BILLIONAIRE HUSBAND

By dregax99

16.2K 3.8K 2K

21+ || DARK LOVE THRILLER • • • Azhaan Jaafhaer Zhaiens, begitu kejam dan berkuasa. Billionaire from Ame... More

𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄 𝐇𝐔𝐒𝐁𝐀𝐍𝐃
𝐅𝐎𝐑𝐄𝐖𝐎𝐑𝐃
PROLOG
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19

PART 12

355 163 103
By dregax99

. . .

PART 12

Happy Reading

Play List :
Luis Miguel - Historia De Un Amor

. . .

Dengan perasaan berdebar, Enver berjalan melewati lorong rumah sakit yang saat ini tampak cukup ramai. Bunga tulip yang tertata rapih di dalam genggamannya terlihat sangat indah.

Hari ini, mungkin dirinya sudah terlihat baik-baik saja. Ya, memang itu yang ia mau. Bertahan dan kembali sembuh untuk gadis tercintanya. Janjinya untuk menjaga gadis itu akan tetap terlaksana. Meski ia tidak tahu bagaimana final chapter kisah percintaannya dengan Haura. Tapi, setidaknya untuk saat ini ia ingin menetap dan mungkin akan seterusnya begitu.

Pria tersebut berulang kali mengatur napasnya. Ia tidak tahu mengapa saat ini jantungnya terasa berdetak lebih cepat dari biasanya. Padahal ini bukan kali pertama dirinya bertemu dengan gadis tersebut.

Sebuah netra berwarna hazel tampak menyambut hangat kedatangan pria tersebut kala dirinya sudah berada di ambang pintu.

"Enver!" pekik seorang gadis dengan senyum merekah.

Deg!

Perasaan macam apa ini? Mengapa aku sangat gugup ketika gadis itu memanggil namaku?

Enver hanya bisa menyembunyikan senyumnya dengan degup jantung yang amat berdebar.

"Kau kemana saja? Aku menunggumu sejak kemarin," ujar gadis tersebut mencebikkan bibirnya.

Gemas

Hanya itu yang Enver katakan pada dirinya sendiri. Ini kali pertama ia melihat betapa menggemaskannya sosok gadis tersebut. Gadis yang sebelumnya ia kenal dengan sosok yang sangat cuek.

"Maaf Tuan Putri, saya bukan pria pengangguran," sahut Enver yang berlagak seperti seorang dayang sembari memberikan beberapa bunga tulip yang ia bawa sebelumnya.

Tampak lengkungan indah membentuk menghiasi wajah mulus dari gadis di hadapannya tersebut. Haura menjulurkan tangannya meraih beberapa tangkai bunga yang sudah tertata rapih di dalam genggaman Enver. Sesekali gadis itu mencium bunga tulip yang di berikan oleh Enver dan kembali fokus menatap pria tersebut dengan penuh intimidasi.

"Really? Tapi sebelumnya kau selalu banyak waktu untukku. Kau sedang berbohong ya?"

Enver sedikit tertegun. Apa benar gadis yang berada di hadapannya tersebut adalah sosok Haura? Gadis ini benar-benar sangat berbeda, tidak seperti sosok Haura pada biasanya. Entah ini hanya perasaannya saja atau bagaimana, namun Enver merasa selama ini dirinya selalu di perhatikan oleh gadis tersebut. Dan itu membuat suasana hati Enver saat ini sedikit membaik.

Enver memberanikan diri mengelus pucuk kepala gadis itu. "Aku tidak berbohong, aku memang sedang sibuk," ucapnya penuh kelembutan membuat pipi sang empu merah merona akan perlakuan pria di hadapannya tersebut.

Haura hanya bisa tersipu malu, menutupi wajahnya di balik beberapa bunga tulip yang ia genggam.

Sungguh, Enver benar-benar dibuat tidak tahan akan perilaku gadis lucu di hadapannya tersebut.

Akankah aku dapat merasakan kebahagiaan seperti ini lebih lama lagi?

Ah, bahkan aku terlalu takut untuk memikirkan hari esok.

"Baiklah..." sahut Haura yang masih tetap fokus pada beberapa tangkai bunga tulip yang sebelumnya di bawakan oleh Enver.

"Kau mau kesana?" tanya Enver dengan arah pandangan yang menuju pada sebuah pantai di balik kaca besar rumah sakit.

"Lagi?"

"Kau tidak mau?"

"TENTU AKU SANGAT MAU, ENVER!" jawab Haura antusias. Binar keceriaannya tampak jelas dan itu membuat Enver ikut senang melihatnya.

Dengan penuh hati-hati, Enver membantu Haura untuk menaiki kursi rodanya. Haura, gadis itu dapat merasakan betapa tulusnya pria yang berada di sisinya saat ini.

"Ya Allah, jika kau mengizinkan, aku ingin sekali membangun sebuah keluarga kecil bersama dengannya," pinta Haura yang terdengar sangat tulus.

Enver mulai membantu Haura mendorong kursi rodanya, melewati lorong rumah sakit dengan canda tawa mereka berdua yang menggema di sepanjang lorong dan itu menarik perhatian beberapa orang yang berada disana. Jika bisa di gambarkan, mungkin mereka berdua saat ini bagaikan dua insan yang paling bahagia. Kesederhanaan yang saling melengkapi, perasaan yang muncul murni dari hati nurani mereka masing-masing dan rasa kasih sayang yang tertanam sejak awal pertemuan mereka.

"Tunggu! Bukankah kita akan ke pantai?" tanya Haura yang sedikit bingung pasalnya Enver membawanya menuju parkiran.

"Aku ingin mengambil gitar,"

"Gitar?"

Enver mengangguk sebagai jawabannya.

"Untuk apa?"

"Untuk menyanyikan mu sebuah lagu,"

Pipi Haura merah padam, gadis itu susah payah berusaha menyembunyikan senyumnya yang mungkin tidak dilihat oleh Enver. Namun, ternyata Enver menyadari hal tersebut.

"Silahkan tersenyum Nona, jangan kau tahan karena senyummu sangat indah untuk di sembunyikan," goda Enver yang membuat degup jantung Haura semakin menjadi-jadi.

Alih-alih tersenyum, justru Haura malah mencubit kecil telapak tangan Enver yang sedang membantunya mendorong kursi roda dan itu membuat Enver sedikit meringis kesakitan.

"Hey! Aku berkata jujur, senyummu memang terlalu indah untuk di sembunyikan,"

"Cepat Enver ambil gitar itu!" alih Haura, karena saat ini dirinya benar-benar dibuat terbang oleh pria tersebut.

Enver terkekeh dan menuruti ucapan gadis itu untuk mengambil gitar kesayangannya. Gitar yang diberikan oleh mendiang Ayahnya, Lionel.

Tampak seorang pria bertubuh atletis dengan sedikit brewoknya sedang berdiri tegap menatap kosong dirinya melalui pantulan cermin kaca yang terdapat di dalam kamar hotel.

Perasaannya saat ini benar sangat tidak tenang. Mengapa hatinya terasa sakit ketika mengingat kejadian beberapa hari lalu ketika dirinya melihat sosok gadis yang sudah mulai ia cintai tengah menghabiskan waktunya bersama dengan seorang pria yang tak lain adalah Adiknya sendiri. Binar keceriaan dari gadis itu terpancar sangat jelas saat bersama dengan Enver, berbeda saat ketika gadis itu bersama dengan dirinya.

ARRGHHH!

"Mengapa aku harus terjebak di dalam perasaanmu, Nona." ucapnya prustasi.

Drrttt

Azhaan merogoh saku jasnya guna mengambil sebuah ponsel genggam miliknya yang bergetar.

"Halo Tuan,"

"Bagaimana? Kau sudah menyiapkan apa yang ku perintahkan?"

"Sudah Tuan."

"Baik, nanti malam kau bisa melakukannya. Dan Jika kau berhasil, saya akan membayar dua kali lipat."

"Baik Tuan, saya akan menjalankan rencana sesuai perintah Tuan,"

Azhaan tak menjawab, buru-buru pria itu mematikan ponselnya saat ia melihat bayangan Rhiana di balik pintu kamarnya.

"Azhaan?" panggil Rhiana.

"Masuk Mom,"

"Kau sedang apa?" tanya wanita paruh baya itu sembari melangkah menghampiri putranya.

"Aku akan bersiap-siap untuk kembali ke Amerika, Mom."

"Loh? Bukankah kau akan menetap beberapa hari di Maroko?"

"Tidak bisa Mom, Daniel memberitahuku bahwa banyak sekali berkas yang terlantar, dan dia tidak bisa meng-handle semuanya sendiri."

Bahu Rhiana seketika merosot, ia merasa sedih bahwa Azhaan akan kembali ke New York, sedangkan Enver? Anak itu masih sangat sibuk dengan dunia luarnya.

"Baiklah, Mommy bisa apa selain mengizinkan mu?

Azhaan terkekeh seraya memeluk Rhiana. "Tenang Mom, begitu pekerjaanku selesai, aku akan kembali."

Rhiana hanya mengangguk di dalam dekapan putranya. "Pukul berapa kau akan berangkat?" tanya Rhiana.

Azhaan melerai pelukannya. "Mungkin setelah ini aku langsung menuju bandara,"

Rhiana hanya mengangguk paham sebagai jawabannya.

"Mom, aku sudah memberitahu Enver agar ia lebih sering berada di hotel bersamamu,"

Rhiana tersenyum sembari mengusap lembut pucuk kepala putra sulungnya tersebut. "Iya sayang,"

Azhaan melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya dengan sempurna. Jam menunjukkan pukul empat sore, dan ia harus segera bergegas menuju bandara.

Bandar Udara Internasional Mohammed V - Maroko || 04.32 PM

"Tuan, di sebelah sana." unjuk seorang pria paruh baya memberitahu arah jalan pada seorang pria misterius berjas hitam lengkap dengan topi pedora berwarna putih.

"Bagaimana? Kau sudah mengatur semuanya?" ucap pria misterius itu sembari menyalakan cerutunya. Meski saat ini mereka sedang berada di bandar udara Internasional, namun tetap saja tidak ada yang bisa melarang pria tersebut untuk melakukan sesuatu yang ia mau.

"Sudah Tuan, tapi saat ini gadis itu sedang bersama tuan Zhaiens,"

"Sial!" umpat pria bertopi pedora tersebut sembari menghisap kasar cerutunya.

"Kau sudah membawa apa yang ku suruh?"

"Sudah Tuan,"

"Baik, saya akan menyuruh beberapa anak buah saya untuk menjalankan sisanya. Kau sekarang bisa pergi." ucap pria tersebut dengan suara beratnya yang terdengar sangat menakutkan.

Tanpa menjawab, pria paruh baya itu menunduk dan pergi meninggalkan pria bertopi pedora tersebut. Lengkungan indah membentuk pada wajah pria tersebut. Meski saat ini wajahnya tidak dapat dilihat, namun senyumannya tercetak jelas di balik topi pedora tersebut.

"Aku tidak akan membiarkan hidupmu bahagia." ucap pria misterius itu sembari membuang cerutunya ke sembarang arah.

. . .

Suara kicauan burung yang beradu pada suara gaduhnya ombak laut terdengar merdu seperti sebuah alunan lagu yang dimainkan oleh Enver saat ini.

Ya no estás más a mi lado, corazón
En el alma solo tengo soledad
Y si ya no puedo verte
Porque Dios me hizo quererte
Para hacerme sufrir más

Siempre fuiste la razón de mi existir
Adorarte para mí fue religión
Y en tus besos yo encontraba
El calor que me brindaba
El amor, y la pasión

Es la historia de un amor
Como no hay otro igual
Que me hizo comprender
Todo el bien, todo el mal

Que le dio luz a mi vida
Apagándola después
Ay que vida tan obscura
Sin tu amor no viviré...

Enver menghentikan pergerakan jarinya pada senar lalu tersenyum menatap kedua bola mata Haura.

"Kau tahu lagu yang baru saja ku nyanyikan?"

Haura menggeleng dengan wajah polosnya. Benar, tidak semua orang tahu mengenai lagu yang di bawakan oleh Enver. Selain lagunya yang terdengar sangat jadul, lagu itu juga jarang di mengerti oleh para pendengarnya.

"Historia De Un Amor atau bisa dikatakan lagu cinta pemegang rekor Dunia. Mengapa bisa dikatakan seperti itu? Historia De Un Amor adalah sebuah lagu tentang cinta lama seorang pria yang ditulis oleh penulis lagu bernama Carlos Eleta Alamaran dari Panama. Lagu itu ditulis setelah kematian istri saudara laki-lakinya. Dan lagu itu menceritakan penderitaan seorang pria setelah cintanya menghilang," Enver membuang kasar napasnya memberi jeda pada ucapannya tersebut.

"Perlu kau ketahui, lagu ini memegang rekor dunia sebagai lagu terpopuler yang diterjemahkan dan dinyanyikan di seluruh dunia dalam berbagai bahasa oleh berbagai penyanyi dari Amerika, Eropa, Asia, serta Afrika." sambung Enver menjelaskan pada Haura yang masih nampak bingung jika dilihat dari raut wajah gadis itu saat ini.

"Benarkah? Tapi, mengapa kau menyanyikan lagu dengan makna mendalam seperti itu? Seperti kau akan pergi selamanya saja," celetuk Haura yang membuat Enver diam membisu.

Namun, selang beberapa menit tiba-tiba saja Enver tertawa kencang hingga membuat Haura sedikit terkejut.

"Kau ini kenapa? Mengagetkan saja." omel nya dengan wajah murung.

"Tidak. Hanya saja pikiranmu terlalu berlebihan,"

"Berlebihan? Memang benar kan apa yang aku katakan?"

Enver mengelus lembut pucuk kepala Haura yang berlapis hijab berwarna biru muda senada dengan indahnya warna laut di hadapan mereka berdua. Saat ini degup jantung gadis itu tidak bisa terkendali. Enver yang melihat dari dekat wajah gadis di hadapannya itu juga sebisa mungkin menahan tawanya. Pasalnya, saat ini wajah Haura sudah memerah bagaikan kepiting rebus. Dan itu benar-benar terlihat sangat menggemaskan baginya.

"Ya Tuhan, berapa lama lagi kau memberiku kesempatan untuk melihat wajah teduh dari gadis ini?" gumam Enver dalam hati.

"Tidak semua yang kau katakan itu benar, aku menyanyikan lagu itu hanya karena aku menyukainya,"

Haura memicingkan kedua matanya menatap Enver. Seperti tengah mencari-cari sesuatu di balik tatapan mata pria tersebut.

"Ada apa?" tanya Enver yang sedikit merasa aneh jika Haura menatapnya seperti itu.

"Tidak. Mungkin aku percaya padamu,"

Enver membuang lega nafasnya.

"Tapi, jika kau berbohong dan pergi satu langkah saja dariku, maka aku yang akan meninggalkan mu selamanya." telak Haura yang terdengar sangat serius.

Enver mengangguk seraya tersenyum sebagai jawabannya pada gadis itu. Sedangkan tangan kanannya merogoh saku pada celana jeans yang sedang ia gunakan. Betapa terkejutnya Haura saat pria di hadapannya tersebut membuka sebuah kotak kecil berisikan satu cincin permata yang sangat indah.

Enver menekuk lututnya di hadapan Haura yang saat ini sedang duduk diatas kursi rodanya. "Mungkin, kau dan aku belum kenal terlalu jauh, namun, setiap harinya perasaanku terhadapmu semakin bertambah. Jika boleh jujur, kehidupanku sebelum mengenal dirimu bisa dikatakan sangat berantakan, hingga pada suatu hari Tuhan mengizinkan ku untuk berubah melalui dirimu. Tidak, kau bukan perantara kau adalah takdir bagiku. Kau adalah sesuatu yang sangat berharga untukku setelah Mommy, dan kau adalah salah satu alasan untukku bertahan sejauh ini," jedanya menarik napas. Sedangkan Haura, gadis itu masih diam membisu dengan degup jantung yang amat berdebar saat ini.

"Haura Asyabiya Mecca, maukah kau menikah denganku?" ucapnya lantang namun terdengar halus.

Saat itu juga Haura menitikkan air matanya. Bukan, bukan air mata kesedihan melainkan ia merasa terharu akan pernyataan dari pria di hadapannya tersebut. Dengan kondisinya yang tidak bisa berjalan bahkan tidak bisa melakukan apapun, pria tersebut masih tetap ingin bersamanya. Bahkan sebenarnya sangat mudah untuk pria itu mendapatkan gadis yang jauh lebih sempurna dari pada dirinya.

"Hey, kau kenapa? Apakah aku salah?" tanya pria tersebut yang terlihat sangat cemas ketika melihat gadis di hadapannya menangis.

Haura menarik napasnya lalu tersenyum. "Tidak, kau tidak salah. Hanya saja, aku merasa tidak pantas bersamamu dengan kondisiku yang seperti ini," ucap Haura dengan suaranya yang terdengar parau.

Dengan sangat lembut, Enver menghapus air mata dari pipi mulus gadis itu. "Aku mencintaimu bukan hanya karena keindahan yang ada pada fisikmu, melainkan keindahan yang ada pada hatimu."

Lagi dan lagi Haura harus mendengar pernyataan yang membuat dirinya semakin yakin akan perasaannya terhadap pria di hadapannya tersebut.

"Bagaimana? Apakah kau mau menikah denganku?"

Haura mengangguk pelan dengan air mata yang masih berlinang, gadis tersebut berusaha memberikan senyumannya, senyuman indah yang berbeda dari biasanya. Hal itu membuat Enver ikut tersenyum, merasa lega dan mengucapkan rasa syukur nya berulang kali.

Dengan hati-hati Enver meraih telapak tangan Haura. Ia mulai memasukkan cincin permata pada jari manis gadis tersebut. Sungguh, cincin itu terlihat sangat sempurna ketika melingkar diantara jari-jari lentik milik Haura.

Suara tepuk tangan serta teriakan dari jarak yang tak jauh, membuat Haura menolehkan pandangannya ke arah sumber suara tersebut. Dan betapa terkejutnya gadis itu saat mendapati kedua orangtuanya serta orang tua Enver yang sedang berjalan ke arah nya dengan raut wajah penuh kebahagiaan.

Haura menatap bingung Enver, namun Enver hanya tersenyum seraya menaikkan sebelah alisnya.

"Selamat ya sayang," ucap Amira seraya memeluk tubuh mungil putrinya tersebut diikuti oleh Yusuf, sang suami.

"Selamat juga untuk anak Mommy," ucap Rhiana yang juga memeluk tubuh kekar putranya.

Haura melerai pelukannya terhadap Amira serta Yusuf. "Berarti ini rencana kalian semua?" tanyanya yang masih terlihat shock.

Rhiana, Amira, Yusuf serta Enver mengangguk bersamaan sebagai jawabannya.

"Pokoknya Umi senang melihat kau bahagia seperti ini. Umi semakin yakin, bahwa Enver dapat menjadi imam yang baik untukmu dan selalu membuatmu bahagia," ucap Amira dengan sangat lembutnya serta Haura yang tersenyum sendu mendengar penuturan dari Amira.

"Pernikahan kalian akan dilaksanakan minggu depan. Dan untuk Enver, tolong jaga anak saya sebaik mungkin." timpal Yusuf dengan wajah serius seakan-akan ia benar-benar sepenuhnya mempercayakan Haura pada pria tersebut.

"insha'Allah Abi, aku akan menjaga Haura sebagaimana aku menjaga orang tuaku," sahutnya yang terdengar meyakinkan.

Sedangkan Rhiana ia hanya menangis haru sembari merangkul putranya tersebut. Tidak ada kata-kata yang dapat ia ungkapkan selain menangis. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika Azhaan sampai tahu semua ini. Namun, saat ini yang terpenting adalah kebahagiaan Enver.

Di bawah langit Maroko dan di hadapan Masjid Hassan II yang telah menjadi saksi atas perjalanan mereka, Enver serta Haura keduanya mungkin telah menjadi sepasang insan yang paling bahagia di dunia. Dan Haura, ia tidak pernah membayangkan bahwa hal indah akan terjadi dalam waktu sesingkat ini. Memang benar, tiap-tiap kesedihan pasti akan selalu ada kebahagiaan yang menanti. Haura, merasa sangat bersyukur atas nikmat dan rencana baik yang telah Tuhan berikan untuk dirinya.

TO BE CONTINUED

Author noted :

Terjemahan lagu Historia De Un Amor

Anda tidak lagi berada di sisi saya, hati saya
Dalam jiwa saya hanya memiliki kesepian
Dan jika aku tidak bisa melihatmu lagi
Karena Tuhan membuatku mencintaimu
Membuatku menderita lebih banyak

Anda selalu menjadi alasan keberadaan saya
itu adalah agama
Dan dalam ciumanmu aku temukan
Panas yang memberi saya
Cinta, dan gairah

Ini adalah kisah cinta
Karena tidak ada yang lain suka
Apa yang membuat saya mengerti
Semua baik, semua jahat

Itu memberi terang hidupku
Mematikannya setelah
Oh apa kehidupan yang gelap
Tanpa cintamu, jangan hidup ...

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4M 234K 29
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
859K 74.2K 46
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
734K 38.7K 75
The end✓ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] ••• Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...
3.7M 296K 49
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...