I Can't Stop Loving You

Da rorapo_

458K 10.1K 778

[DIHAPUS - Bisa dibaca lengkap di aplikasi Dreame/Innovel] Hanya karena sebuah ciuman tidak sengaja yang mend... Altro

PART 1
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6

PART 2

30.7K 1.9K 123
Da rorapo_

"Lana! Lo ngejer siapa sih?" tanya Ando panik. "Berisik! Diem aja kenapa sih." jawab Alana sambil kembali fokus menyetir.

"Nggak usah pake ngebut juga! Kalo mau bunuh diri nggak usah ngajak-ngajak gue."

"Lo nggak inget gue pernah ikut balap liar?"

"Inget! Dan lo nabrak pohon sampe buat kap mobil gue ancur, Alana!"

"Sekali lagi ngomong, gue terbangin burung lo." ancam Alana yang membuat Ando bergidik ngeri.

Masalahnya Alana mengendarai mobil Ando seperti orang kesetanan. Ando panik. Takut mobil kesayangannya rusak seperti dulu. Saat Alana ikut serta dalam balap liar yang sering diikuti Ando.

Saat itu Alana tertarik untuk mengikuti balapan tersebut, tetapi karena Alana tak mempunyai mobil, dia meminjam mobil kesayangan Ando untuk dipakainya. Ando dengan senang hati meminjamkannya karena Ando tahu bahwa Alana cukup mahir dalam mengendarai kendaraan roda 4 tersebut. Dan tanpa diduga, Alana menabrak pohon besar dan membuat kap mobil depan Ando hancur. Tetapi tidak dengan Alana, dia baik-baik saja. Dia seperti kucing, memiliki 9 nyawa. Dan yang paling membuat Ando kesal, Alana keluar dari mobilnya dengan cengiran lebar seperti tak terjadi apapun.

Itu sudah terjadi sekitar 2 tahun yang lalu. Setelah itu Ando tak mau meminjamkan mobilnya kepada Alana lagi. Dan ini pertama kalinya Alana kembali membawa mobilnya setelah kejadian buruk itu. Tanpa ragu, Alana mengambil kunci mobil Ando dan segera membawa mobil Ando dengan kecepatan tinggi, membelah jalan raya yang banyak dilalui kendaraan lainnya. Mengerihkan bukan?

Alana menghentikan mobilnya tepat didepan sebuah perusahaan besar dan terkenal. "Ando, lo tunggu sini aja, gue ada urusan sebentar." ujar Alana dan langsung memasuki perusahaan tersebut.

Alana menunggu dilobby perusahaan. Menunggu seseorang yang sejak tadi diikutinya. Senyumnya merekah ketika melihat orang yang sejak tadi dinantinya tengah berjalan ke arahnya.

*****

Abi menjalankan mobilnya kencang. Tak peduli dengan umpatan para pengguna jalan lainnya. Abi menggeram kesal karena sekarang mood-nya semakin memburuk. Yang pertama karena urusan kantor yang begitu membeludak, ditambah lagi dengan gadis aneh yang dengan seenak hidungnya menyuruhnya untuk menikahinya.

Memangnya siapa dia itu? Masih bocah dan bau kencur! Seenaknya saja menyuruh pria mapan sepertiku untuk menikahinya! umpat Abi dalam hati.

Abi memasuki area perusahaannya. Dia langsung memarkirkan mobilnya dibasement perusahaannya. Abi ingin cepat-cepat masuk kedalam ruangannya dan mengerjakan tugasnya yang begitu banyak. Mungkin dengan begitu dia bisa melupakan kejadian menggelikan ditaman kota tadi. Walaupun mood buruknya masih menguasai dirinya.

Abi berjalan dengan wajah datar. Sapaan dari karyawannya tak digubrisnya sama sekali. Dia masih berjalan dengan angkuhnya. Tetapi ke angkuhannya lenyap seketika saat dia melihat gadis aneh yang ingin dihindarinya tengah menyengir lebar ke arahnya. Wajah angkuhnya sudah tergantikan dengan wajah heran, kaget dan bloon yang tercampur menjadi satu.

"Hai, Om!" sapa Alana girang sambil melambaikan tangannya ke arah Abi. Abi masih mematung ditempat dengan wajah kagetnya.

Alana menghampiri Abi dan mencubit hidung Abi gemas. Abi melotot tajam ke arahnya. Sementara Alana tetawa geli. "Lo! Ngapain lo kesini?!" tanya Abi sambil menunjuk Alana dan menatapnya tajam.

"Ngunjungi calon suami." jawab Alana santai sambil tersenyum menggoda ke arah Abi yang membuat Abi ingin memuntahkan seluruh isi perutnya saat ini juga.

"Gak waras!" geram Abi sambil berjalan meninggalkan Alana yang tengah cekikikan geli karena melihat ekspresi Abi yang menurutnya sangat lucu dan menggemaskan.

Alana menepuk jidatnya pelan. Dia melupakan sesuatu. Alana melihat ke arah Abi yang kini sudah mengecil dimatanya. Alana mendengus kesal. Kesal kepada dirinya sendiri karena melupakan sesuatu yang sangat penting untuknya. Alana kesini karena ingin menanyakan siapa nama pria yang akan menjadi suaminya nanti.

Alana memutuskan untuk pulang. Alana berjalan dengan lesu. Tetapi baru beberapa langkah dia berjalan, dia kembali lagi ke lobby perusahaan itu. Alana berjalan dengan langkah cepat dan senyuman lebar yang menghiasi bibirnya menuju ke arah  resepsionis perusahaan tersebut.

"Mbak, cowok yang tadi itu siapa ya namanya?" tanya Alana.

"Yang barusan masuk ya?" Alana mengangguk. "Oh itu Pak Abi. CEO diperusahaan ini." ucap resepsionis tersebut.

Alana membelalakkan matanya. "CEO? Serius Mbak? Demi apa?" tanya Alana tak percaya. "Demi Pak Abi yang gantengnya pake banget." jawabnya sambil tersenyum geli.

"Ih Mbak genit banget sih." sungut Alana tak suka. "Lagian kamu ngapain sih nanyain Pak Abi?" tanyanya dengan senyuman gelinya.

"Mbak kepo deh." ucap Alana. "Oh iya Mbak, nama kepanjangannya siapa ya?" tanya Alana.

"Abimanyu Aharon Hanggara."

Alana mengangguk-anggukkan kepalanya dan mencoba menuliskan satu nama itu didalam kepalanya. Dan Alana berharap semoga dia masih mengingat nama pria itu saat dia sudah berada dirumahnya nanti.

"Yaudah Mbak, trimakasih ya. Saya pamit dulu. Bye!" pamit Alana sambil melambaikan tangannya ke arah resepsionis tersebut.

*****

"Lo itu sebenernya ngapain sih, Lana? Heran gue liat tingkah lo yang makin hari makin gak jelas." ucap Ando kesal sambil menjalankan mobilnya.

"Ada deh, kepo banget sih."

"Alana, gue serius!"

Alana memutar bola matanya malas dan mengerucutkan bibirnya sebal. "Gue hamil!" ucap Alana langsung. Refleks Ando menepikan mobilnya dan langsung menghentikan mobilnya. Alana meringis sakit karena kepalanya terantuk dashboard mobil.

"Lo apa, Lana?" tanya Ando tak percaya. Ando berharap bahwa ada yang salah dengan pendengarannya. "Gue hamil, Ando." jawab Alana sambil mengusap kepalanya.

Ando langsung mencengkram bahu Alana kuat yang membuat Alana meringis sekali lagi. Ando menatap Alana tajam. "Bilang sama gue! Siapa yang hamilin elo! Bilang sama gue, Lana!" teriak Ando emosi.

"CEO, CEO perusahaan tadi." jawab Alana takut. Alana bergidik ngeri saat melihat raut wajah Ando yang dikerumuni oleh kemarahan.

Ando melepaskan cengkramannya dibahu Alana. Dia menghela napas panjang dan menunduk lemah. Ando merasa gagal sebagai sahabat. Dia tak bisa melindungi Alana. Dia sudah kalah dengan takdir. Dan sekarang Alana akan semakin menderita. Ando benar-benar menyesal karena tak bisa menjaga Alana-nya.

"Ando," lirih Alana sambil memegang bahu Ando. Ando menengadahkan kepalanya dan menatap Alana dengan tatapan bersalahnya. Ando langsung memeluk Alana erat. Sungguh dia tak tahu harus melakukan apa saat ini. Ando sudah mengingkari janjinya. Mengingkari janjinya untuk selalu menjaga Alana dari hal-hal buruk yang menimpanya.

"Ando, lo kenapa sih? Gue gak papa." ucap Alana. Ando langsung melepaskan pelukannya dan menatap Alana sendu. Alana-nya terlalu polos. Bahkan disaat dia mengetahui bahwa dirinya hamil saja dia masih berkata bahwa dia tidak apa-apa.

"Lo kenapa bisa sampai hamil, Lana?" tanya Ando lirih.

"Gue tadi dicium sama Om Om CEO itu. Kan lo bilang kalo cewek dicium sama cowok bisa buat hamil."

Ando membelalakkan matanya kaget. Alana-nya memang benar-benar polos. Padahal Ando mengatakan hal itu disaat mereka baru masuk SMP.

"Lagian ya, Do... Om itu ganteng tau, gue malah bersyukur kalo gue hamil anaknya." ucap Alana girang. Ando tak memedulikannya. Dia melajukan mobilnya dengan wajah kesalnya.

Sejak tadi Alana sibuk dengan celotehan ngawurnya. Ando tak menanggapinya sama sekali. Dia benar-benar kesal dengan Alana.

"Turun!" ucap Ando dingin. Alana melihat ke kirinya dan ternyata dia sudah berada didepan rumahnya. Saking banyaknya berbicara, Alana sampai tak menyadari bahwa dia sudah sampai dirumahnya.

Alana menghentikan gerakannya untuk membuka pintu mobil saat matanya menangkap mobil yang sangat ia kenali yang tengah bertengger manis dihalaman rumahnya. Tubuh Alana menegang. Dia tak pernah takut dengan Ayahnya, tetapi jika sudah berurusan dengan orang yang mempunyai mobil tersebut, Alana benar-benar kehilangan keberaniannya.

"Ando, please bawa gue kerumah lo dulu." pinta Alana.

"Turun!" tegas Ando. Ando sudah tak memedulikan Alana lagi. Dia benar-benar kesal dengan sikap Alana. Apalagi saat Alana mengatakan bahwa dia sangat bersyukur bisa mengandung anak dari lelaki itu. Benar-benar membuat Ando semakin emosi dan kesal.

"Ando, gue mohon." pinta Alana dengan wajah memelasnya.

"Turun, Alana!" geram Ando. Alana menghela napas panjang dan dengan berat hati turun dari mobil Ando. Ando langsung menjalankan mobilnya kencang.

Sekali lagi Alana menarik napas panjang. Dia harus masuk. Dia tak boleh jadi pengecut. Dia harus menghadapi apa yang sedang terjadi saat ini.

Alana terdiam didepan pintu. Terdengar suara teriakan dan makian yang menggema kuat didalam rumahnya. Alana menahan sesak didadanya. Alana meyakinkan dirinya bahwa dia tak boleh terlihat lemah dengan mengeluarkan air matanya. Alana harus bisa bersikap biasa dan acuh seperti biasanya. Ya, dia harus bisa.

Alana melangkah masuk dengan wajah santainya. Tak peduli dengan keributan yang sedang terjadi dirumahnya. Tetapi sayang, langkah Alana terhenti akibat cengkraman dilengan kirinya. Cengkraman dari tangan wanita yang selama ini dihindarinya. Wanita yang selama ini menjadi satu-satunya orang yang ditakutinya didunia ini. Wanita yang dulu disebutnya sebagai malaikat, tetapi tidak untuk sekarang, wanita itu sudah menjelma menjadi sosok iblis yang begitu kejam. Wanita yang dulunya merupakan Ibu kandung Alana.

"Oh sayangku, kamu kangen Ibu kan, nak? Ibu kesini datang untuk membawamu ikut dengan Ibu." ucap Alisha, Ibu Alana.

Alana mencoba melepaskan cengkraman Alisha dari lengannya. Sebenci-bencinya dia dengan Ayahnya, Alana tetap akan memilih tinggal bersama Ayahnya ketimbang Ibunya. Ibunya adalah seorang mucikari. Alana yakin bahwa dirinya akan dijual oleh Ibunya sendiri setelah Alana ikut dengan Alisha. Alana tak ingin memiliki nasib yang sama seperti Kakaknya. Hal itulah yang membuat Alana ketakutan dengan Ibunya sendiri.

"Lepaskan dia!" teriak Albert marah.

Alisha tersenyum sinis. "Kamu gak becus jadi orangtua. Lihat apa yang sudah kamu perbuat dengan anakku!" teriak Alisha sambil mengangkat tangan kiri Alana. Menunjukkan warna kebiruan yang menghiasi pergelangan tangan kiri Alana.

Alisha langsung menarik Alana untuk keluar dari rumah ini. Alana memberontak. Alana sungguh ketakutan saat ini. Alisha tak memedulikannya sama sekali. Albert menghampiri Alisha yang tengah menarik Alana dengan emosi yang menggebu-gebu. Albert langsung memukul Alisha sampai membuatnya tersungkur ke lantai. Alana langsung berlari menjauh dari Alisha.

"Masuk ke kamarmu, Lana!" suruh Albert. Alana langsung naik ke atas. Tak peduli dengan pertengkaran dua manusia yang dulunya merupakan suami istri itu. Alana bisa bernapas dengan lega saat dia sudah berada didalam kamarnya. Air matapun jatuh dari kedua mata bulatnya. Alana sudah tak sanggup lagi menahan air matanya.

Sebenarnya Alana sangat merindukan Ibunya. Dia ingin sekali Ibunya kembali menjadi malaikatnya. Mengepahkan sayapnya tanpa ragu untuk selalu melindungi Alana. Tetapi waktu sudah merubah segalanya.

Alana langsung berjalan ke kasurnya. Duduk ditepian ranjang dan menyalakan music box miliknya dengan volume yang paling kuat. Mencoba untuk meredam suara teriakan yang masih saja bersahut-sahutan dirumahnya. Alana merebahkan dirinya dan menghapus air matanya kasar. Tak seharusnya dia mengeluarkan air matanya lagi. Dia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.

*****

Alana terbangun dari tidurnya. Dia melirik jam yang menggantung indah didinding kamarnya. Ternyata sudah tengah malam. Dia terjaga begitu lama. Alana mencoba untuk terlelap lagi. Tetapi usahanya gagal. Dia sudah tak mengantuk lagi.

Alana teringat akan sesuatu. Alana langsung mengambil laptopnya dan menghidupkan laptopnya sesegera mungkin. Setelah tersambung dengan internet, Alana langsung mencari nama yang sudah dihapalnya sejak tadi. Abimanyu Aharon Hanggara. Alana yakin bahwa mbah google pasti tahu tentang pria itu.

Alana tersenyum senang ketika melihat foto Abi yang terpampang dilayar laptopnya. Alana melihat-lihat semua fotonya. Dari yang mulai menggunakan jas, kaos bahkan yang shirtless pun tak terlewatkan dari penglihatan Alana.

"Satu, dua.... Yaampun, eight pack." gumam Alana dengan wajah mupengnya.

Alana meninggalkan foto Abi dan mulai mencari biodata Abi. Alana terkagum-kagum dengan Abi yang bisa menyelesaikan kuliahnya dengan nilai yang mendekati sempurna. Alana semakin kagum lagi saat melihat Kakak Abi yang begitu tampan dan Adiknya yang begitu cantik. Mereka semua telah menjadi orang yang sukses. Benar-benar keluarga yang sangat sempurna.

Alana akan terus mengingat wajah Kakak dan Adik Abi. Dia bertekad akan menemui mereka semua. Menemui keluarga Abi yang nantinya akan menjadi keluarganya juga. Alana terkikik geli saat membayangkan Abi yang nantinya akan menjadi suaminya. Bangun tidur dengan Abi yang ada disebelahnya sambil memeluknya erat. Pasti sangat mengasyikkan.

Alana mematikan laptopnya dan segera tidur kembali sambil menghayalkan Abi. Alana berharap Abi akan muncul dimimpinya nanti. Dan jika itu terjadi, tentu saja itu akan menjadi mimpi termanis sepanjang hidup Alana.

Continua a leggere

Ti piacerĂ  anche

1.3M 145K 46
Ninna-wanita berumur 29 tahun penganut paham childfree-dijodohkan dengan Kais, pria asing dengan kelakuan yang eksentrik mengingat pertemuan pertama...
5.6M 199K 36
Follow instagramku: @falamalina untuk informasi buku-buku yang diterbitkan . Terima kasih. **** Aku nggak pernah sekalipun bermimpi atau berha...
3.3M 451K 49
Alia yang baru saja diselingkuhi oleh pacarnya bertemu dengan Bastian yang tiba-tiba mengajaknya menikah. Di sela kerunyaman bahtera rumah tangga mer...
2.9M 346K 45
Karena kalah taruhan dengan teman kantornya, Belinda jadi harus mengajak Indra menjadi pasangan ke sebuah pesta pernikahan. Pertemuan menumbuhkan cin...