Strong Girl

By Langit_Alaska7

63.4K 7.4K 417

Semesta selalu membuatnya terpojok. Tak pernah ada celah untuk bernafas bebas baginya di dunia ini. Karena di... More

Prolog
01. Hadir Yang Salah
02. Tidak Ada Yang Mudah
03. Semangkuk Sup Hangat
04. Kejutan Menyakitkan
05. Sebuah Awal
06. Kedai Sup Nenek
07. Demam
08. Terbongkar
09. Lebih Dari Jatuh
10. Sulit Di Lewati
11. Alat dan Jalan
12. Alasan Untuk Tidak Menyerah
13. Damai Yang Tak Abadi
14. Tanya Tanpa Jawab
15. Hubungan Yang Rumit
16. Kedatangan Orang Baru
17. Gangguan Baru
18. Semua Karena Keadaan
19. Teman
21. Resah
22. Pengecut
23. Hampa
24. Hilang Bukan Pergi
25. Penyesalan
26. Beban
27. Luka Dan Tawa
WARNING!

20. Masalah Tak Terduga

1.2K 169 13
By Langit_Alaska7

Satu bulan berlalu sejak Jungkook dan Lisa pergi bersama sore itu. Dan dalam waktu yang terlewati tersebut banyak hal menarik yang terjadi.

Diantaranya, Lisa tak lagi di rundung oleh Rose dan temannya, sebab Jungkook selalu mengekori gadis itu kemana pun dia pergi. Tentu saja hal itu membuat beberapa orang tidak menyukainya, terlebih Jungkook adalah siswa baru yang cukup mendapat perhatian.

Selalu bersama Lisa yang telah Ter cap sebagai gadis pembawa sial karena statusnya, membuat mereka semakin tidak menyukainya. Padahal Lisa tak pernah membuat keributan, kenapa orang-orang bersikap seperti itu.

Tak hanya itu, Jaehyun juga termasuk ke dalam salah satu orang yang tidak menyukai kedekatan mereka berdua. Alasannya tentu saja dia tak rela gadis yang dia cintai selalu bersama laki-laki asing. Sikapnya yang seperti itu sangatlah tidak tahu diri.

"Sayang. Nanti sore temani aku ke dokter ya?"

Jaehyun yang sedang terlarut memperhatikan dua orang yang tak jauh darinya sedikit terhenyak, saat seseorang tiba-tiba merangkul lengannya dan bicara demikian.

"Akhir-akhir ini kepalaku sering pusing." Gadis bersurai emas itu bicara dengan nada lemas, pipinya ia tempelkan manja pada bahu sang kekasih.

"Iya."

Jaehyun mengiyakan, cepat. Kembali tatapannya terarah ke depan, namun dua orang itu telah pergi entah kemana. Tanpa sadar lelaki itu menghembuskan nafas berat.

"Kau baik-baik saja, Jae?" Rose bertanya, menatap wajah tegas itu dari samping.

"Tidak apa-apa. Kau ke kelas duluan, aku harus pergi sebentar."

"Mau kemana? Aku ikutt!"

Jaehyun menggeleng, juga melepaskan tangan Rose yang menempel erat di lengannya.

"Aku mau menemui teman."

Rose mendesah kecewa, entah kenapa sikap Jaehyun akhir-akhir ini membuatnya merasa sedih. Lelaki itu sangat aneh, kadang bersikap manis kadang cuek seperti sekarang. Nampaknya gadis itu belum menyadari, jika Jaehyun bersikap manis padanya itu karena ada Lisa di sekitar mereka. Jika tidak ada, Jaehyun bahkan enggan berdekatan dengannya.

"Jangan lama, kau berjanji untuk menemaniku nanti."

Jaehyun mengangguk singkat, lalu berjalan pergi begitu saja. Mengabaikan Rose mengepalkan tangannya diam-diam.

Di lain tempat, Lisa terlihat mendudukkan tubuhnya di atas kursi diikuti teman sebangkunya yang juga ikut duduk di sampingnya.

Jungkook membuka tasnya, lalu mengeluarkan susu kotak 2 buah dengan kemasan berwarna kuning.
Ia memberikan satu untuk Lisa.

"Enak sekali... "

Lisa menatap sangsi lelaki di sampingnya, terlihat lebay setelah menyedot minuman baru itu.
Sejak seminggu lalu Jungkook memang selalu membawa susu kotak rasa pisang dan akan memberinya satu kotak. Jika dia tak menghabiskannya akan di habiskan oleh Jungkook dengan senang hati.

"Lebih enak susu coklat."

Gumaman itu di dengar oleh Jungkook, hingga kini lelaki itu menatapnya.

"Ya sudah kemarikan itu, kau tidak pernah menghabiskannya padahal enak."

Lisa mendengus. "Jika tidak iklas tidak usah memberikannya padaku."

Jungkook tertawa pelan, entah kenapa semakin kesini dia sangat suka dengan ekspresi Lisa yang tak selalu datar lagi. Jika kesal, gadis berponi itu terlihat lucu.

"Lagipula susu pisang itu kesukaan anak monyet." Dengan kesal Lisa menjitak Susu kotak malang itu hingga bergerak ke arah pemiliknya.

"Enak saja!"

"Masa bodoh!" Lisa memilih menghentikan perdebatan itu dengan menidurkan kepalanya ke atas meja. Jungkook mendengus dan mengusap susu kotaknya kemudian meminumnya lagi.

Beberapa waktu kemudian, kelas mulai ramai kembali karena waktu istirahat akan segera berakhir. Jungkook menepuk bahu Lisa hingga gadis itu bergerak untuk menatapnya.

"Apa?"

"Nanti sore antar aku ya? Ada sesuatu yang ingin aku beli."

Lisa mendudukkan tubuhnya dengan benar kali ini. "Kemana?"

"Mencari hadiah untuk temanku."

Senyuman terbit di bibir Lisa setelah mendengar ucapan temannya itu.

"Teman apa teman?"

"Teman, astaga!"

"Bukannya untuk gadis itu ya?"

"Apa sih!"

Jungkook menggembungkan pipinya, kesal karena Lisa malah menggodanya. Lelaki itu juga merasakan daun telinganya panas sekarang.

Lisa tertawa kecil, entah kenapa rasanya menyenangkan menggoda Jungkook. Semenjak laki-laki itu mengatakan jika sudah mempunyai seseorang yang spesial, Lisa merasa lebih nyaman. Dia tak perlu takut jika lelaki itu akan menyiksanya.
Bukan karena terlalu percaya diri, Lisa hanya ingin mencegah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

Lisa sudah katakan, dia akan menutup hatinya untuk siapapun. Tapi jika murni berteman, Lisa tentu tidak keberatan.

"Baiklah, aku akan mengantarmu. Berhenti memasang wajah sok imut itu, aku mual."

"Sialan."

Jungkook menatap Lisa sinis, Lisa lagi-lagi tertawa.

'huek~'

Rose awalnya ingin langsung ke kelas setelah makan siang, namun tiba-tiba perutnya sakit dan dia juga mual-mual. Jadi kini gadis itu masih berada di toilet perempuan seorang diri.

Membasuh wajahnya berkali-kali setelah di rasa mualnya telah hilang.
Saat menatap cermin, terlihat wajah Rose cukup pucat bahkan matanya sayu.

"Sepertinya sakitku benar-benar parah."

Setelah bergumam demikian, gadis itu pun mulai meninggalkan toilet. Padahal dia makan siangnya cukup banyak tapi entah kenapa tubuhnya tetap terasa lemas.

"Aku harus segera periksa ke Dokter nanti." Rose mempercepat langkahnya hingga akhirnya gadis itu sampai ke kelas. Namun ia tak mendapati kekasihnya ada disana. Entah kemana laki-laki itu pergi.

Setelah mendudukkan tubuh, ia mengambil ponselnya kemudian mencoba menghubungi Jaehyun, namun sampai beberapa kali ia coba, lelaki itu tak menjawabnya. Hingga guru masuk pun Jaehyun benar-benar tidak datang.

********************************

Rose terduduk begitu saja dengan lutut yang bergetar hebat di kursi tunggu rumah sakit. Tatapan matanya kosong. Entah apa yang kini gadis blonde itu fikirkan, yang jelas perasannya benar-benar kacau.

Karena kekasihnya tak kunjung datang juga, akhirnya gadis itu memutuskan untuk memeriksakan diri sendirian ke rumah sakit menaiki taksi. Pakaiannya masih lengkap dengan seragam anak sekolah.

Nampaknya gadis itu menyesal telah datang kemari, terlihat dari tangan kanannya yang memegang sebuah kertas putih meremasnya dengan kencang hingga kertas berisi hasil laporan kesehatannya itu kusut.

"Tidak mungkin.... B-bagaimana ini? Aku harus bagaimana... " Sorot mata yang biasanya tajam dan angkuh itu kini terlihat putus asa, sangat langka seorang Rose menampilkan wajah menyedihkan seperti itu.

Sore harinya, Lisa pulang ke rumah setelah menghabiskan waktu lama di luar bersama Jungkook. Cukup menyebalkan sebenarnya karena mereka terus bertengkar sepanjang jalan mencari hadiah, karena pendapat mereka tidak pernah sama hingga akhirnya lelaki itu yang mengalah dengan pilihan Lisa.

Teman yang Jungkook maksud akan berulang tahun sebentar lagi, dan karena di sekolah itu hanya Lisa teman perempuannya maka dari itu ia mengajaknya.

"Kemana saja kamu?! Jam segini baru pulang!" Lisa menghela nafas pelan kala sang Ibu tiba di hadapannya dengan wajah marah. Dia baru saja akan masuk ke kamarnya, tapi Ibunya sudah lebih dulu menyapanya.

"Mentang-mentang aku tidak ada di rumah, seenaknya bepergian! Jangan fikir aku tidak tau!"

Lisa mengangguk, tatapannya tertuju ke lantai. Bukan karena merasa bersalah, tapi ingin agar ibunya segera berhenti mengomel.

"Setidaknya jangan membuatku malu! Gurumu mengirim surat karena nilaimu buruk di kelas!"

Plak~

Lisa mendongak karena terkejut dan sebuah amplop berukuran sedang menampar wajahnya. Ia kira, ibunya mengomel karena sedang dalam mood yang buruk, tapi ternyata ada hal lain.

"Aku kira kau akan berfikir, tapi kau malah semakin seenaknya. Kau jangan malas jika masih ingin tinggal di rumah ini!"

Yoona menghembuskan nafas kasar lalu pergi begitu saja dari hadapan Lisa. Lisa bergerak memungut amplop yang di kirim dari pihak sekolahnnya.

Disana tertulis jika Lisa memang tidak pernah absen, namun nilai-nilainya cukup buruk selama satu semester ini. Dan nilai itu tidak akan cukup untuk naik ke tingkat akhir nanti.

Bibirnya tersenyum masam, dulu ibunya hanya menyuruh agar dirinya bertahan bagaimana pun caranya. Tapi sekarang ada tekanan lain yang ibunya itu berikan.

"Aku kira tetap hidup saja sudah cukup... "

Dengan langkah lunglai ia pun memasuki kamarnya dan menguncinya dari dalam. Dia butuh tidur untuk mengistirahatkan tubuh lelahnya sekarang.

Di lain kamar, tepatnya di kamar Rose berada, gadis bersuara blonde itu menggigit bibirnya sembari memperhatikan benda kecil di tangannya. Penyebab ia tak bisa tenang sepulang dari rumah sakit.

Kamarnya di kunci, selain itu kedua kakaknya juga tidak akan datang hari ini.

"Bagaimana ini. Mereka pasti akan marah besar jika tau." Rose mengusap wajahnya kasar lalu melemparkan benda kecil itu asal. Tubuhnya terduduk di ujung ranjang dengan lesu.

Ia menunduk lalu menyingkap kaus putihnya hingga menampilkan perut ratanya. Mendadak air matanya turun  lagi karena dadanya tiba-tiba sesak juga teringat ucapan Dokter yang beberapa waktu lalu memeriksanya.

"Orangtuamu harus di beritahu, nak. Jika tidak, kau akan kesulitan nantinya. Usia kandungannya juga masih muda, jadi belum akan terlihat."

Rose menangis dengan kedua tangan ia tangkupkan ke wajah. Menahan agar suara tangisnya tidak terdengar keluar. Jujur, dia bingung harus bagaimana. Jika saja ada Jaehyun, mungkin dia tak akan sekalut ini. Lagipula ini bukan hanya salahnya, Jaehyun bahkan berperan besar dengan sesuatu yang ada di perutnya sekarang.

Teringat Jaehyun, Rose segera meraih ponselnya. Berdoa dalam hati agar kali ini lelaki itu tidak mengabaikannya, karena sungguh Rose sangat tidak tenang.

Dalam tiga kali panggilan yang gadis itu lakukan akhirnya Jaehyun mengangkat telponnya. Terdengar suara berisik dari sana namun Rose tak peduli, dia sudah menangis sekarang.

"Jaehyun-ah... Aku takut... Aku harus bagaimana... Hiks.. "

Rose mengusap kasar wajahnya, bergegas meraih jaket setelah mendengar kekasihnya menyuruh untuk menemuinya. Tak ingin membuang waktu lagi, Rose segera pergi.

***********************************


Happy Reading 💗

Noted;

Ada yang masih melek kah??



Continue Reading

You'll Also Like

310K 10.4K 24
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
662K 31.1K 46
selamat datang dilapak ceritaku. 🌻FOLLOW SEBELUM MEMBACA🌻 "Premannya udah pergi, sampai kapan mau gini terus?!" ujar Bintang pada gadis di hadapann...
2.5M 249K 60
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
2.3M 126K 61
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...