usia senja.

"Mami boleh masuk", ujar ibu sasmita atau biasa di panggil mami mita, oleh kerabat dekatnya.

"Boleh mi", jawab dimas sambil tersenyum pada maminya.

Mami mita kemudian masuk ke dalam kamar tersebut dan berdiri disamping dimas, lalu mami mita mengambil salah satu bingkai yang berisi foto tiga pria remaja dengan seragam SMA dari atas meja.

"Mami cuma berharap kamu bisa tertawa selepas ini lagi", ujar mami mita sambil tersenyum.

Dimas kemudian merangkul mami mita dan mengusap punggungnya, tanpa menjawab harapan mami mita.

"Mami masih ingat betul saat kamu masih kelas tiga sekolah dasar, kamu ke toko sambil nangis diantar oleh raka, katanya buku kamu di buang oleh gilang ke selokan", ujar mami mita sambil tersenyum mengenang memori yang dia ikat dengan baik dibenaknya.

"Iya mi, dulu waktu SD gilang memang nakal sama semua anak-anak kelasnya", jawab dimas sambil melihat foto yang mami mita pegang.

"Mami lega, karena meskipun kamu sama gilang selalu berantem dan berebut apapun, tapi pada akhirnya kalian berteman dengan baik", ujar mami mita sambil mengusap wajah gilang dalam bingkai foto tersebut.

Dimas mengambil bingkai foto yang mami mita pegang, lalu meletakannya, berjejer dengan bingkai foto yang berisi kenangan dimas saat masa SMA.

"Kamu mau dekor ulang kamar kamu dim", tanya mami mita pada dimas.

Kamar yang terlihat berantakan tersebut memang kamar dimas, kamar yang dimas miliki sejak renovasi ketiga rumah tersebut.

Rumah dengan luas tiga ratus lima puluh meter persegi, yang terletak di area yos sudarso. Rumah yang juga menjadi rumah masa kecil mami mita.

Mami mita merupakan anak bungsu yang berasal dari keluarga pemilik toko oleh-oleh. Toko yang dulu hanya seluas rumah petakan dengan sekat dua ruang, kini jadi toko oleh-oleh terbesar di solo.

"Mau dirubah dikit aja mi, biar kalau aku pulang, aku bisa kembali ke masa remajaku, biar bisa jadi kamar kenangan mi", jawab dimas sambil tersenyum manis pada maminya.

"Yaudah makan siang dulu yuk, tuh mbak dina udah dibawah", pinta mami mita yang mulai mendengar hiruk pikuk di lantai satu rumahnya.

"Mami duluan aja, aku selesain ini dulu baru ke bawah", jawab dimas.

Mami mita kemudian tersenyum, lalu melangkah keluar dari kamar dimas, dan nyaris bertubrukan dengan cucu perempuannya, rania.

"Ina pelan-pelan sayang, sini cium oma dulu", pinta mami mita.

Rania yang sudah menjadi mahasiswa tapi enggan melepas sikap kanak-kanaknya, langsung mencium kedua pipi omanya, kemudian bergegas masuk untuk menemui om kesayangannya.

"Om tolongin ina dong", pinta rania sambil memohon pada dimas.

"Kenapa ina", tanya dimas pada ponakannya sambil tetap mengeluarkan isi kardus yang ada di depannya.

"Ada bagas dibawah om, tolong dong bilang ina nggak ada atau ina lagi ngilang kemana gitu", pinta rania dengan nada yang sama.

"Bagas itukan pacar kamu, masa nggak mau kamu temuin", ujar dimas dengan acuh.

"Mantan om, udah ina putusin dua hari lalu, tapi bagasnya nggak mau, jadi dia cari-cari ina terus", ujar rania dengan wajah memelas.

"Ina harusnya hadepin dong, masa kabur", ujar dimas.

"Om, bagas kutuan, ina nggak sanggup liat anak kutu di rambutnya, jadi ina putusin", ujar rania sambil membuat wajahnya terlihat putus asa, dan hanya dimas sambut dengan tawa.

Melihat omnya yang hanya tertawa, rania kemudian bersimpuh di depan dimas sambil memohon, yang akhirnya membuat dimas mengalah, menghentikan tawanya dan turun ke lantai satu.

Begitu dimas kembali, dimas melihat keponakannya sedang memegang bingkai foto dengan kedua bola matanya yang terbuka lebar. Dimas kemudian mengambilnya dari tangan rania dan menaruhnya kembali ke dalam kardus.

"Siapa om itu, cantik banget", ujar rania yang melihat dimas sudah berdiri disampingnya.

"Ratih", jawab dimas singkat.

Rania hanya mengangguk, lalu menarik lengan dimas untuk kembali turun ke lantai satu.

Di dapur rumah mami mita, sudah bertumpuk aneka lauk pauk di meja makan. Arya, adiknya rania, sibuk mengunyah cemilannya sambil bermain game. Sementara dina, kakak dimas sibuk menggoda papanya yang terkekeh di kursi rodanya.

"Mamiiii ayo makan dulu", teriak rania dari samping meja makan.

Dina kemudian mendorong kursi roda papa seno ke arah dapur, diikuti zaki, suami dina dari belakang.

Papa seno kemudian memimpin doa, sebelum memulai makan. Begitu selesai, mami mita langsung membagikan piring untuk masing-masing anggota keluarganya.

"Papa senang dimas sudah kembali ke rumah ini lagi", ujar papa seno sambil tersenyum pada dimas.

Dina kemudian meraih tangan dimas, mengusapnya lalu tersenyum pada dimas.

"Oh ya, om dimas, mau ikut arya ke bali nggak sama teman-teman arya, minggu depan", pinta arya pada dimas.

"Om dimas aja yang di ajak, opa enggak", canda papa seno.

"Yaudah gimana kalau semua ikut ke bali sama arya", pinta arya.

"Aku sibuk", jawab ina dengan acuh.

"Papa nggak bisa ya", ujar zaki sambil tersenyum.

"Mami harus jaga toko", ujar dina dengan wajah sendu.

"Yaudah opa, om dimas, sama oma aja, gimana oma", tanya arya pada mami mita yang duduk disampingnya.

"Boleh", jawab mami mita.

"Oh ya, tadi mami kayaknya lihat bagas di depan, kok nggak kamu ajak masuk na", tanya dina pada rania.

Rania yang baru menyuap sop daging ke mulutnya, hampir tersedak dan berusaha berpikir cepat untuk meracik kebohongannya.

"Salah lihat kali mi, bagas nggak ada telvon ina tuh, kalau dia kesini", jawab rania sambil melihat ke arah dimas untuk meminta bantuan.

"Kurir mbak tadi", potong dimas begitu melihat tatapan rania.

Meskipun dina yakin yang dia lihat adalah pacar putrinya, tapi dina berusaha mempercayai dimas.

"Oh ya mi, nanti sore aku mau ketemu anak-anak, mumpung lagi pada di solo", ujar dimas pada mami mita, berusaha mengalihkan perhatian dina.

"Raka udah pulang ke solo", tanya mami mita.

"Sudah mi, dari minggu lalu", jawab dimas.

"Papa denger raka sekarang sudah nggak jadi pengacara", tanya papa seno.

"Iya pa, sekarang raka jadi jaksa muda, bulan lalu baru menangin kasus pertamanya", jawab dimas sambil tersenyum.

"Hebat sekali raka", ujar mami mita.

"Kalau aja raka tetap jadi pengacara, mau langsung mas tarik ke perusahaan dim", ujar zaki.

"Semuanya juga mau langsung rekrut raka mas, keluarga gilang juga", ujar dimas sambil tersenyum.

Makan siang bersama yang sangat langka terjadi, kembali di warnai dengan cerita masing-masing dari keluarga tersebut.

Dimas yang duduk di ujung meja, tersenyum sambil melihat rania dan arya menceritakan hal-hal lucu yang terjadi di hidup mereka.

"Opa arya pacarnya udah baru lagi loh", ujar rania.

"Bohong opa", ujar arya sambil melotot pada rania.

"Mbak ina tuh yang suka gonta ganti pacar, iyakan mi", ujar arya sambil menatap dina.

"Selama kalian masih remaja, berteman dengan siapapun boleh aja, asalkan hanya boleh punya pacar satu, iyakan mi", ujar zaki dengan hangat sambil menatap dina.

Suasana rumah yang ramai dengan tawa, kembali sunyi, saat satu persatu keluarga kecil dina kembali dengan kesibukan masing-masing. Sementara dimas, mulai kembali membereskan kamarnya yang berantakan.

Setelah dua jam dimas menghabiskan waktu di dalam kamarnya, dimas kemudian bergegas untuk berbenah diri, lalu keluar dari rumah, dan membawa mobilnya menyisiri jalanan solo.

Begitu melewati blok stadion manahan, dimas tersenyum kecil, teringat akan kenangannya dengan ratih dua puluh tahun lalu. Meski samar, dimas masih ingat akan sudut solo yang ia pernah kunjungi dengan ratih.

"Apa kabar tih", gumam dimas sambil tersenyum.

***

Continue Reading

You'll Also Like

5.2K 91 17
Ingin bertanggungjawab atas benih yang ditaburkan di rahim Hanami, Mahendra datang kembali untuk menikahinya demi menebus kebodohan di masa lalu. Nam...
191M 4.5M 100
[COMPLETE][EDITING] Ace Hernandez, the Mafia King, known as the Devil. Sofia Diaz, known as an angel. The two are arranged to be married, forced by...
3.6K 344 30
Bismillah |First Story| [Hargai karya penulis dengan follow akun, vote, komen, dan share cerita ini] 'Pencarian Jati Diri Demi Mengejar Pencapaian H...
1.2M 29.1K 45
When young Diovanna is framed for something she didn't do and is sent off to a "boarding school" she feels abandoned and betrayed. But one thing was...